Kabartujuhsatu.news,-Pada Agustus 2008 penulis pernah ke Sungai Utik, Putussibau, Pontianak, Kalimantan Barat. Saat Itu penulis mengikuti acara Lembaga Ekolebel Indonesia (LEI) Bogor yang mengundang penulis untuk melihat langsung Penghargaan dari Menteri Kehutanan MS. Kanan saat itu.
Lidah penulis yang terlanjur gemar dengan masakan Padang sehingga bisa disebut Padang Mania terpaksa harus menyelaraskan lidahnya.
Konon lelaki Minang memang suka masa masakan Padang. Tapi, itu tentu yang punya hobby masak.
Bagi orang Minang melihat banyak orang dari dulu lain bila itik/bebek/ kalau digulai amis, tapi beda bila di tangan orang Padang dibuatnya jadi gulai itiak cabe hijau, sehingga itik jadi mahal.
Bagaimana cara masaknya? Pertama, dikasih bawang banyak banyak, sehingga hilang rasa anyir nya.Ooo ya kedua, itik juga dibakar supaya gak ada lagi bulunya dan menjadi gurih.
Bukan hanya itik yang sukses diolah oleh orang Minang. Usus sapi dulunya gak enak dimakan orang. Namun, oleh orang Padang diolah jadi tambusu isi telor, jadi banyak orang suka.
Dulu kikil gak dilirik, orang Padang jadikan gulai Tunjung, karna enak setiap Idul Qurban banyak yang pesan kikil sapi.
Jadi kesimpulannya, orang Padang mengubah sesuatu menjadi bernilai lebih. "Value added-nya, ada," kata Habibie memberi istilah untuk nilai tambah dari sesuatu.
Bagaimana menurut Anda?