Kupang, (NTT), Kabartujuhsatu.news,–Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pemuda Anti Sara (AMPAS) Kupang menggelar aksi demontrasi di Polda Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (02/06/2021).
AMPAS terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), PMKRI Cabang Kupang, ITAKANRAI, PERMASNA, PERMAI, HM3T, IMMALA Kupang.
Aksi ini merupakan buntut dari pernyataan kontroversi Ketua DPRD Kota Kupang yang juga kader PDIP, Yeskiel Loudoe.
AMPAS menilai Yeskiel melontarkan pernyataan yang membeda-bedakan suku, ras dan agama (SARA).
Rekaman berbau SARA yang dilontarkan Yeskiel Loudoe menyebar di publik sejak Sabtu, 29 Mei 2021 lalu. Rekaman suara ini pun memantik sejumlah perdebatan. Sebab, pemilik suara menyinggung suku dan agama tertentu; Flores dan Katolik. Belakangan diketahui suara itu diduga kuat dilontarkan Yeskiel Loudoe.
Aksi demontrasi itu dimulai dari Marga PMKRI Cabang Kupang menuju Kantor Polda NTT. Massa aksi juga membentangkan sejumlah spanduk, salah satunya bertuliskan “Ngaku Nasionalis Kok Paling Rasis"
Koordinator Umum Aksi, Rino Solla mengatakan pada hakekatnya tujuan aksi ini berkaitan dengan rekaman suara yang berbau SARA yang diduga dilontarkan oleh Ketua DPRD Kota Kupang, Yeskiel Loudoe.
Rino menegaskan agar Kepolisian Daerah (Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan upaya hukum terhadap Yeskiel Loudoe yang juga merupakan Ketua DPRD Kota Kupang.
Presidium Gerakan Kemasyarakatan (Germas) PMKRI Cabang Kupang itu menegaskan, AMPAS Kupang menyikapi hal ini menjadi hal yang urgen, karena pada nyatanya teriakan-teriakan NTT tinggi toleransi akan berubah menjadi nusa tinggi intoleransi.
“Itu yang kita takutkan. Harapan kami bahwa dengan hal ini supaya tidak terjadi lagi oknum-oknum atau tokoh-tokoh yang berani mengobrak-abrik kehidupan pluralisme yang terjadi di Kota Kupang, yang dikatakan Kota Kasih, ” tegasnya
Ia juga berharap Polda NTT dalam hal ini tim cybernya lebih pro aktif untuk menilai dan melihat perkembangan-perkembangan kehidupan di dunia maya.
“Karena banyak ujaran-ujaran kebencian pasca pernyataan ini. Kita berharap polda NTT bisa bersinergi untuk menuntaskan permasalahan ini agar tidak membias ke isu-isu yang lainnya, ” tegasnya lagi
Terkait tulisan di sepanduk yang bertulis “Ngaku Nasionalis Kok Paling Rasis”, Rino mengatakan maksud dari tulisan itu karena yang melontarkan pernyataan berbau SARA itu berasal dari salah satu partai yang diidentik dengan Nasionalis.
“Menurut saya, ini yang sangat disayangkan dan lucu bagi kami, karena yang notabene selama ini selalu berteriak menuduh orang taliban, menuduh orang komunis, menuduh orang rasis, ternyata kader-kadernya yang selalu mengedepankan nilai-nilai nasionalis, kok ada kader yang dilahirkan seperti ini. Kami sangat menyayangkan. Ini menjadi refleksi panjang juga bagi rumah tempat dia berteduh, “tuturnya
(Tensi Rea)