Muna (Sultra), Kabartujuhsatu.news, - Juru Bicara Paslon bupati Muna Rajiun dan wakilnya La Pili (RaPi), Wahidin Kusuma Putra (WKP) menilai Syahrul yang merupakan Juru Bicara Paslon Rusman- Bachrun kekanak - kanakan bahkan menyebutnya politisi cengeng.
Hal ini disampaikannya kepada awak media melalui pesan seluler WhatsApp pada minggu pagi, 15/11/2020.
Menurutnya senjata seorang juru bicara adalah ketajaman argumentasinya. Baik itu Argumen yang sifatnya bantahan maupun argumen yang sifatnya menyerang. Juru Bicara tak bisa menghindari perang opini baik secara langsung maupun melalui media, apalagi ini ranahnya pertarungan politik.
"Saya lihat ada 4 bahkan 5 orang yang mengklaim diri sebagai Juru Bicara Paslon petahana, sudah sebanyak itu masih lagi minta bantuan Bawaslu bahkan katanya mau lapor polisi juga, itukan memalukan dan kekanak - kanakan" kata Wahidin.
Namun, Ia pun menyampaikan Syahrul punya hak untuk melapor kemanapun yang dia inginkan.
"Saya anggap itu bagian dari upaya dia untuk menghadapi saya. Namun saya ingin mengingatkan dia bahwa juri sejati dalam perang opini Pilkada ini adalah masyarakat Muna bukan Bawaslu ataupun pihak lainnya. Jika ingin membungkam saya, gunakanlah cara terhormat dengan menyiapkan argumentasi yang logis, jangan kekanak - kanakan apalagi menjadi Politisi yang cengeng dan terkesan miskin argumentasi" tuturnya.
Terkait pernyataan Syahrul yang mempersoalkan dirinya yang berKTP Muna Barat tapi menjadi Jubir Paslon RaPi di Pilkada Muna. Wahidin menganggap itu pernyataan lucu dan tidak berbobot.
"Kandidat saja tidak diwajibkan ber KTP di daerah tempat pemilihannya, apalagi hanya Juru Bicara. Untung saja saya suku Muna Asli, jika tidak mungkin saja dia akan mepersoalkan keberadaan saya dengan dasar primordialisme. Ini kan pola pikir kuno dan sangat memalukan jika masih digunakan di era saat ini" ujarnya.
Wahidin mengaku kalau Jubir Rusman-Bachrun itu adalah sahabatnya dalam satu wadah partai di Muna Barat.
"Bung Syahrul itu kawan separtai saya di PKB Muna Barat. Kami juga sama - sama Caleg dari PKB tapi beda Dapil. Dia di dapil Kusambi dan saya di Dapil Lawa Raya. Secara umur, dia juga senior jauh diatas saya. Kualitasnya seharusnya juga lebih baik sebab dia itu mantan Jurnalis Tempo juga mantan aktvis di Makassar. Makanya saya bingung karena saat ini saya lihat logika berpikirnya kok hancur begitu," papar WKP.
Tak hanya itu, WKP juga membeberkan dulu Syahrul merupakan loyalis Laode M Rajiun Tumada saat ia di Muna Barat.
"Yang saya tahu, Syahrul juga merupakan loyalis Pak Rajiun yang sangat Fanatik dulunya. Sepertinya sikapnya berubah pasca dirinya tak lolos saat Pilcaleg lalu. Mungkin dia kecewa sama Pak Rajiun karena tak dibantu. Jika benar karena itu, maka saya harus memberikan nasehat kepada beliau. Menjadi politisi tidak boleh cengeng dan baperan. Tidak terpilih di Pilcaleg itu karena faktor masih banyaknya kekurangan dalam diri kita yang mungkin kita tidak sadari. Jangan menyalahkan orang lain, sebab kita tak akan pernah menemukan dan memperbaiki kekurangan kita jika terus - terusan menyalahkan pihak lain atas kegagalan kita. Memelihara rasa dendam hanya akan menjadikan kita terlihat konyol dan menghambat kita untuk memperbaiki diri. Itu pesan saya buat bung Arul, semoga cepat sadar dan kembali ke jalur yang benar", tutupnya. (AM).