Bone (Sulsel), Kabartujuhsatu.news,- Perhatian Kementerian Pertanian saat ini menuju pada peningkatan produksi dan ketersediaan komoditas pertanian termasuk perkebunan. Utamanya yaitu produktivitas hingga kualitas yang bernilai tambah dan berdaya saing di pasar dunia.
Hal ini sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo agar seluruh jajaran Kementerian Pertanian mendorong petani agar dapat mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas perkebunan. Upaya ini tentunya untuk menyesuaikan seiring banyaknya tantangan sektor pertanian ke depan dalam menyediakan pangan rakyat Indonesia dan meningkatkan ekspor untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura Dan Perkebunan Kabupaten Bone memaparkan bahwa luas kebun di wilayahnya saat ini mencapai 40.000 hektar dan kimoditi terluas kakao yaitu 18.000 hektar dan beberapa sisanya berkecimpung pada komoditi perkebunan lainnya yaitu Kopi. Dalam arahannya, beliau mewakili warga khususnya Petani dan Kelompok Tani Tellu Limpoe sangat berterima kasih kepada BBPP batangkaluku karena telah mengadakan pelatihan di daerah ini. “Sejujurnya lokasi ini sulit terjangkau dan masih sangat jarang tersentuh pelatihan.” ungkap Hasanuddin.
Menindaklanjut arahan mentan tersebut Kementerian Pertanian melalui BBPP Batangkaluku menyelenggarakan Pelatihan Teknis Tematik Pasca Panen Kopi bagi Non Aparatur pada tanggal 3 – 5 Juni 2021 dan diikuti oleh 30 petani binaan BPP Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku menambahkan bahwa pelatihan ini dilaksanakan menggunakan ABT (anggaran belanja tambahan) dalam rangka pelaksanaan PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Oleh karena itu beliau mengajak peserta untuk serius dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini hingga akhir. “Saat ini teknologi sudah sangat maju, inilah yang mendukung peningkatan produksi dan penghasilan jangan mau tertinggal.” pesan Sabir.
Menurutnya pertanian saat ini adalah bisnis tidak seperti orang tua kita yang dulu bertani karena terpaksa untuk menghidupi keluarga dan hanya memiliki keterampilan bertani. Saat ini pertanian harus modern biar tidak lagi di anggap pekerjaan kotor seperti dulu, maka dari itu pelatihan seperti ini di laksanakan untuk memajukan pengetahuan dan keterampilan petani kita terutama pada generasi milenial.
Salah satu peserta mengungkapkan kendala Petani kopi di Tellu Limpoe saat ini yaitu karena wilayahnya berbatasan dengan hutan lindung. Permasalahan lainnya yaitu bantuan bibit, karena masa sekarang ini bibit harus lolos sertifikasi dan berlabel sebelum disalurkan ke petani kopi. (Medsos BBPP-BK).
Sumber/Penulis : Muh. Fahri/Sugeng Mulyono