Kabartujuhsatu.news,-Terlepas dari disparitas jumlah korban di kedua belah pihak, apa yang sedang terjadi saat ini antara rakyat Palestina di Gaza dengan pihak Israel, bisa dikatakan yang pertama kali sejak 20 tahun terakhir. Serangan roket kelompok Hamas dan Jihad Islami dari Gaza ke Israel berbeda dengan perang tahun 2009, 2014, dan 2018.
Sebelumnya, Hamas dan Jihad Islami hanya menargetkan titik-titik militer dan strategis Israel saja, namun kali ini lepas kontrol, 100 roket lebih ditembakkan setiap hari ke seluruh Israel tanpa pandang bulu.
Jubir Hamas, Abu Ubaidah malah mengatakan, “Kami siap untuk menghajar Israel dengan roket hingga 6 bulan ke depan”, artinya paling tidak Hamas dan Jihad Islami memiliki setidaknya 25.000 roket di gudangnya yang entah dimana lokasinya, dengan asumsi satu hari lebih dari 100 roket ditembakkan per hari.
Apa yang dilakukan Hamas dan Jihad Islami merupakan tindakan yang tidak pernah berani dilakukan oleh negara manapun di dunia, setidaknya dalam 40 tahun terakhir. Siapa yang berani menembakkan 150 roket ke Israel? Turki? Mesir? Arab Saudi? Iran?
Rakyat Palestina di Gaza _has nothing to lose_, mereka dikepung dari darat, laut dan udara. Anak-anak muda mereka yang bergabung dengan kelompok Hamas dan Jihad Islami sudah terlanjur dicap teroris, kalaupun mati dihajar Israel mereka mengganggap dirinya syahid. Sebuah gelar kematian paling terhormat dalam semua agama, dan peradaban umat manusia.
Pembahasan menarik dalam konflik ini adalah kemampuan roket Hamas dan Jihad Islami yang mampu membuat _Iron Dome_ kewalahan. Gegara ini, sejumlah negara yang ingin membeli _Iron Dome_ dari Israel seharga miliaran US dollar berpikir ulang, termasuk Arab Saudi dan Emirates. Bagaimana tidak, roket seharga 500-800 US dollar bisa membuat Iron Dome kewalahan, padahal 1 misil Iron Dome harganya minimal 42.000 US dollar.
Banyak yang mempertanyakan dari mana Gaza mendapatkan roket-roket tersebut? _Smuggling_ roket tentunya tidak semudah _smuggling_ rokok atau 10 kg ganja. Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti isi gudang senjata Hamas dan Jihad Islami apalagi Hizbullah, namun untuk menggertak musuh, kadang-kadang ada info _leaked biar public_ tahu, ataupun ya seperti saat ini, baru ketahuan isi arsenal mereka.
Sebagian besar persenjataan itu diyakini merupakan roket jarak pendek, yang dikenal sebagai Qassam, yang memiliki jangkauan sekitar 10 kilometer. Roket ini lebih mudah dan lebih murah diproduksi daripada roket jarak jauh. Hamas dan Jihad Islami memiliki lintasan pelepasannya yang dirahasiakan di beberapa tempat di dalam Gaza.
Roket jarak menengah merupakan kopian desain Iran dan Rusia, dapat mencapai target hingga 25 mil, roket ini mampu mencapai Tel Aviv, dan telah dibuktikan. Versi senjata ini diyakini diproduksi di dalam Gaza.
Mereka juga punya roket jarak jauh, yang dapat mencapai Tel Aviv, Yerusalem, dan Bandara Ben-Gurion. Antara lain roket jenis M-75, roket buatan lokal dengan teknologi yang dipasok oleh Iran, dan J-80, roket buatan lokal yang dinamai seperti komandan militer Hamas yang terkenal, Ahmed al-Jabari, yang dibunuh oleh serangan udara Israel pada tahun 2012, serta M302 yang mampu mencapai jarak 180 km (jarak ini lebih jauh dari Tangerang - Subang yang hanya 151 km), dan diyakini berasal dari Suriah. Disamping roket Fajr 3 dan Fajr 5 buatan Iran.
Dulu, roket jarak menengah dan jarak jauh biasanya diselundupkan melalui terowongan di sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir, dan dalam beberapa kasus diselundupkan dalam bentuk terpisah, kemudian dirakit di Gaza. Namun dalam beberapa tahun terakhir, ketika Mesir meningkatkan keamanan di perbatasan untuk memblokir dan menghancurkan terowongan, penyelundupan seluruh roket menjadi sulit. Jadi, Hamas dan afiliasinya di Gaza telah mengembangkan kemampuan produksi mereka sendiri. Mereka menjadi mandiri.
Kelompok Militan di Gaza secara terbuka mengaitkan keberhasilan mereka dengan bantuan yang dipasok oleh Iran, yang dianggap Israel sebagai musuh asing paling kuat. Pihak Iran juga tidak malu-malu mengakui dengan adanya hubungan mereka dengan Hamas.
Berbicara dalam pertemuan besar pada Mei 2019, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sangat eksplisit dalam mengakui peran penting Iran dalam membantu Hamas. “Jika bukan karena dukungan Iran, kami tidak akan memiliki kemampuan ini.” begitu kata Sinwar.
Hingga saat ini, korban memang tidak sebanding, namun pihak Pejuang Palestina sudah nekat, _head down, eyes up!_ Tidak ada jalan keluar kecuali mengalahkan Israel.
Kita tunggu siapa duluan yang teriak “stop”, kalau tidak digitukan, Israel semakin maingkek-ingkek. Negara-negara Arab yang normalisasi hubungan dengan Israel, dengan alasan “agar lebih mudah diajak ngobrol demi Palestina”, nyatanya apa? Nol besar.
Israel itu itu ibarat “summum bukmum umyun”, kutukan dan kecaman tidak memengaruhi mereka sama sekali. Buktinya, Resolusi DK PBB saja diabaikan, apalagi cuma kutukan dari negara yang punya hubungan dagang ratusan juta dolar dengannya. Ibarat pepatah, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu..