Jakarta, Kabartujuhsatu.news, - Dalam rangkaian kunjungan kerja ke Jawa Tengan dan Yogyakarta, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menghadiri Pertemuan Konsorsium Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, pada Senin, 12 Oktober 2020.
Di masa pandemi ini pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah di triwulan II – 2020 terkontraksi hingga -5,9 persen (yoy). Kontraksi terjadi karena penurunan aktivitas ekonomi akibat Covid-19. Seluruh komponen pengeluaran tercatat mengalami penurunan. Pada sisi lapangan usaha, semua sektor yang memiliki share besar dalam perekonomian mengalami penurunan, kecuali sektor pertanian.
Untuk mengatasi dampak krisis ini, pemerintah akan segera menjalankan pengembangan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang. KIT Batang diproyeksikan akan menjadi kawasan untuk menampung perusahaan dan pabrik besar. Pengembangan kawasan ini akan dibagi menjadi 3 kluster utama. Kluster pertama, pembangunan akan difokuskan pada lahan seluas 450 Ha.
“Rencana pelaksanaan proyek KIT Batang di tahun 2020 ini memasuki tahap 1 yakni finalisasi master plan untuk lahan seluas 450 Ha, kemudian penyesuaian RTRW dan perizinan lain, pembangunan jalan boulevard, serta pengintegrasian masterplan darat dan laut,” ujar Menteri Suharso.
Memasuki tahun 2021, akan dilanjutkan dengan pembangunan infrastruktur yang meliputi pembangunan jalan, jembatan, air limbah, tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) berteknologi refuse-derived fuel (RDF), rusun pekerja, dan SPAM.
“Kawasan industri ini direncanakan akan memiliki fasilitas dry port dengan konektivitas ke pelabuan di Tanjung Emas, Kota Semarang, yang menghubungkan akses ke transportasi Tol Trans Jawa,” ungkap Menteri Suharso.
Pengembangan KIT Batang berpotensi meningkatkan pertumbuhan industri di Provinsi Jawa Tengah hingga 6,0 persen dari tren sebelumnya sebesar 4,5 persen. Potensi ini pun berpeluang membangkitkan peluang ekonomi baru di Jawa Tengah sebesar Rp10 triliun per tahun. Selain itu, akan terjadi penyerapan tenaga kerja lokal dan kemitraan dengan IKM/UMKM pada rantai nilai produksi lebih dari 50 ribu tenaga kerja.
“Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang juga akan menciptakan pusat pertumbuhan baru dengan spesialisasi pada nilai tambah tinggi, serta dari efisiensi proses produksi dan distribusi,” tambah Menteri. (red)
Penulis: RB. Syafrudin Budiman SIP