Jakarta, Kabartujuhsatu.news,- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memaparkan peran dan strategi sektor pertanian Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 dalam rapat virtual dengan United Nations Resident Coordinator (UNRC) / koordinator Badan Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) di Indonesia.
Dalam rapat tersebut, Mentan juga meminta dukungan PBB untuk peningkatan mobilitas sumber daya dalam pembangunan pertanian di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada badan-badan PBB sebagai mitra penting dan strategis Pemerintah Indonesia selama ini, utamanya dalam mendukung pembangunan pertanian nasional secara berkelanjutan,”ujar Mentan Syahrul di AWR, Kantor Pusat Kementan pada Jumat (20/11/20).
Syahrul menyebutkan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Badan-badan PBB sebagaimana tertuang dalam United Nations Sustainable Development Cooperation Framework (UNSDCF) 2020-2024 meliputi empat prioritas strategis yaitu, (1) Pembangunan SDM yang Inklusif,(2) Transformasi Ekonomi, (3) Pembangunan Hijau, Perubahan Iklim dan Bencana Alam, serta (4) Innovasi untuk Percepatan SDGs sangat sejalan dan mendukung rencana pembangunan strategis pertanian Indonesia 2020-2024.
“Secara khusus, sebagai sektor produksi, Kementerian Pertanian dapat berkontribusi lebih pada pencapaian outcome, prioritas strategis yang kedua yaitu memajukan transformasi ekonomi yang bernilai tambah dan inklusif,” sebutnya.
Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat pandemi COVID-19, kata Mentan, pertumbuhan PDB sektor pertanian meningkat sekitar 2,19% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year). Kuartal ini juga menunjukkan capaian pertumbuhan sektor pertanian hingga 16,24% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sektor pertanian menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap total PDB mencapai 16% dan menyediakan lapangan kerja bagi hampir setengah total penduduk,”ujarnya.
Selain itu, berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global, peringkat ketahanan pangan Indonesia menunjukkan peningkatan dari peringkat 74 pada 2015 menjadi peringkat 62 pada 2019. Prevalensi stunting juga menurun dari 30,8% pada 2018 menjadi 27,67% pada 2019.
“Dalam konteks saat ini, kami akan terus bersinergi dengan FAO, IFAD, WFP, UNDP, dan Badan-badan PBB lainnya dalam menangani dampak krisis akibat COVID-19 pada sistem pangan serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia,” kata Syahrul.
Pada kesempatan yang sama, United Nations Resident Coordinator (UNRC) / koordinator Badan Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) di Indonesia, Valerie Julliand mengapresiasi kinerja sektor pertanian dalam kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo. Menurutnya, keberhasilan pembangunan pertanian sangat baik dalam menghadapi krisis Covid- 19 dan penanganan untuk memperkuat regulasi dengan PBB terutama dengan 3 organisasi utama PBB yaitu Food and Agriculture Organisation (FAO) , International Fund for Agricultural Development (IFAD), World Food Programme (WFP).
Saya yakin Bapak sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi krisis ini dan memastikan bahwa tidak ada satupun warga negara Indonesia yang tidak memiliki makanan atau kelaparan dan mewakili organisasi kami PBB, saya senang sekali dapat bekerjasama dengan bapak dan kami menantikan dapat terus melanjutkan kerjasama,” ujar Valerie.
Valerie menyebutkan rencana pembangunan strategi (RENSTRA) 5 tahun periode 2020 - 2024 Kementan adalah elemen penting untuk mencapai pertanian yang independen modern dan juga berkelanjutan. Dalam hal ini, Valerie menilai visi Kementan untuk mengalihkan pendekatan berbasis produksi ke pendekatan untuk menyediakan pangan.
"Pendekatan ini selaras dengan yang sudah dicanangkan oleh PBB untuk mencapai produksi pangan berkelanjutan serta menyediakan nutrisi dan gizi yang sehat," terangnya.
Menurutnya seluruh negara di dunia menyadari bahwa negara yang memiliki ketahanan pangan dan mandiri dalam memproduksi makanan mereka dapat bertahan dalam menghadapi covid-19. Banyak negara yang sangat mengandalkan ekspor dan impor pangan dan mereka menghadapi kesulitan luar biasa dalam krisis ini .
“Jadi sekali lagi saya ingin mengucapkan bahwa Kementerian Pertanian mengambil peranan besar dalam menghadapi hal ini, jadi kami sangat tertarik untuk mendengar pandangan Bapak menteri bagaimana bapak melihat evolusi pertanian terutama di Indonesia, bagaimana bapak mengharapkan pengembangan pertanian di masa depan untuk Indonesia,” tutup Valerie. (Al-Az).