Ponorogo (Jatim), Kabartujuhsatu.news, - Bertempat di aloon aloon Ponorogo telah dilaksanakan apel gelar pasukan dan perlengkapan Penanggulangan Bencana Hydrometeorologi oleh forkopimda Ponorogo, Senin (25/10).
Kegiatan tersebut Sebagai momentum bagi satuan pelaksana penanggulangan bencana alam untuk melakukan sinergitas dan soliditas serta mempersiapkan seluruh potensi baik SDM maupun peralatan yang akan digunakan dalam menghadapi serta mengantisipasi bencana alam tahun 2021 di wilayah Ponorogo.
Pimpinan apel adalah Bupati Ponorogo H. Sugiri Sancoko didampingi Wakapolres Ponorogo Kompol Meiridiani dan Dandim 0802 Letkol Inf Muhammad Radhi Rusin, dengan Kesatuan apel diantaranya personil gabungan TNI-Polri, BPBD, Basarnas, Dinkes, RSUD, PMI, Pramuka, Satpol PP, Senkom, Destana (Tugurejo, Ngampel, Kalimalang), Tagana, Orari, Rapi, Perhutani, Dishub dan Reog Jeep.
Dalam amanatnya Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengucapan terimakasih kepada TNI-POLRI dan instansi terkait lainnya serta seluruh masyarakat, yang mana bersama-sama telah mendedikasikan seluruh waktu, tenaga dan pikiran dalam penanganan wabah Pandemi Covid 19 di Jawa Timur, sehingga saat ini kita telah bisa melewati masa-masa kritis Covid 19, namun demikian diharapkan kepada seluruh komponen masyarakat tetap waspada dan tetap patuhi Prokes serta meningkatkan kegiatan vaksinasi.
Bahwa sejak tahun 2020 bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai bencana baik bencana alam maupun non alam berupa Pandemi Covid 19,
Dalam menghadapi bencana tersebut selain memperhatikan faktor evakuasi korban bencana alam juga harus memperhatikan Prokes sehingga dalam pelaksanaanya tidak menimbulkan kluster baru penyebaran Covid 19.
Jawa Timur merupakan salah satu Prov. di Pulau Jawa yang sering dilanda bencana khususnya bencana Hydrometeorologi, hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Timur berada pada 2 aliran sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
Menurut data dari BPBD Jatim mencatat sejak tanggal 1 Januari sampai 19 Maret 2021 telah terjadi 258 bencana banjir di wilayah Jatim, sebelas diantaranya merupakan Banjir Bandang dan tiga kali terjadi Banjir ROB.
Bencana Hydrometeorologi tidak hanya banjir saja, BPBD Jatim juga melaporkan terjadinya bencana alam lainnya seperti angin puting beliung, tanah longsor serta gempa bumi yang mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia, 75 rumah rusak serta berdampak pada kehidupan 36.805 KK.
Intensitas bencana alam Hydrometeorologi karena dipengaruhi beberapa faktor seperti meningkatnya jumlah penduduk, Urbanisasi, Degradasi lingkungan, kemiskinan serta pengaruh perubahan iklim global dan tidak bisa dipungkiri Intensitas dan Kompleksitas bencana di era modern ini telah menimbulkan korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang sangat besar.
Melihat besarnya ancaman bencana alam Hydrometeorologi kita harus meningkatkan kewaspadaan terlebih saat ini akan memasuki musim penghujan pada bulan November 2021 dan puncaknya pada bulan Januari hingga Februari 2022 bahkan dimungkinkan akan mengalami peningkatan Intensitas curah hujan, hal ini dikarenakan adanya pengaruh badai La Nina yang memicu peningkatan curah hujan hingga 20 sampai 70 persen.
Dengan adanya peningkatan Intensitas curah hujan pada periode tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana Hydrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun ancana bencana tropis lainnya.
Sugiri memberikan beberapa penekanan bagi seluruh peserta apel gabungan ini diantaranya peningkatkan sinergitas antar stake holder dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam.
"Menyiapkan Rencana Kontijensi yang disesuaikan dengan tata kelola kedaruratan Prokes termasuk penyediaan sarpras kesiapsiagaan yang dapat dapat betul-betul dilaksanakan semua pihak dan harus siap menangani bencana secara tuntas," katanya.
Dan melaksanakan pendekatan secara preemtif kepada masyarakat terkait peran serta mereka dalam menghadapi bencana alam. "Agar masing-masing satuan tugas menyiapkan mental dan fisik yang prima serta dilandasi komitmen moral yang tinggi dam disiplin kerja yang tinggi," tandasnya.
Selain itu menyiapkan lokasi pengungsian dan jalur evakuasi yang telah disesuaikan dengan Prokes guna mencagah penyebaran Covid 19. "Melaksanakan pelatihan secara Intens dan terpadu terhadap personil yang akan ditugaskan sehingga siap dalam menjalankan tugas," paparnya.
Selanjutnya melakukan pengecekan secara Intens dan berkala terhadap seluruh perlatan SAR yang dimiliki oleh masing-masing Instansi. "Kemudian menjaga kesehatan dan tetap pedomani Prokes dalam pelaksanaan tugas agar para anggota yang bertugas dilapangan dapat menjalankan tugas secara optimal," tukasnya. (Muh Nurcholis)