Tangerang Selatan (Banten), Kabartujuhsatu.news, - Pondok Benda, Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) graduasi merupakan peserta PKH yang sudah meningkat status ekonominya dan kesejahteraan sehingga tidak lagi mendapatkan bantuan.
Kementerian Sosial terus berupaya agar para penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dapat berdaya dan mandiri.
Kehadiran KPM PKH yang telah keluar dari kepesertaan karena mandiri atau disebut Graduasi Sejahtera Mandiri akan menjadi inspirasi bagi KPM PKH lainnya.
Salah satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah graduasi adalah Ibu Daniyah (39 thn) dan suaminya Tarsono (43 thn) khususnya di wilayah se Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.
Ditemui ditempat usahanya, di Jl Benda Barat 2, Pamulang Dua, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Selasa (25/08/20), pasangan suami ini, menyambut dengan senyum ramah kepada awak media sambil mempersilahkan duduk.
Saat ditanya apa yang memotivasinya untuk membuka usaha “Bakso Joko”, dengan menarik napas panjang dan mata sendu, ibu Daniyah asli Pekalongan ini, mulai menceritakan perjalanan hidup yang dijalaninya bersama suaminya Tarsono (43 thn) asli Purwokerto dan ketiga anak – anak yang penuh penderitaan.
Sejak berumah tangga tahun 1996, jujur mas, kondisi ekonomi kami sangat memprihatinkan. Jangankan untuk membayar kontrakan sepetak, untuk makan sehari – hari, kami harus prihatin.
Penghasilan suami yang hanya tukang bakso keliling, dengan modal kecil sangat jauh dari cukup. Hasil penjualan tidak cukup memenuhi kehidupan keluarga. Setiap akhir bulan, hati ini sedih dan air mata selalu menangis karena duit pegangan tidak ada lagi.
Semua hasil penjualan ditambah modal usaha, aja tidak cukup untuk membayar kontrakan, belum lagi untuk biaya hidup anak dan sekolah. Sedih sekali mas bila mengingat kembali perjuangan hidup yang kami jalani. Tidak ada yang bisa kami andalkan selain sujud dan memohon kepada Allah SWT menjadi tempat kami mengadukan segala kepahitan dan getirnya perjuangan hidup ini.
“Saya harus biasa membantu suami untuk meringankan benan hidup ini, tegasnya, kalau hanya menangis dan menangis terus tanpa berupaya dan usaha, tidak akan ada jalan keluarnya, dan Allah SWT juga tidak menginginkan hambaNya lemah. Ini yang menjadi satu keyakinan dan kekuatan saya, mas… “tuturnya.
Akhirnya, saya beranikan diri, untuk menawarkan tenaga saya untuk menjadi tukang cuci gosok ke setiap rumah dengan harapan ada yang mau memanfaatkan tenaga saya ini.
Kalau kerja ditempat lain, khan saya tidak memiliki keahlian apalagi sekolah yang hanya tamatan rendahan. Subhanallah, akhirnya saya dipercaya beberapa rumah untuk mencuci gosok pakaian. Ini saya jalani hampir 10 tahun dengan iklash meskipun upah yang diterima tidak seberapa. Tidak ada tujuan lain, selain membantu ekonomi keluarga karena suami saya hanya tukang bakso keliling dari kampung – ke kampung..mas. “lirihnya dengan air mata dikelopak matanya.
Kesulitan ekonomi masih menerpa keluarga ini, tetapi ibu Daniyah hanya bisa mengadu segala penderitaannya hanya kepada Allah SWT. “DIA lah menjadi tempat saya menangis, mengadu dan memohon ridhoNya, agar semua kesulitan ini dapat segera berakhir. “tuturnya.
“Ya Allah..betapa beratnya hidup yang kami jalani…berikan hambaMu ini kekuatan dan keimanan untuk menjalani kehidupan ini dengan tabah dan iklash,”tuturnya dalam setiap doanya.
Diceritakan Ibu Daniyah, selain menjadi tukang cuci gosok pakaian, diselang waktu, saya juga ikut membantu suami dagang bakso dengan berkeliling kampung menjajakan bakso.
Meskipun demikian, pendapatan hasil penjualan bakso dan penghasilan cuci gosok, belum dapat merubah hidupnya, karena anak – anaknya semakin besar dan semakin membutuhkan biaya terutama untuk sekolah.
Kekuatiran mulai datang menerpa ketika, anak-anak harua memasuki jenjang pendidikan. Tetapi semangat suami istri ini, tetap berupaya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anaknya walaupun harus membanting tulang.
“Iya mas, kami enggak ingin, anak-anak hidupnya seperti kami, minimal mereka harus mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada kami. Semua itu untuk masa depan mereka kelak, “ungkapnya.
Menjadi Anggota PKM PKH 2013
Tak terasa waktu terus bergulir, meskipun kondisi ekonomi yang pas – pasan harus dijalani bersama suami tercintanya, akhirnya di tahun 2013, tidak ada sedikitpun tersirat dibenaknya, tiba-tiba mendapat surat undangan dari kantor kelurahan untuk menjadi peserta KPM PKH.
Ketidaktahuannya terkait adanya program PKH, membuat dirinya masih bimbang dan ragu -ragu, apakah ini bener – benar ada dan saya mendapatkannya,” tanya pada diri sendiri. Bismilah aja mas, saat itu, hati deg-deg kan saya datang ke Kantor Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang dengan membawa berkas persyaratan yang diminta untuk dilengkapi.
Sungguh, diluar dugaan saya mas…ditengah himpitan ekonomi yang sulit itu, secercah harapan kami terima. Mungkin ini sudah jalan yang diberikan Allah SWT. Menjadi peserta PKH, membuat kami harus tetap semngat menatap masa depan.
Alhamdulilllah, bantuan dari PKH kami gunakan khusus untuk biaya pendidikan anak-anak. Intinya, sepeserpun tidak akan kami gunakan, selain untuk pendidikan anak kami, karena bagi kami pendidikan anak itu sangat penting dan masa depan mereka. Itu sudah kesepakatan saya bersama suami, ketika menerima pertama kali bantuan PKH tersebut.” kenangnya.
” Kami bersyukur dan sujud kepada Allah, ternyata doa kami dijabah Nya. Sejak menjadi peserta PKM PKH, kami selalu mendapat bimbingan dan motivasi dari pendamping PKH seperti Bapak Agung Mandela untuk tetap berjuang dan tidak pasrah dengan kehidupan ini.
Ada kata-kata pendamping PKH saya, Bapak Agung Mandela yang menjadi pemicu semangat kami, “Jangan menggantungkan hidup kita dengan program PKH ini, tetapi jadikan program ini untuk memicu semangat kita untuk berupaya dan berjuang merubah nasib kita kedepannya”.
Alhamdulillah mas…sejak menerima bantuan sosial itu, kami sekeluarga merasakan sekali manfaatnya. Biaya pendidikan anak-anak, sedikit banyak dapat teratasi meskipun kami masih harus jualan bakso dan saya menjadi tukang cuci gosok pakaian,” ujarnya penuh rasa syukur.
Kembangkan “Bakso Joko”
Berbekal tekad kuat, Ibu Daniyah bersama suaminya Tarsono, berupaya bagaimanapun harus merubah nasib dan apa yang di berikan dan disampaikan pendamping PKH memotivasi kami untuk mencoba mengembangkan usaha bakso untuk merubah perekonomian demi masa depan anak – anak.
Sebelumnya, bakso yang didagangkan suaminya Tarsono saat keliling kampung, jenis bakso urat, dan bakso halus ukuran kecil-kecil.
“Saya bersama suami akhirnya memutuskan Usaha “Bakso Joko”, tidak lagi keliling kampung, tetapi mangkal ditempat sekarang ini. Semangat dan motivasi yang diberikan pembimbing PKH memberikan kekuatan bagi kami berjuang untuk maju dengan mengembangkan usaha kearah yang lebih baik lagi,” tutur Daniyah.
“Bila kita pasrah tanpa upaya dan usaha, Allah juga tidak akan mengubah nasib hambaNya. Segala kesulitan, pasti akan berakhir, jika kita memiliki niat dan tekad yang kuat untuk mengubah hidup ini,”ujarnya.
Pengalaman sang suaminya dalam hal mengolah dan memproduksi bakso, menumbuhkan ide dan inovasi bagi kedua suami istri ini dengan membuat kreasi bakso dengan jenis lain.
“Saya dan suami mulai mencoba membuat Bakso Cabe Rawit, yang campurannya, potongan cabe rawit dengan rasa pedas. Ternyata “Bakso Cabe Rawit”, sangat disukai pelanggan kami. Informasi dari mulut ke mulut, akhirnya pelanggan berdatangan ke tempat dagangannya untuk mencoba dan merasakan nikmatnya rasa pedas “Bakso Cabe Rawit”. Alhamdulillah, bakso ini tempat di hati para pelanggan kami sampai sekarang.
Peluang usaha dan perubahan semakin terbuka lebar, kami tidak ingin berhenti dengan satu inovasi saja, kami coba produksi bakso seperti, Bakso Keju, Bakso Urat, Bakso Iga, Bakso Tetelan, Bakso Telor, Bakso Kikil, Bakso Ceker, dan Bakso Beranak.” semuanya dapat diterima para pelanggan.” ungkap Daniyah.
Saat ditanya apakah bahan baksonya menggunakan bahan formalin, dengan tersenyum ibu anak tiga itu mengatakan, jangan kita hilangkan kepercayaan pelangan. Jangan pernah menipu dan mengerjai pelangan dengan bahan yang tidak segar mas. Untuk Bakso Joko, kami mengunakan bahan daging segar dan sekali pakai, murni tanpa menggunakan bahan formalin,”jelasnya.
Seiring perjalanan waktu, perlahan tapi pasti, perubahan kehidupan Ibu Daniyah bersama suami tercintanya Tarsono semakin hari semakin menggembirakan.
Usaha “Bakso Joko”, buka setiap hari dari jam 09:00 – 22:00 Wib yang berlokasi di Jl Benda Barat 2, Pamulang Dua, Pondok Benda, Tangerang Selatan, selalu ramai dikunjungi para pelanggan daei berbagai lapisan masyarakat.
Setiap hari, lebih kurang 300 – 400 porsi bakso terjual. Kalau dihitung per akhir pekan, bahan yang dihabiskan sekitat 40 Kg daging segar dan mie kuning serta mie putihnya sebanyak 4 Kg empat kilogram.
Satu hal yang dipegang teguh Ibu Daniyah bersama suaminya dalam menjalankan usaha Bakso Joko yaitu, “Jangan pernah mengecewakan para pelanggan. Berikan yang terbaik dengan hati yang tulus dan iklash, “tuturnya.
“Alhamdulillah perubahan ekonomi keluarga semakin baik. Itulah yang membuat saya yakin untuk mengundurkan diri dari PKH. Terimakasih PKH terutama pembimbing saya yang sudah mensuport dan mendampingi saya setiap saat, “katanya.
Sementara itu, pendamping PKH Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan Agung Mandela saat dikonfirmasi, menyampaikan, benar bahwa ibu Daniyah salah satu peserta PKM PKH sejak tahun 2013.
“Kami selaku pendamping PKH khususnya di Kel Benda Baru, disetiap kesempatan dan pertemuan selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penerima PKH, bahwa tidak ada yang tidak bisa berubah, semua harus dimulai dari itikad dan semangat untuk maju.”katanya.
“Pemberian bansos tidak diarahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar. Namun juga untuk memperkuat pemberdayaan dan ketahanan sosial masyarakat,” ujar Mandela
Jangan terlena dan hanya terpaku dengan bantuan PKH semata, tetapi bagaimana mengembangkan diri kita dengan kemauan yang kuat untuk merubah nasib dan kehidupan kedepan. Program ini bisa saja berhenti, karena itu mulailah untuk berinovasi dan berkaya, Insya Allah akan terbuka peluang yang lebih baik lagi. Dan kami pembimbing akan memdampingi setiap peserta yang membutuhkan masukan dan saran untuk mengembangkan usahanya.
“Mulailah dari yang terkecil, karena itu memiliki peluang untuk membesar dan berkembang. Salah satu contoh, apa yang dilakukan peserta PKM PKH Ibu Daniyah, harus diambil pembelajaran positifnya untuk peserta PKH lainnya.
Insya Allah apa yang menjadi program dan sasaran pemerintah akan tercapai, artinya melalui program PKH dapat mengubah dan meningkatkan perekonomian masyarakat kearah yang lebih baik lagi… Amin,”tutup Agung Mandela.
(Syarif).