Jakarta, Kabartujuhsatu.news, - Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) sarang burung walet asal Sumatera Utara Benny Hutapea minta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menindak pihak-pihak yang menghambat proses perizinan sarang burung walet. Dimana Kata eksportir ini, saat sekarang banyak keluhan dari kalangan pelaku usaha sarang burung walet di Tanah Air yang terhambat kendala perijinan.
"Biirokrasi yang berbelat-belit bidang perizinan ini menyebabkan banyak pengusaha sarang burung walet mengeluh karena waktu yang dibutuhkan menjadi terlebih lama," kata Beny Hutapea yang juga salah satu pendukung Jokowi pada pilpres 2019 dalam keterangan di Jakarta, Jumat (19/2/2021).
Ketua Ikatan Pemerhati Sarang Burung Walet ini juga mengatakan, kami dan pelaku usaha sarang burung walet lainnya harus mengeluarkan tambahan biaya, karena ada permintaan dana yang peruntukannya tidak jelas.
Menurut Beny, dana peruntukan yang tidak jelas tersebut menjadi biaya yang harus dikeluarkan oleh para pengusaha.
"Apabila usaha sarang burung walet yang akan diajukan izinnya tersebut memiliki skala yang besar, hal tersebut tidak menjadi masalah. Namun, dengan skala rumah tangga, dana tersebut dirasa cukup memberatkan," ucap Beny.
“Proses perizinan lingkungan dan juga UPL-UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan), itu yang menurut teman-teman pengusaha sarang burung walet di daerah juga jadi kendala," ungkap Beny.
Mampu Beri Devisa Negara yang Besar
Ekspor sarang burung walet, lanjut Beny, berpotensi meningkat tajam serta mampu memberi devisa negara yang cukup besar, jika didukung dengan regulasi eksportir yang terdaftar.
Seperti diketahui, saat ini China menjadi negara importir terbesar sarang burung walet dengan total 262 ton atau senilai Rp25 juta per ton. Namun, kata Beny, jika di ekspor ke negara lain, komoditas tersebut hanya dinilai sekitar Rp600.000 per ton karena tidak melalui eksportir terdaftar.
"Ekspor ke China paling jelas regulasinya dibanding negara lain. Ini kalau digali dengan aturan-aturan yang jelas, kemungkinan harga sarang burung walet bisa meledak dan devisa kita bisa naik," tegasnya.
Beny menjelaskan, sejak dulu sarang burung walet Indonesia sudah menjadi incaran negara-negara lain, khususnya China. Dengan keterbukaan pasar global seperti sekarang menjadikan sarang burung walet sebagai andalan bagi devisa.
"Saya berharap ada perbaikan regulasi yqng benar-benar berpihak ke pengusaha sarang burung walet karena ekspor sarang burung walet, yang kita miliki bisa mencapai ratusan triliun rupiah,"tutur Beny.
Hal itu diakui oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini kepada awak media di gedung DPR RI, menyebut potensi ekspor sarang burung walet masih akan terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. "Hal ini karena sarang burung walet dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo usai rapat kerja dengan Komisi IV di gedung DPR, Senayan Jakarta, baru-baru ini.
Berdasarkan data IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), selama pandemi COVID-19 tahun 2020 jumlah ekspor sarang burung walet mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp28,9 triliun.
Jumlah tersebut meningkat 2,13 persen dari pencapaian tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131 ton atau senilai Rp28,3 triliun. Selain itu, kata dia, sarang burung walet dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut, dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.
Terpisah Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil ditemui usai rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, mengakui pihaknya telah memiliki laboratorium pengujian sarang burung walet yang telah diakui oleh negara mitra dagang.
"Kita sudah berkomitmen saling menjaga serta laporkan jika melalulintaskan unggas khususnya kepada petugas karantina agar sarang burung walet tetap dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional," kata Ali Jamil di Gedung Parlemen Senayan Jakarta, belum lama ini. (red)
Penulis: RB. Syafrudin Budiman SIP