Malang (Jateng), Kabartujuhsatu.news, - Perkebunan teh Wonosari merupakan salah satu tujuan utama wisata di Dusun Wonosari, Desa Toyomarto Kecamatan Singosari. Berawal dari perkebunan teh kemudian berkembang menjadi agro wisata sekaligus perkebunan.
Wisata Agro Wonosari Desa Toyomarto, Kec. Singosari, Kab. Malang menawarkan wisata lingkungan sejuk nan alami di lereng pegunungan.
Kebun teh ini sebenarnya dibuka sejak tahun 1875 oleh NV. Cultuur Maatschappy lalu pengembangannya dilanjutkan oleh PTP Nusantara XII (Persero). Pemandangan yang indah dan kesejukan akan terasa saat berkunjung ke kebun teh tersebut.
Terdapat beberapa fasilitas yang ditawarkan, di antaranya adalah penginapan dengan harga yang bervariasi, kolam renang, taman bermain, kereta mini, kebun binatang mini, lahan perkemahan, hiburan musik electone dan band, kesenian daerah, depot rolas dan catering, rumah bunga, swalayan, aula santoon dan java cocoa, tea walk, out bond, berkuda, tour kebun dan fasilitas olahraga.
Salah satu yang menarik di sini adalah pengembangan alpukat pameling yang dilakukan oleh tim JDP (Jelajah Desa Pangan). JDP awalnya dibentuk oleh sekumpulan para offroader yang tadinya hanya melakukan kegiatan ekstrem kendaraan yang menyenangkan. Offroader tersebut saat ini telah mulai melakukan kegiatan produktif di bidang pertanian, utamanya budidaya alpukat.
Beberapa waktu lalu saat berkunjung dan membuka Jelajah Desa Pangan (JDP), Sekretaris Ditjen Hortikultura Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan bahwa Kementerian Pertanian mendukung kegiatan JDP. Dengan terbentuknya kawasan alpukat, artinya juga mendukung kawasan pangan selaras dengan nafas Food Estate. Food Estate tersebut sebagaimana digaungkan dalam nawacita Presiden Joko Widodo dan harapannya food estate dengan icon alpukat pameling ini berbasis pada pemberdayaan petani secara mandiri berkolaborasi harmonis lintas kementerian, lembaga bahkan komunitas.
“Kabupaten Malang ada cita rasa Food Estate dengan Alpukat Pameling sebagai maskot pemberdayaan masyarakat mendukung ketahanan pangan secara mandiri, sekaligus kawasan agro edu wisata,” tandas Bu Retno.
Ketua Jelajah Desa Pangan, Tony Setiawan menyampaikan bahwa salah satu tujuan Jelajah Desa Pangan ini adalah untuk memediasikan keterbatasan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten dalam menjangkau wilayah yang memiliki potensi sumber pangan, namun tidak ada akses jalan. Kita juga disupport oleh Kementerian Pertanian Kementerian Desa UMKM dan Kementerian Pertahanan.
“Acara kami ini sebetulnya adalah event yang ke empat, yang pertama di Desa Hambalang, Kec. Citeureup, Kab. Bogor. Untuk yang kedua di Desa Cileuksa, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat dalam rangka membantu masyarakat yang terkena musibah tanah longsor. Selanjutnya yang ketika di Desa Ngantru, Kec. Ngantang, Kab. Malang,” beber Tony Setiawan.
Di tempat yang berbeda, Khubul Wathoni Manager PTPN XII (Wisata Agro Wonosari) menyampaikan bahwa PTPN XII sangat mendukung demi terwujudnya ketahanan pangan, karena di wilayah tropis segala tanaman pasti tumbuh. Selain itu juga sangat kita sayangkan apabila bumi dan tanah air kita ini tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung ketahanan pangan.
“Sangat disayangkan apabila kita juga punya varietas unggul selalu kalah cepat oleh negara lain, makanan pokok kita diberi negara lain sebaiknya media juga mohon dukungannya untuk mempercepat proses misalnya untuk branding unggul varietas unggul di daerah kita sendiri nasional kita kabupaten Malang supaya mendapat tempat dan nilai spesifik serta nilai ekonomis yang bisa nantinya mendukung peningkatan ekonomi rakyat warga Malang,” pungkasnya.
Komisaris Utama PT Paranusa, Eko Handoko mengamini bahwa korporasinya sanggup membeli berapapun hasil panen alpukat pameling petani mitra binaannya. “Dalam waktu dekat, pihaknya akan menandatangi LoI (letter of Intens) dengan Singapura, Malaysia, Thailand, China, Korea Selatan, Rusia dan Swiss,” katanya.
Kawasan alpukat yang saat ini dibudidayakan seluas 30 hektare lahan bekerja sama dengan Gapoktak Nakulo. Dari luasan yang berlokasi di Kecamatan Lawang ini diperkirakan terdapat 6000 pohon dengan usia 6 bulan – 4 tahun. Sebanyak 500 pohon telah berbuah. Gapoktan ini dibuat sebagai sebuah korporasi untuk tata kelola hulu hilir hingga pemasaran langsung terhubung dengan Prima Nusa yang telah punya jaringan pasar. Dengan tercapainya kawasan alpukat maka akan mendorong peningkatan produksi buah. Jika didukung dengan kualitas yang baik, program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin akan segera terwujud. (Red/Al-AZ).