Bondowoso (Jatim), Kabartujuhsatu.news, - Adanya bahaya paham radikalisme dan terorisme tidak hanya disampaikan kepada orang dewasa, tapi juga disosialisasikan pada kalangan remaja dan anak-anak.
Aiptu Supriyanto, Bhabinkamtibmas Koncer Kidul, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jatim getol menjalani aktifitas itu sejak 2017 silam di Pondok Pesantren Nurul Hidayah, desa setempat.
Sedangkan materi yang diajarkan mengenai pendidikan moral, pancasila, kebangsaan dan Nasionalisme.
Tujuannya agar para pelajar bisa memahami bahwa negaranya terdiri dari bangsa yang majemuk, namun tetap harus rukun satu sama lain.
"Radikalisme itu rata-rata masuk ke anak-anak muda, dimana pemikiran mereka masih labil. Oleh sebab itu, sejak mereka masih remaja dan anak-anak, sudah kami tanamkan tentang Nasionalisme dan materi berkebangsaan," ujar Aiptu Supriyanto.
Bahkan dia tak hanya menyampaikan materi dengan lisan kosong saja, melainkan juga terkadang menggunakan alat peraga, seperti lambang Pancasila.
"Ada sesi tanya jawab tentang apa saja makna di setiap lambang Pancasila dan lain sebagainya," katanya.
Selain itu dia juga menyampaikan materi tentang jahatnya terorisme itu bagi masyarakat dan negara.
Warga Desa Grujugan Kidul, Kecamatan Grujugan ini mengaku miris melihat banyaknya pemuda yang direkrut sebagai ‘pengantin’ untuk melakukan bom bunuh diri.
"Padahal, dengan dasar apapun, bom bunuh diri yang menewaskan orang lain itu tidak dibenarkan, apalagi jika yang menjadi korban adalah orang yang tidak bersalah," paparrnya.
Kepada awak media, pak Pri, sapaan akrabnya mengajar secara sukarela di ponpes tersebut rata-rata 2 kali dalam sepekan.
Menurutnya, hal ini merupakan implementasi dari Bhabinkamtibmas Peduli Pendidikan. "Yang utama adalah tugas sebagai abdi Negara.
Sedangkan mengajar di Ponpes ini sebagai upaya ikut serta di bidang pendidikan, terutama pendidikan karakter dan kebangsaan," ungkap bapak 3 anak ini.
Ditemui terpisah, Kapolsek Tenggarang AKP Muktamar mendukung penuh aktifitas Aiptu Supriyanto sebagai pengajar sukarelawan di Ponpes Nurul Hidayah.
"Sangat mendukung karena memang salah satu tugas polisi adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat, termasuk bahaya paham radikalisme dan terorisme," tutur AKP Muktamar.
Ditegaskan Kapolsek, rutinitas Aiptu Supriyanto juga tidak mengganggu tugas fungsionalnya sebagai abdi Negara.
"Jika tugas di Polsek sedang senggang, maka Aiptu Supriyanto mengajar. Jika ada tugas kedinasan, maka tentu fokus menjalankan tugas di Polsek. Kami sangat fleksibel dalam hal ini," ungkapnya.
Sementara itu, Humas Ponpes Nurul Hidayah Mistari menyebut, ada 121 siswa MTs di Ponpes Nurul Hidayah yang rutin mendapatkan pengajaran dari Aiptu Supriyanto.
"Terkadang juga materi disampaikan pada anak-anak SMK Nurul Hidayah yang berjumlah 101 siswa," ucapnya.
Menurutnya, pengajaran materi kebangsaan dan Nasionalisme untuk mencegah paham radikalisme selaras dengan program lembaga tersebut.
"Sebelumnya kami akan ada program Pramuka. Jadi selaras dan saling melengkapi dengan materi yang disampaikan pak Bhabin," tegasnya. (Muh Nurcholis)