Makassar, Kabartujuhsatu.news,-Media sosial saat ini merupakan salah satu kebutuhan mendasar dalam bersosialisasi dan menyampaikan pesan yang paling diganrungi atau disukai oleh masyarakat terkhusus oleh kalangan pemuda dan mahasiswa.
Tidak tanggung-tanggung bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia kian aktif menggunakan platform media sosial di era pandemi, tepatnya pada Januari 2021, total pengguna mencapai 170 juta dari total 274,9 juta atau 61,8%.
Ditjen Aptika, Samuel A Pengerapan mengungkapkan bahwa Tahun 2021 pengguna internet di Indonesia meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna.
Peningkatan tersebut perlu diimbangi pemahaman beraktivitas di ruang digital yang baik.
Melihat informasi diatas, dalam menggunakan media sosial tersebut kita di tuntut untuk bijak serta berhati-hati dalam menggunakankannya mengingat bahwa banyaknya penggunaan medsos tersebut dengan cara negatif seperti penyebaran informasi yang belum tentu kebenarannya atau lebih di kenal dengan istilah Hoaks.
Selain berita atau info hoaks, media sosial juga sekarang menjadi alat dalam menyampaikan paham-paham yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai persatuan seperti paham radikalisme dan ekstremsme.
Paham radikalisme merupakan momok menakutkan dikalangan masyarakat terkhusus kalangan pemuda sebagai ujung tombak generasi bangsa Indonesia.
Salah satu daerah yang menjadi penyebarang paham radikalisme di Indonesia yakni Sulawesi Selatan.
Hal tersebut terlihat dengan adanya kasus Pengeboman Makassar 2021 adalah sebuah peristiwa ledakan bom yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia pada tanggal 28 Maret 2021.
Pelaku bernama Ibrahim Ibnu Andra yang menyebabkan 20 orang tak berdosa mengalami luka-luka (Kompas.com/28/3/2021).
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan mahasiswa dan generasi muda pada umumnya termasuk dalam kategori kelompok yang rentan terpapar paham radikal terorisme.
Menurutnya mahasiswa dan pemuda potensial terpapar paham radikal terorisme, terutama generasi milenial dan generasi z karena mereka ini kan masih tumbuh dan berkembang, nilai-nilai wawasan kebangsaannya masih proses pematangan.
Mereka senang hal-hal yang baru, tantangan yang baru, kata Nurwakhid seperti dilansir Antara di Jakarta, Rabu (26/1).
Hal demikian tidak terlepas dari bebasnya para pengguna media sosial di kalangan pemuda dan mahasiswa yang sampai saat ini sangat leluasa dalam menyebarkan serta menerima informasi-informasi hoaks dan paham-paham radikalisme.
Pemuda dan mahasiswa tentunya perlu adanya gerakan-gerakan dalam men-counter adanya penyebarang hoaks dan paham radikalisme tersebut dengan cara menanamkan nilai-nilai persatuan dan saling menghargai sesuai amanat Pancasila serta UUD 1945.
Sebagai kaum intelektual perlu adanya narasi-narasi akademis lewat media sosial dalam hal melawan isu-isu hoaks serta penyebarang paham radikalisme yang sangat berkembang pesat lewat di media sosial.
Selain itu, perlu adanya hubungan kerjasama antar pemuda dan mahasiswa dengan TNI/Polri dalam melaksanakan dan mengikuti kegiatan Bela Negara dengan tujuan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
Sejalan dengan visi misi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sulawesi Selatan yang masih konsisten dalam menanankam nilai-nilai persatuan dan nasionalisme kepada kader-kadernya. Selain fokus di internal, GMNI Sulawesi Selatan juga aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang produktif sebagai upaya melawan dan meredam banyaknya isu-isu hoaks serta paham radikalisme dikalangan pemuda dan mahasiswa.
Adapun kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh GMNI Sulawesi Selatan yang di antaranya Bukber yang di rangkaikan Deklarasi Menolak paham radikalisme yang diikuti oleh seluruh kader GMNI Se-Sulsel, Seminar Kepemudaan dengan Tema Peran Media dan Pemuda Dalam Menangkal Paham Radikalisme Serta Menjaga Toleransi umat Beragama di Sulawesi Selatan dengan menggandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulsel dan Tribun Timur yang di hadiri oleh komunitas media online serta pemuda Se-Sulsel, dan menjadi pembicara pada taklshow Makbicara dilaksanakan oleh Fajar TV dengan tema Peran Pemuda dalam Melawan Paham radikalisme yang di wakili oleh Sekretaris DPD GMNI Sulsel Bung Sarman.
Selain agenda-agenda diatas tentunya saat ini dianggap perlu untuk dapat berkolaborasi kepada seluruh pihak baik Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai wadah bagi Pemuda dan Mahasiswa dalam membentuk karakter kepemimpinan, tentunya perlu kita juga berkerjasama terhadap pemerintah serta para penegak hukum dalam hal ini TNI/Polri dalam mengkampanyekan serta aksi nyata malawan paham radikalisme dan isu-isu hoaks yang menyebabkan perpecahan di masyarakat.
Published : Feri