Guru Besar IPB Nilai Produk Hortikultura Mampu Serap Banyak Tenaga Kerja dan Prospek Bisnisnya Cukup Tinggi
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Guru Besar IPB Nilai Produk Hortikultura Mampu Serap Banyak Tenaga Kerja dan Prospek Bisnisnya Cukup Tinggi

    Kabartujuhsatu
    Sabtu, 19 Desember 2020, Desember 19, 2020 WIB Last Updated 2020-12-19T08:13:55Z
    masukkan script iklan disini


    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,  - Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Muhamad Firdaus menilai bahwa saat ini subsektor hortikultura memiliki prospek bisnis yang cukup tinggi karena terdapat pasar yang jelas serta berdampak langsung pada perbaikan ekonomi yang sangat produktivitas.

    "Di samping itu produk horti juga terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja serta berbagai produknya bisa menjadi makanan sehat yang meningkatkan kekebalan tubuh," ujar Prof Firdaus saat memberikan Professor Talk di Ewindo, Sabtu, 19 Desember 2020.

    Menurutnya, hortikukultura merupakan bisnis masa depan yang bisa dijadikan penghasilan tetap karena proses produksinya, mulai dari tanam hingga panen tidak membutuhkan waktu lama, sehingga tanaman horti bisa langsung dijual secara komersil.

    "Prospek horitkultura semakin baik dan terbuka ke depannya, baik untuk pasar utama maupun ceruk pasar. Karena itu kita perlu menjaga sustainabilitas agribisnis ini dengan meningkatkan produktivitas melalui pertanian presisi," katanya.

    Di samping itu, hortikukultura juga merupakan model bisnis yang cocok dalam mengisi kekosongan waktu akibat pemberlakuan pembatasan sosial dampak dari pandemi Covid 19. Apalagi, saat ini banyak masyarakat yang mulai sadar menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi produk-produk pertanian.

    "Perekonomian global dan nasional akan mulai pulih pada 2021, seiring dengan mulai digunakannya vaksin Covid-19. Karena itu, sekali lagi subsektor hortikukultura merupakan prospek bisnis masa depan yang sangat menjanjikan," katanya.

    Meski demikian, Firdaus berharap pemerintah bersama seluruh stakeholder yang ada, termasuk para akademisi mampu mendorong pengembangan produksi hortikultura ke luar pulau Jawa secara masif dan dimonitor setiap waktu.

    Sebagai informasi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini tengah mengembangkan lumbung pangan baru food estate di Provinsi Kalimantan Tengah dan Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Dalam pengembangan ini, produk hortikultura menjadi salah satu yang masuk dalam program prioritas.

    Di samping itu, Kementan juga baru saja meluncurkan smart green house untuk yang memiliki metode hidroponik dengan kendali otomatis berdasarkan sensor ataupun jarak jauh. Pengendalian smart green house bahkan bisa menggunakan smartphone berbasis Android untuk mengatur kelembaban, suhu, nutrisi dan cuaca.

    Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong penerapan smart green house yang terintegrasi dengan konsep eduwisata di pusat-pusat pendidikan pertanian Polbangtan seluruh Indonesia. Menurut Mentan, smart green house adalah cermin dari implementasi pertanian modern dengan mengedepankan basis teknologi artificial intelegen.

    "Kita harus ingat bahwa pertanian kita hari ini, kemarin dan masa depan adalah penopang ekonomi bangsa. Yang jelas kita tidak bisa mencoba dengan peradaban yang lalu. Caranya adalah mengembangkan Smart Green House seperti di Polbangtan ini. Dengan begitu budidaya kita akan jauh lebih optimal," katanya.

    Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa smart green house adalah inovasi terbaru yang mampu mengendalikan suhu microclimate pada sebuah lahan pertanian modern. Penggunaan green house diyakini dapat menghasilkan produksi pangan berkualitas yang berbasis pada konsumsi dalam negeri serta peningkatan ekspor.

    "Smart green house itu sebetulnya bagian dari smart Agriculture yang sedang kita bangun sesuai arahan Bapak Menteri. Intinya ini adalah pertanian modern yang memanfaatkan informasi teknologi khususnya internet of thing atau artifisial intelijen. Jadi semua yang disini sudah menggunakan sensor yang dilengkapi dengan big data," tutupnya. (Red/Al-Az).
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini