Madiun (Jatim), Kabartujuhsatu.news,-Kementerian Pertanian saat ini terus mendorong pengembangan porang sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia karena memiliki potensi dan nilai yang sangat besar serta tingginya permintaan porang dipasar ekspor.
Meningkatnya penanaman porang saat ini diberbagai daerah dipicu oleh meningkatnya minat petani bercocok tanam porang karena adanya tingkat keuntungan yang memadai, berkembangnya industri olahan berbahan baku, serta didukung oleh kesesuaian lahan.
Terkait harga, komoditas porang terbilang dinamis dalam range wajar dan tergantung dengan mekanisme pasar (supply and demand). Harga porang saat ini yang mengalami penurunan justru mulai mengalami kenaikan. Tahun 2020 lalu pernah sesekali harga tinggi justru lagi gejolak harga.
“Memang kondisi harga porang di lapangan saat ini Rp 6.000 tapi sudah mulai naik lagi di angka Rp 6.500 perkilogram. Beberapa tahun lalu pernah harga mencapai Rp 4.000, juga pernah Rp 2.500 bahkan pernah rendah hingga Rp 600 perkilogram, “ ujar Yoyok Triono, Petani Porang asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Senin (23/8/2021).
Sudah menjadi petani porang sejak tahun 2010, Yoyok mengungkapkan bahwa saat ini banyak petani baru khususnya petani porang yang berharap keuntungan yang besar sehingga harapannya terhadap komoditas porang juga tinggi.
“Meskipun ada dinamika harga, tanaman porang dibandingkan dengan tanaman pangan lain maupun palawija memang masih lebih menguntungkan," terangnya.
Yoyok berharap harga porang ke depan stabil. Menurutnya, salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menjaga harga porang agar tetap stabil adalah menunda masa panen ke masa panen berikutnya sehingga keuntungan dan hasilnya akan menjadi lebih besar.
“Untuk menjaga harga kita tidak terburu-buru menjual bila harga belum cocok. Ini berbeda dengan tanaman lain, porang bisa ditunda panennya dan aman tidak rusak, malah nanti dipanen pada musim berikutnya umbinya semakin besar,“ jelasnya.
Selain itu menurut Yoyok, keuntungan dalam menanam porang adalah perawatannya yang terbilang cukup mudah serta minimnya serangan hama penyakit yang dapat merugikan petani.
Lebih lanjut Yoyok mengungkapkan harga porang yang cukup dinamis saat ini masih memberi keuntungan pada petani, karena porang hasil produksi petani khususnya di Kabupaten Madiun tetap laku dan dibeli oleh pengepul. Selain kegiatan budidaya, di wilayah Madiun juga mulai tumbuh usaha pengolahan porang skala kecil dan UKM untuk menambah penghasilan.
“Saat ini porang masih memberikan keuntungan besar pada petani dikarenakan produktivitas porang tahun ini lebih besar dibanding tahun kemarin,“ ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengungkapkan bahwa penurunan harga porang hanya karena faktor supply dan demand saja. Yang terpenting adalah pemerintah mendorong budidaya tanaman porang karena hasilnya sangat menjanjikan untuk diekspor
"Satu hektarenya menjanjikan hasil yang sangat besar. Dan kita berharap harga porang bagus banget. Tetapi kami juga tidak boleh bergantung pada ekspor. Oleh karena itu, perlu melakukan end product atau produksi akhir harus dilakukan di Indonesia, “ jelas SYL. (Al-Aziz/Yuli N).