Jayapura (Papua), Kabartujuhsatu.news, - "Sangat keji jika ada tudingan guru yang ditembak di Beoga memiliki pistol sehingga bisa dianggap sebagai mata-mata atau intel. Tudingan ini harus ada bukti tidak hanya spekulasi yang bisa mengancam keamanan seluruh pekerja kemanusiaan yang ada di sana,’’ kata Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey ketika dihubungi di Kota Jayapura, Sabtu (10/04/2021).
Kata dia, guru tidak membawa pistol tetapi membawa pensil alat tulis, perlengkapan peralatan lainnya untuk mengajar generasi penerus yang ada di sana, sehingga pengembangan sumber daya manusia (SDM) di pedalaman Papua bisa meningkat.
‘’Kalau ada dugaan atau kecurigaan kan bisa diklarifikasi, ada kepala sekolah, ada kepala suku, tokoh-tokoh masyarakat dan adat dalam kampung. Karena jika tudingan tanpa pembuktian bisa mengancam keamanan siapa saja yang datang bekerja di sana,’’ katanya.
Mantan aktvisi ini menilai bahwa guru yang ada di Beoga, Kabupaten Puncak datang untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan, sehingga sangat disayangkan jika akhirnya ditembak dan dilabeli bawa senjata.
‘’Guru datang karena pemerintah Puncak membuka lowongan, mereka kemudian bekerja untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di sana, sehingga tudingan-tudingan harus disertai dengan bukti,’’ jelasnya.
Kata dia lagi, jangan juga langsung menuding sebagai mata-mata jika guru sering didatangi polisi atau tentara karena keberadaan mereka di sana untuk kemanusiaan.
Kepada pemerintah daerah Puncak agar memberikan rasa aman kepada para guru, medis dan pekerja kemanusiaan lainnya yang ada di sana, karena mereka datang untuk membantu pemerintah mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat terutama pendidikan dan kesehatan.
Diberitakan sebelumnya, dua guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak ditembak mati oleh KKB dalam sepekan terakhir. Salah satu guru yang ditembak mati dituding pernah dilihat bawa pistol oleh warga.