Gawat, PM Australia Hubungi Presiden Indonesia Joko Widodo
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Gawat, PM Australia Hubungi Presiden Indonesia Joko Widodo

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 22 September 2021, September 22, 2021 WIB Last Updated 2021-09-22T09:34:29Z
    masukkan script iklan disini

    PM Australia Scott Morrison (kiri) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Ist).

    Canberra (Australia), Kabartujuhsatu.news,- Perdana Menteri Scott Morrison menghubungi Presiden Joko Widodo kemarin setelah Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan prihatin dengan perlombaan senjata terkait perjanjian tiga arah Australia- Inggris-Amerika Serikat.


    Dari informasi yang didapat, PM Morrison telah menegaskan kembali kepada Presiden Jokowi bahwa Australia akan tetap menjalankan kewajibannya menurut perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT).


    Ia mengatakan kemitraan keamanan Australia -Inggris- Amerika Serikat (Aukus) yang baru justru akan berkontribusi pada stabilitas dan "keseimbangan strategis" di kawasan.


    Delegasi Australia juga akan berangkat ke Jakarta untuk memberikan penjelasan lebih terperinci kepada Pemerintah Indonesia.


    Indonesia bukan satu-satunya negara ASEAN yang menyatakan kekhawatiran secara terbuka tentang armada kapal selam bertenaga nuklir yang akan diadakan oleh Australia.


    Pada akhir pekan, Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengatakan proyek tersebut dapat "Memprovokasi negara lain untuk mengambil tindakan yang lebih agresif di kawasan ini, terutama di Laut China Selatan". katanya.


    Beberapa negara di kawasan ini juga khawatir bahwa kemitraan pertahanan baru Aukus dapat semakin meminggirkan kelompok diplomatik Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).


    Para diplomat dan pejabat pertahanan Australia secara intensif memberikan pengarahan kepada rekan-rekan mereka di ASEAN dalam upaya untuk menenangkan dan meredakan kekhawatiran mereka.


    Duta Besar Australia untuk ASEAN Will Nankervis kemarin mengeluarkan pernyataan bahwa AUKUS "bukan aliansi atau pakta pertahanan".


    Perjanjian itu, katanya, "Tidak mengubah komitmen Australia terhadap ASEAN maupun dukungan berkelanjutan kami untuk kepemipinan ASEAN di kawasan.



    Pernyataan itu juga menekankan bahwa Australia tidak memiliki keinginan untuk memperoleh senjata nuklir dan bahwa armada kapal selam baru tidak akan dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir.


    "Australia tetap teguh dalam dukungannya terhadap Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).


    Australia akan bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional untuk memastikan kepatuhan penuh dengan kewajiban NPT kami sebagai Negara Senjata Non-Nuklir," ungkap Nankervis.


    "Kami tetap berkomitmen untuk memperkuat kepercayaan internasional pada integritas rezim non-proliferasi internasional, dan untuk menegakkan kepemimpinan global kami dalam domain ini.".


    Pernyataan itu merupakan bagian dari upaya diplomatik yang lebih luas untuk mencegah kritik berkelanjutan dari negara-negara Asia Tenggara.


    Beberapa negara ASEAN telah mendorong perlunya mengeluarkan pernyataan bersama yang mengangkat kekhawatiran tentang AUKUS, meskipun belum jelas apakah inisiatif ini terwujud.


    Tidak semua negara Asia Tenggara memiliki keprihatinan yang sama dengan Indonesia dan Malaysia.


    Singapura tidak mengajukan keberatan atas pengumuman pemerintah Australia sementara Filipina mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Australia memiliki hak untuk meningkatkan pertahanannya.


    Pemerintah federal juga percaya bahwa Vietnam bisa menerima proposal tersebut, meskipun belum mengeluarkan pernyataan publik. (Kompas).

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini