Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Bangsa yang besar adalah bangsa yang dirubah oleh kaum mudanya. Karena kaum muda punya energi perubahan, dan perubahan itu adalah sunatullah yang selalu berperan dimanapun.
Sumpah Pemuda adalah momen para pemuda Indonesia pada saat 28 Oktober 1908 mengikrarkan dirinya untuk setia pada Nusa sendiri, Bangsa Sendiri dan Bahasa sendiri.
Hakekatnya kesetiaan yang pemuda miliki saat itu bukan kepada Asing, bukan pada Oligarki kekuasan dan bukan pula pada pemimpin yang feodal.
"Kita tahu bahwa Pemuda adalah harapan dan tumpuan masa depan bangsa dan negara. Ditangan pemuda sebuah bangsa akan menjadi kuat sebagaimana ucapan founding father Soekarno Bapak Proklamator," ucap anggota Tim Penasehat Hukum Justice Law Office (JLO) Sahid Besli, Jumat (29/10) siang di Jakarta.
"Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncang dunia".Sambung Sahid menirukan Ucapannya Bung Karno sekitar 70 tahun silam. Paralegal dari Universitas Bung Karno, Jakarta yang satu ini memang menggemari ajaran-ajaran Bung Karno sekitar nasionalisme.
Ucapan Bung Karno di atas menurut Sahid tentu masih sangat relevan jika ditarik benang merah dengan kondisi keterpurukan bangsa yang dirasakan saat ini.
Pemudalah yang memiliki Tanggung Jawab masa depan. Jangankan Indonesia bahkan dunia pun mampu diguncangkan oleh kaum muda. Agar terus ada kesinambungan hendaknya Sumpah Pemuda pada saat 28 Oktober 1928 mengikrarkan kembali jati diri kaum muda.
Maka pemudalah yang memiliki tanggungjawab untuk jangankan Indonesia bahkan dunia pun mampu diguncangkan. Sehingga menurut Sahid pemuda harus mengikis budaya feodalisme yang ada saat ini.
"Kami mengamati persidangan Ruslan Buton di PN Jakarta Selatan dan bisa menarik kesimpulan. Bahwa apa yang dilakukan oleh Ruslan Buton ternyata upaya membangun egalitarian demokrasi khususnya dalam menyampaikan pendapat sesuai Pasal 28 UUD 1945 asli," Tegas Sahid.