Soppeng (Sulsel), Kabartujuhsatu.news,- Lembah Cinta salah satu Destinasi Wisata kabupaten Soppeng yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Lembah cinta yang terletak di Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ini terletak di sebelah barat ibu kota Watansoppeng dengan menyusuri jalan dari Lapajung barat Kelurahan Lapajung sekitar 7 km hingga sampai di desa asal mula kerajaan bulu matanre ini.
Desa yang mempunyai luas 50 km persegi dengan jumlah penduduk sekitar 1.392 jiwa ini banyak dikunjungi sejak kepemimpinan kepala Desa Mattabulu Drs.Jumaldi Bakri, pasalnya berbagai inovasi obyek wisata ada di sana, baik air terjun maupun lembah dengan panorama indah yang dilengkapi dengan pohon Pinus, spot khusus untuk selfie. Begitupula ada rumah-rumah yang telah dibuatkan untuk para pengunjung, ada ayunan, meja, jembatan khusus pejalan kaki, hingga tulisan-tulisan yang tertempel yang begitu kreatif hingga Sepeda gantung yang dapat menguji andreanalin.
Namun pada pasca hari raya idul fitri 1442 H, Desa yang berada di kaki gunung tertinggi Kabupaten dengan ketinggian 1000 MdPL (Meter di atas permukaan laut) kini melengkapi ketertarikan para wisatawan dengan menghadirkan musik akustik.
Musik akustik ini nampaknya sangat diminati para pengunjung apa lagi zaman naw khususnya para pemuda pemudi Millenial banyak menyukainya, meskipun bukan hanya itu namun ada juga para pengunjung dari kalangan orang tua nampak menikmatinya.
"Musik akustik ini banyak digandrungi para wisatawan di lembah cinta ini apa lagi kawula muda, ungkap Andi Agus Topan pendamping Desa Mattabulu yang banyak berkontribusi dalam memajukan Desa Mattabulu bersama Kades Jumaldi Bakri.
Andi Agus sapaan akrab P3MD Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng ini menyebut, " Disamping panorama alam yang indah dengan alunan musik akustik membuat para pengunjung betah menikmatinya, terangnya. Minggu (16/5/2021).
"Semoga kedepan pihak pengelola dapat juga menghadirkan musik-musik tradisional yang juga sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal, pungkasnya. (Red).
