Kabartujuhsatu.news, - Toraja Sulawesi Selatan tak henti-hentinya menghadirkan obyek Wisata yang wajib diagendakan bagi wisatawan. Setelah makam para bangsawan Gua Lemo dan Patung Yesus Buntu Burake, Pasar Hewan Bolu Toraja Utara sepertinya tak boleh luput dari agenda kunjungan.
Terletak di jalan poros Rantepao-Palopo, Bolu Toraja Utara, lokasinya sangat stategis dan terbilang cukup mudah dijangkau, sekitar 2 km dari pusat kota Toraja. Dibangun di atas lahan seluas 2,69 Ha pada tahun 1992, Pasar Hewan Bolu merupakan pasar ternak terbesar di Indonesia. Transaksi jual beli hewan ternak jenis kerbau dan babi dari berbagai kawasan di Indonesia berpusat di tempat ini.
Bukan sekedar pasar tradisional, sensasi berbeda akan dirasakan jika berada ditempat ini. Tak tanggung-tanggung, di pasar ini bisa dijumpai ribuan kerbau dan babi yang ditransaksikan setiap hari. Untuk sekedar diketahui, Pasar Hewan Bolu menerapkan sistem hari pasar. Yang mana jatuh pada hari Sabtu setiap minggunya. Momen hari pasar inilah yang biasa dimanfaatkan oleh para wisatawan untuk berkunjung.
Jenis kerbau yang diperjual belikan di pasar hewan ini adalah jenis kerbau khas Toraja. Saleko, merupakan jenis kerbau yang memiliki nilai tinggi. Di samping postur yang besar, corak atau belang pada tubuh kerbaupun menjadi nilai jual tersendiri. Setiap hari ada ratusan ekor kerbau yang terjual. Mulai dari kisaran harga 30 juta rupiah, bahkan menembus harga hingga 1 miliar rupiah.
Menurut warga setempat yang juga merupakan salah satu pedagang pada pasar tersebut, menyebutkan bahwa kerbau pada hari-hari biasanya hanya laku sekitar 1-5 ekor saja. Bahkan dalam sehari kadang mereka pulang dengan tangan kosong. Puncak penjualan kerbau biasanya terjadi pada bulan Juni atau hari libur sekolah. Dan juga pada median November hingga Desember. Dimana pada periode bulan tersebut akan banyak acara besar, termasuk hari raya Natal dan Tahun Baru.
Kerbau atau Tedong dalam bahasa warga lokal merupakan satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Toraja. Baik untuk dikonsumsi, untuk diternak, ataupun untuk upacara adat semisal Rambu Solok (Upacara Kematian). Nilai atau harga dari seekor kerbau pun menjadi tingkatan kasta dalam masyarakat Toraja.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang mengunjungi pasar ini pada Sabtu (28/11) kemarin pun sempat terpesona dengan aktivitas jual beli pasar tersebut. Dia bahkan sudah tak sabar ingin segera mengembangkan pasar Hewan Bolu Toraja Utara ini menjadi lebih modern dan terintegrasi proses budidaya, juga sebagai tempat penggemukan pedaging.
"Saya melihat pasar ini sangat efektif untuk dikembangkan karena disini banyak upacara upacara adat. Dan upacara adat itu pasti menggunakan kerbau, menggunakan babi dan hewan lainnya dengan jumlah yang besar. Insyaallah tahun 2021 kita akan mengintervensi proses budidaya hewan, supaya menjadi hewan pedaging," katanya.
Mentan mengatakan Pasar Bolu merupakan pasar besar, karena semua aktivitas jual belinya tidak hanya dilakukan masyarakat Toraja Utara saja, melainkan juga banyak warga dari berbagai penjuru Sulawesi Selatan.
"Pasar ini bukan hanya milik orang Toraja Utara saja, karena ternyata dari berbagai kabupaten di seluruh Sulawesi Selatan juga menjual kesini. Terutama pada saat hari sabtu seperti sekarang ini. Oleh karena itu, saya akan coba memberi perhatian khusus," katanya.
Disisi lain, Mentan menyebut perputaran uang di pasar ini sangatlah besar. Hal ini terlihat dari bandrolan harga kerbau yang dijual mencapai Rp 150 juta. Lebih dari itu ada juga harga kerbau mahal yang harganya mencapai Rp 200 juta. (Red).