Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Pejabat publik di Indonesia terkesan semakin garang pasang omong menjelang Pelres 2024 yang sudah mulai digoreng untuk menjadi suguhannke publik, termasuk mengekspose kebobrokan aparat pemerintah sendiri seperti yang dikicaukan oleh Profesor Machfud MD yang semakin meluas itu dibanding semasa Orde Baru.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh pejabat publik itu sendiri yang peluang dan hak untuk membongkar kebusukan di berbagai instansi atau lembaga pemerintah yang ada.
Kesan saling menuding itu pun sangat tendensius jika tak bisa dikatakan memiliki muatan politis, atau sekedar cari muka agar lebih terkesan bersih.
Padahal essensi dari tugas aparat pemerintah itu yang benar dan bersis serta jujur menunaikan amanah rakyat itu, harus ikut melakukan pembersihan, seperti yang dikatakan Dahlan Iskan dalam dialognya bersama Faizal Akbar.
Selajutnya Menko Polhukam sebetulnya Machfud MD sangat dinanti tak hanya komentar soal kegaduhan di Menhan, tapi juga membuktikan kerja nyata yang bisa menjernihkan sekaligus menyejukkan.
Sebab kesan sibuk menggoreng berbagai masalah yang dibanggakan bisa dirinci melebihi kerakusan Orde Baru itu, hasilnya yang nyata dapat disajikan pada rakyat yang semakin tidak percaya pada upaya untuk menegakkan hulum di negeri ini, meskipun tetap saja disesumbarkan sebagai negara hukum.
Berbagai kasus pembunuhan dan penganiayaan pun Indonesia seperti tak pernah terjadi, sehingga banyak kasus menjadi buronan abadi karena yang bersangkutan betada diketiak penguasa juga.
Dengan melihat kasus seperti itu, masihkah layak rakyat masih mau menaruh kepercayaan pada penegak hukum kita sebagai representasi wajah pemerintah Indonesia yang sesungguhnya ?
Sebagai rakyat jelata, tentu saja tidak lebih berhak untuk menjawab, apalagi hendak menindak, meski kegeraman sudah meluap-luap sampai di ubun-ubun.
Atau setidaknya, masihkan layak sekiranya sudah memahami kondisi negeri kita sudah lebih bobrok dari Orde Baru, tetap layak untuk terus bertahan atau mempertahankan demi jabatan itu saja ?.
Ternyata, keberanian tidak perlu dimiliki manakala tidak mau melakukan tindakan nyata sebagai ekspresi dari sikap komitmen keimanan yang kelak pun harus kita pertanggung jawabkan di dunia maupun di aherat.
Jakarta, 31 Januari 2022
Penulis : Jacob Ereste