Cerita Penjual Manisan Didekat Pesantren Athirah Watampone Bikin Haru
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Cerita Penjual Manisan Didekat Pesantren Athirah Watampone Bikin Haru

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 12 Agustus 2021, Agustus 12, 2021 WIB Last Updated 2021-08-13T07:10:52Z
    masukkan script iklan disini
    Ketua DPD APKLI kabupaten Bone Iwan Hammer (baju merah) saat bersama Ketua DPD Apkan RI di tempat penjual manisan (Ist).

    Bone (Sulsel), Kabartujuhsatu.news,- Seorang perempuan penjual manisan yang berada di Watampone membuat haru ketua DPD APKLI Bone Iwan Hammer, Kamis sore (12/8/2021).

    Memulai usaha memang butuh keberanian, komitmen dan mental baja, karena jika bermodalkan rasa takut, apa yang di inginkan susah untuk terwujud, seperti yang dialami Andi Tenri 37 tahun bersama suaminya Arifin Hidayat 38 tahun, dengan bermodalkan keberanian untuk memulai usahanya dengan jual manisan mangga dan buah mangga di pinggir jalan poros Panyula - Watampone. 

    Dia menuturkan bahwa, awalnya hanya menggunakan meja bekas dan memulai jualannya dan butuh satu bulan untuk beradaptasi dengan kondisi di kampung Suaminya.

    Andi Tenri merupakan warga kabupaten Wajo yang menikah dengan Arifin Hidayat warga Panyula kabupaten Bone 10 tahun silam dan sempat tinggal di Sengkang  kabupaten Wajo pada awal awal pernikahannya, mau mencari pekerjaan tapi cuma bisa kerja di Toko yang gaji ditawarkan waktu itu Rp 500 Ribu/ bulan , begitupun suaminya yang hanya warga masyarakat biasa yang tak punya keahlian khusus, beber Tenri.

    Kata Dia," Akhirnya kami berdua memilih  pulang ke kampung halaman di Panyula Bone ini dan berusaha menjadi PKL jual manisan dipinggir jalan dan hingga saat ini sudah kurang lebih 8 tahun menekuni jual manisan dipinggir jalan dekat dari Pesantren Athirah milik mantan wakil presiden RI H.M Yusuf Kalla ini.

    Dikatakannya, "Ada banyak suka duka yang kami berdua alami, saat awal menjual, sukanya ketika seharian berjualan namun hasilnya hanya buat Makan yang kami dapat dan dukanya kehujanan ketika musim hujan dan kadang kami tertidur di balai balai menunggu pembeli untuk singgah dan kadang buah yang kami jual tidak laku sebagian, hingga dibuang karena membusuk. Terang Andi Tenri.

    Kini perlahan Andi Tenri mulai menatap masa depan bersama- Suami dan anaknya dengan tetap mengandalkan berjualan manisan mangga yang sudah dilakoninya selama kurang lebih 8 tahun untuk menopang kehidupan keluarganya. 


    "Sekarang pekerjaan saya sebagai penjual manisan mangga dipinggir jalan poros ini, sudah dikenal warga yang setiap hari lalu lalang baik' warga Bone maupun warga yang datang Rekreasi ke Pallette dan kami sudah bisa sedikit bernafas lega dengan penghasilan yang lumayan bisa menghidupi keluarga kami, tandasnya.


    "Alhamdulillah saya ucapkan banyak terima kasih kepada pemerintah atas bantuan Sosial yang pernah diberikan kepada kami sekeluarga dan itu sangat membantu kami, Jelasnya di hadapan Ketua DPD APKLI kabupaten Bone Iwan Hammer bersama Sudirman S Ketua DPD APKAN RI yang didampingi humasnya Bang Othek saat singgah membeli manisan untuk di bawa pulang. 

    "Pedagang kaki lima adalah profesi yang lebih mulia dari pelaku NARKOBA dan pelaku korupsi, mereka para PKL ini sangat mudah di manusiakan (diberdayakan) serta selalu optimis untuk Rakyat kecil Asosiasi pedagang kaki lima diseluruh wilayah Indonesia.

    "Juga siap bersinergi dengan elemen pemerintah dan institusi lainnya dalam membangun ekonomi kerakyatan, penopang ekonomi Nasional, pungkas Iwan Hammer  Ketua DPD APKLI kab Bone Sulawesi Selatan. (Mih).
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini