Jakarta, Kabartjuhsatu.news, - Yayasan Smile Train Indonesia yang merupakan organisasi nirlaba internasional, mengadakan kerjasama dengan Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan RI dan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI) meluncurkan program terapi wicara bagi pasien celah bibir dan/atau langit-langit yang sudah menerima operasi. Program Terapi wicara merupakan salah satu dari serangkaian perawatan komprehensif, yang disediakan oleh Smile Train untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi.
Hasil kolaborasi tersebut diumumkan pada acara Bakti Sosial Operasi Gratis Bibir Sumbing dan Langit-Langit yang dipadu, dengan kegiatan memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2020 yang bertempat di RS Dr. Suyoto Pusat Rehabilitasi Kemhan RI, Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa (10/11/2020).
“Kegiatan bakti sosial operasi gratis Bibir Sumbing dan Langit-Langit kali ini dilaksanakan hasil kerjasama antara Pusrehab Kemhan RI Rumah Sakit Dr. Suyoto didukung oleh Yayasan Smile Train dimana SDM nya dari PERAPI. Kemudian kegiatan ini didukung oleh DWP dan KKT Kemenhan RI, yang dikaitkan dengan Hari Pahlawan 10 November, dan sebagai rangkaian memperingati Hari Ulang Tahun DWP Kemenhan RI yang ke 21, dengan puncak acara pada tanggal 7 Desember 2020,” jelas Kapusrehab Kemhan RI Brigjen dr. Budiman, SpBP-RE, MARS, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia kepada para awak media.
Menurut Brigjen TNI dr. Budiman, SpBP-RE, MARS, Tema kegiatan kali ini adalah Menebar Senyum Di Masa Pandemi. Dimana kegiatan tersebut tetap mengikuti protokol kesehatan untuk Covid-19.
“Jadi dalam masa transisi ini kita masih bisa berbuat banyak yaitu memberikan harapan melalui operasi dan perawatan komprehensif celah bibir dan/atau langit-langit bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan,” kata Budiman.
Sementara itu, di Indonesia sendiri saat ini banyak ditemukan anak-anak yang terlahir dengan kelainan celah bibir dan/atau langit-langit. Kondisi tersebut dapat membawa berbagai dampak pada kualitas hidup anak serta berbagai masalah kesehatan seperti kesulitan makan, bernapas, dan kesulitan mengembangkan kemampuan berbicara secara normal.
“Seperti anak-anak pada umumnya, anak-anak yang lahir dengan celah bibir dan/atau langit-langit belajar berbicara dari hari pertama sejak mereka dilahirkan dan mengeluarkan suara-suara sebagaimana bayi terlahir tanpa kondisi celah bibir dan/atau langit-langit. Namun, ke depannya perkembangan kemampuan berbicara anak-anak ini dapat terhambat karena mereka tidak dapat menggunakan bagian-bagian rongga mulut untuk berbicara dengan normal. Hal ini dapat menyebabkan hambatan komunikasi seperti keterbelakangan berbicara, masalah artikulasi, hypernasality, dan berbagai masalah lainnya,” ungkap Kolonel Kes dr. Budi Satriyo Utomo, SpKFR,MARS, Kabid Rehab Medik Pusrehab Kemhan RI. mewakili tim rehabilitasi medik RS Dr. Suyoto Pusrehab.
Saat ditanyakan terkait persiapan dan kesiapan Rumah Sakit Dr. Suyoto Pusrehab, Kolonel Kes dr. Budi Satriyo Utomo, SpKFR, MARS menegaskan setiap pasien yang dirawat telah menjalani test kesehatan sesuai standar Covid-19 dan Rumah Sakit.
“Kami menyiapkan semuanya dari awal seperti mendapatkan data pasien sejak 1 bulan yang lalu bahkan lebih karena ada beberapa pasien yang pulang. Mulai dari situ tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19, kita terima pasien sejak hari Sabtu, kita lakukan pemeriksaan sesuai protokol Covid-19. Jika ada pasien yang hasilnya negatif, pasien kita minta dirawat dulu. Yang negatif kita masukkan ke tempat ini yang dilengkapi dengan fasilitas yang cukup bagus seperti eka filter, MCK dan pasien dirawat inap sejak hari Sabtu kemarin sampai sekarang. Untuk OKA kita telah siapkan 5 tempat tidur dimana sebelum mereka masuk tadi harus mengikuti potokol dan prosedur seperti laboratorium, foto torax dan pemeriksaan fisik oleh para dokter,” ujar Budi Satriyo.
Dikesempatan yang sama Kepala Rumah Sakit Dr Suyoto Pusrehab Kemhan, Kolonel Ckm dr Daniel, SpRad menyatakan bahwa pihaknya siap menjadi salah satu mitra Yayasan Smile Train dan PERAPI dalam melaksanakan pelayanan komprehensif terhadap pasien sumbing bibir dan sumbing langit-langit bagi pasien dari kalangan masyarakat tak mampu di Indonesia.
“Bentuknya berupa pelayanan operasi secara gratis serta menjadi pusat rujukan rehabilitasi khususnya untuk program speech terapi gratis untuk pasien pasca operasi sumbing langit-langit,” Daniel menjelaskan.
Sementara itu, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pertahanan RI Yayuk Donny Ermawan mengatakan bahwa Dharma Wanita Persatuan Kemenhan RI telah melakukan kegiatan sosial mengikuti program Kementerian Pertahanan RI seperti donor darah, operasi katarak dan sunatan massal.
“Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Selain itu kita juga memperhatikan orang-orang disekeliling kita. Jadi kita sudah mengadakan kunjungan Anjangsana ke panti werdha, panti asuhan dan kita juga mendukung kegiatan anak-anak kita di Kemenhan RI dengan memberikan alat pendidikan untuk edukasi. Kemudian kita yang tak kalah penting memberikan bantuan kepada anggota kita sendiri bagi yang sakit menahun atau yang sedang sakit dirumah sakit. Jadi ada sekitar 40 pasien yang sudah mendapat operasi bibir sumbing sejal kemarin hingga sekarang,” tutur Yayuk.
Sedangkan Deasy Larasati, Program Director dan Country Manager Smile Train Indonesia menyampaikan Yayasan Smile Train berkomitmen tidak hanya untuk memberikan akses ke operasi gratis celah bibir dan/atau langit-langit bagi pasien dari kalangan masyarakat tak mampu.
“Tetapi juga kami mempunyai kewajiban untuk memberdayakan tenaga medis mitra kami, serta memberikan perawat komprehensif sebelum, saat, dan sesudah operasi. Kami ingin lebih banyak masyarakat sadar bahwa operasi celah bibir dan/atau langit-langit pada anak hanyalah awal dari lebih banyak langkah lagi bagi anak untuk mencapai kualitas hidup pasca-operasi yang lebih baik,” kata Deasy Larasati. (red)