Kabartujuhsatu.news,-Pernah tahu sejarah Emas Minangkabau? Bangsa besar yang tergabung di dalam NKRI ini merupakan salah satu kontributor terbesar selain bangsa Jawa, Aceh, dan lainnya dalam mendirikan Kemerdekaan di negeri ini dari penjajahan Belanda terhadap bangsa - bangsa yang ada di wilayah Nusantara ini.
Mereka merebut kemerdekaan Indonesia lewat surau - surau dengan menanamkan akidah kepada generasi muda lewat pengajian - pengajian yang diajarkan oleh para ulama-ulama setempat. Sehingga lahirlah tokoh - tokoh besar sekelas Buya Hamka dan lainnya.
Pengajian yang tersebar di seluruh Sumatera Barat itupun terasa ada di RT 12 RW 03 Palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Pengajian ini dipimpin oleh Ustadzah Yanti warga RW. 03 Palmerah sudah berlangsung bertahun-tahun, mulai dari anak usia balita hingga remaja baik laki-laki maupun perempuan.
Menurut marbot yang mengelola Mesjid Al-Huda khusus untuk anak-anak diadakan setiap Sabtu pagi. Sedangkan untuk orang dewasa diadakan Minggu pagi. Keduanya _ba'da_ Subuh berjamaah.
Kekuatan umat yang tersisa saat ini untuk melawan gaya hidup hedonistik, serbuan budaya Barat, isme komunisme modern, dan pengaruh jahat lainnya hanyalah lewat pengajian di surau-surau atau di mesjid - mesjid yang ada di seluruh tanah air.
Seorang alumni SMA 1 Payakumbuh dan kemudian menjadi Bupati 50 Koto untuk 2 periode di salah satu Kabupaten di Sumatera Barat itu pada tahun 2009 pernah mengatakan bahwa suasana *Babaliak Basurau* merupakan kekuatan umat Islam yang sangat besar. Untuk itulah menggalakkan suasana jaman keemasan Minangkabau.
"Minangkabau menjadi kaya akan tokoh-tokoh nasional berkualitas karena _"tigo tungku sajarangan, ulama, cerdik pandai dan ninik mamak"_. Sehingga lahirlah Tan Malaka, Sutan Sjahrir, Hatta, Haji Agus Salim dan lainnya." Kata Bupati 50 Koto saat itu.
Pesan lama ini rasanya wajib kita pertahankan agar bangsa ini tidak musnah atas serbuan bangsa asing yang masuk perlahan-lahan ke Indonesia. Mereka antara lain masuk melalui formalitas investasi asing yang membutuhkan _fresh money_ dan tenaga ahli. Padahal ini fatamorgana semata. Mengapa demikian? Sebab tidak ada nilai plus masuknya investasi asing bila tanpa pengetatan aturan dalam penempatan tenaga kerja asing. (Sw).