Pandawa 5 Dalam Filosofi PUKM
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Pandawa 5 Dalam Filosofi PUKM

    Kabartujuhsatu
    Minggu, 23 Mei 2021, Mei 23, 2021 WIB Last Updated 2021-05-23T09:22:32Z
    masukkan script iklan disini
    Oleh Muhajir, S.Kep.Ners .MMR Ketua TPPUKM (Foto Istimewa)

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Werkudoro atau yang lebih kita kenal dengan nama Bima adalah salah satu tokoh pandawa daam cerita pewayangan Nusantara. Werkudoro merupakan putra kedua dari pernikahan Dewi Kunti dan Raden Pandu. Ia dikenal sebagai tokoh Pandawa yang tidak punya unggah - ungguh dan lebih terkesan kasar dan menakutkan. Namun pada dasarnya Werkudoro tetaplah tokoh yang berhati lembut dan penuh welas asih. Hal ini bagian yang menginspirasi Partai Usaha Kecil dan Menengah (PUKM).

    Dalam kisah pewayangan Nusantara, Werkudoro dikisahkan sebagai kesatriya yang sakti mandraguna. Namun demikian ia digambarkan tidak seperti kesatriya pada umumnya. Werkudoro digambarkan dengan wujud raksasa, dan Werkudoro memiliki suara yang menggelegar. Dalam perjalanan kisahnya, Werkudoro atau Bima pernah diutus oleh gurunya yang bernama Durno untuk mencari air suci "Banyu Perwitosari" dan pusaka kayu "Gung Susuhing Angin". Sangat dengan jalan perjuangan PUKM.

    Terlepas dari semua itu dalam tulisan kali ini saya akan mengejawentahkan pesan - pesan tersembunyi yang dapat kita pelajari dari tokoh Werkudoro. Sebenarnya kita dapat memetik beberapa pelajaran dari tokoh Wwerkudoro ini. Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari Werkudoro :

    1. Jangan menilai seuatu hanya dari yang tampak

    Dari sedikit ulasan di atas dapat kita simpulkan demikian. Meskipun dalam penokohannya Werkudoro digambarkan sebagai tokoh yang kasar, tidak punya unggah ungguh, dan tidak bisa berbicara dengan bahasa yang halus. Namun bila kita pelajari lebih lanjut tentang kisah Bima kita bisa mengetahui betapa lembut dan welas asihnya tokoh Bima ini. Meskipun dia merupakan sosok yang sakti mandragna, namun Bima tidak mau menampakkan kesaktiannya kecuali dalam kondisi darurat. Bila tidak disalahi, Bima akan menunjukkan sisinya yang positif.

    Secara lahiriyah kita akan tertipu dengan pembawaannya tokoh Werkudoro ini. Dalam menilai seseorang kita jangan telalu gegabah. Kenali dulu siapa dia lebih dalam. Rangkul dan ajak dia berdiskusi. Dengan kita menyelami keseharian orang itu, maka kita akan tahu seperti apa sifatnya yang sebenarnya.

    2. Selalu bersikap khusnudhon terhadap segala hal

    Dalam lakon Bimo Suci diceritakan bahwasanya Werkudoro dalam berguru ilmu "Sangkan Paraning Dumadi" kepada Durno, ia diperintahkan untuk mencari dua hal. Yaitu yang disebut dengan "Kayu Gung Susuhing Angin" dan air suci "Banyu Perwitosari". Tokoh Durno merupakan gurunya para Kurawa yang terkenal dengan tokoh antagonis dalam pewayangan. Namun sebenarnya Durno memerintahkan Werkudoro untuk mencari dua hal itu memiliki maksud untuk mencelakakannya.


    Meskipun demikian Werkudoro tidak sedikitpun menaruh curiga kepada gurunya tersebut. Karena ia berpegang teguh terhadap pendiriannya. Bahwasanya perintah guru itu semata - mata untuk kebaikan muridnya. Meski terkadang perintah itu tidak dapat diterima nalar. Dengan keyakinannya tersebut Werkudoro dapat terbebas dari segala bahaya yang sengaja ditujukan Durno untuk mencelakakannya.

    3. Takdzim kepada guru

    Seperti yang telah saya jelaskan di atas. Werkudoro selalu sendiko dhawuh terhadap perintah gurunya. Ini menunjukkan bahwa dalam belajar kita harus patuh dan taat kepada guru. Dalam kalangan anak - anak pesantren dikenal yang namanya berkah guru. Untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan manfaat kita dianjurkan untuk selalu nurut dan menghormati guru kita. Meskipun kita tahu keburukan dan kekurangan dari guru kita, kita harus tetap takdzim dan menghormati guru kita. Seperti pesan yang disampaikan dalam cerita wayang lewat tokoh Werkudoro.


    4. Rela berkorban

    Kembali ke penjelasan di atas. Dalam berkhidmat dan sebagai bukti ketakdzimannya kepada guru Werkudoro dengan ikhlas mempertaruhkan keselamatan dirinya untuk melaksanakan perintah gurunya. Meskipun dia tahu untuk mendapatkan kedua hal yang diperintahkan gurunya itu tidak akan mudah. Ia harus pergi ke Hutan Tikbrasara untuk mencari Kayu Gung Susuhing Angin dan menyelam ke dasar Segoro Kidul untuk mencari yang disebut Banyu Suci Perwitosari.

    Dalam perjalanannya itu Werkudoro harus melawan dua raksasa di Hutan Tikbrasara dan melawan seekor naga di dasar Segoro Kidul. Atas keikhlasannya itu Werkudoro mampu melewati segala rintangan hingga pada akhirnya dia bertemu dengan Dewa Ruci yang selanjutnya memberikan ilmu sejati kepada Werkudoro.

    Demikian sedikit ulasan tentang Werkudoro. Semoga dapat menjadikan teladan dan pelajaran bagi para pembaca sekalian.

    PUKM Maju Berperadaban!

    Laporan: JL
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini