Beragam Karomah Guru Spiritual Soekarno Yang Memberi Inspirasi dan Kekuatan Moral Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Beragam Karomah Guru Spiritual Soekarno Yang Memberi Inspirasi dan Kekuatan Moral Bagi Bangsa dan Negara Indonesia

    Kabartujuhsatu
    Senin, 21 Maret 2022, Maret 21, 2022 WIB Last Updated 2022-03-22T00:14:58Z
    masukkan script iklan disini

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Spiritualitas itu adalah sesuatu yang gaib untuk diterima dan dijalankan dengan segenap keyakinan dan kepercayaan yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu, sebab spiritualitas itu berada pada wilayah rasa – yang busa disebut jiwa atau kalbu atau ruh – seperti nyawa yang datang dan pergi dari jasad manusia. 

    Dan nyawa itu ditiupkan hingga diambil Kembali oleh Tuhan – tidak bisa dilihat dengan kasad mata, namun terjadi dan nyata. Demikian ungkap Eko Sriyanto Galgendu, salah seorang pemimpin spiritual Indonesia yang gigih dan terus berjuang meyakini bahwa hanya melalui energi dan kekuatan spiritual bangsa dan negara Indonesia mampu bangkit melintasi masa kejayaan melampaui apa yang pernah kita capai pada masa silam.

    Semasa Bung Karno berkuasa, dia mempunyai empat guru spiritual yang banyak memberi inspirasi dan mempengaruhi cara berpikirnya dalam memutuskan persoalan-persoalan besar untuk bangsa dan negaranya, Indonesia. 

    Ia terbilang sebagai sosok presiden yang karismatik, disegani kawan, dan dihormati oleh lawan-lawannya. Nama Soekarno sangat populer hingga seantero dunia. Dia memiliki guru spiritual yang menjadi inspirasi utama dan secara tidak langsung memengaruhi cara berpikirnya. Diantaranya adalah Raden Mas Panji Sosrokartono, Haji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto, Datuk Mujib dan Engkong Yusuf.

    Guru spiritual Bung Karno yang disebut terkahir ini lengakapnya Bernama Syekh Muhammad Yusuf atau karib disebut dengan Engkong Yusuf. 

    Konon katanya, tongkat komando pertama yang dimiliki Soekarno pun pemberian langsung dari Engkong Yusuf sebagai panglima Hizbullah yang menggerakan masa untuk menghancurkan batalyon 10 di Lapangan Banteng Batavia—yang kini disebut Jakarta—yang menjadi markas Belanda. 

    Setelah itu, beliau pun memimpin pasukan Hiszbullah yang dia pimpin untuk menggempur Keresidenan Depok.

    Kehebatan Engkong Yusuf diantaranya adalah tidak mempan ditembak, mampu hilang dari kepungan penjajah, bahkan tidak mempan di bom. 

    Keampuhan Engkong Yusuf inilah yang membuat bangsa penjajah ketika itu keder juga di Batavia. 

    Setidaknya, Belanda tak bisa semena-mena terhadap bangsa pribumi. 

    Engkong Yusuf merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. 

    Ayahnya bernama Sanen dan ibunya bernama Putri Kecil. 

    Ibunya adalah putri dari Pangeran Kuflu yang merupakan putri Deknor, anaknya Raden Saleh, dan Raden Saleh sendiri adalah putranya Pengeran Jayakarta.

    Syahdan, Pengeran Jayakarta sendiri adalah adalah Syarif Hidayatullah, dan ibunya Syarif Hidayatullah adalah seorang wanita pilihan bernama Endang Geulis Putri dari Prabu Kiansantang. 

    Sedangkan, Prabu Kiansantang adalah putra dari Prabu Siliwangi. 

    Jadi Engkong Yusuf, jelas merupakan anak turunan dari Prabu Siliwangi yang pernah berkuasa dan Berjaya di Negeri Pasundan.

    Engkong Yusuf merupakan pejuang yang disegani, baik oleh penjajah maupun kelompok penyamun khususnya di Depok, Jawa Barat. 

    Salah seorang cicitnya, Fachruddin Sholeh menuturkan, Engkong Yusuf juga merupakan guru spiritual Presiden Sukarno. 

    Saat akan memproklamasikan kemerdekaan, Syekh Yusuf juga berada di kediaman Sukarno. 

    Sesekali, Bung Karno juga sering datang ke rumah Syekh Yusuf di Depok dengan diantar sopirnya yang bernama Matarib.

    Salah seorang cicitnya Eng Yusuf bernama Fachruddin Sholeh memberikan kesaksian bahwa pada masa kecil Syekh Yusuf dihabiskannya di wilayah Cikini, Jakarta Pusat. 

    Kemudian, di tengah perjuangannya Syekh Yusuf pindah ke Depok pada 1890. 

    Kisah hidup Syekh Yusuf kemudian menikah dengan Aisyah binti Jian, seorang wanita asli kelahiran Kampung Serab, Sukmajaya, Depok yang dikaruniai tiga orang anak, yaitu Hapsah, Aminah, dan Abdullah. Beliau wafat pada 5 Januari 1971. 

    Jenazahnya dimakamkan di Kampung Sugutamu Desa Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat.

    Tentu saja, jauh sebelumnya – sejak masa remaja – Soekarno terlebih dahulu sudah belajar tentang banyak hal dengan Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau HOS Tjokroaminoto, tokoh nasionalis yang memiliki pemahaman dan pengetahuan sangat luas tentang Islam. Ketokohan HOS.

    Tjokroamonoto hingga dijuluki oleh Penguasa Bangsa Belanda ketika itu sebagai Raja Jawa tanpa Mahkota. Karena HOS. 

    Tjokroaminoto sebagai pelopor penggerak buruh di Indonesia sampai para cantriknya ketika itu mampu menjadi guru bagi beberapa tokoh ternama. 

    Mulai dari Soekarno remaja yang langsung mondok di rumah HOS. Tjokroaminoto di Jalan Paneleh, Surabaya.

    Demikian juga pemahaman politik yang ditimba Bung Karno dari HOS. 

    Tjokroaminoto yang sejak tahun 1912 – ketika itu Bung Karno sendiri baru berusia 11 tahun – Raja Tanpa Mahkota ini telah menjadi pemimpin organisasi politik pertama dan gterbesar di Indonesia ketika itu, yaitu Sarekat Dagang Islam yang kemudian diubah menjadi Sarekat Islam yang dirintis dan didirikan oleh Haji Samanhudi.

    HOS. Tjokroaminoto lahir pada kisaran tahun yang sama Engkong Syekh Yusuf di Ponorogo, 16 Agustus 1882 merupakan anak kedua dari 12 bersaudara dari putra RM. Tjokroasino (Bupati Kleco, Jawa Timur), sedangkan sang kakek bernama RMA
    Tjokronegoro (Bupati Ponorogo). 

    Pada tahun 1902, HOS
    Tjokroaminoto lulus dari Opleiding Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) atau sekolah pegawai negeri adat di Magelang. 

    Setelah lulus, ia bekerja sebagai salah satu pegawai negeri di Ngawi selama tiga tahun, 1902 sampai 1905. Lalu, pada 1906, Tjokroaminoto berpindah ke Surabaya, hingga bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri serta pemimpin Serikat Buruh Islam (SDI).

    Perjalanan kariernya HOS. Tjokroaminoto banyak menulis untuk Koran Bintang Soerabaja. 

    Sejak saat itu, Tjokroaminoto langsung dikenal sebagai aktivis organisasi pergerakan yang berani melawan Belanda. 

    Bahkan kemudian dia menjadi salah satu pelopor gerakan serikat buruh di Indonesia, ketika itu. 

    Hingga kemudian mencetus ide politik yang kemudian melahirkan berbagai ideologi bangsa Indonesia ke depan. 

    Ketika murid HOS. Tjokroaminoto yang kemudian berkembang dengan ide dan aliran politik mereka masing-masing yang dominan menonjol dan cukup dikenal adalah Soekarno, Karto Suwiryo, dan Muso.

    Karena pada masa itu, HOS Tjokroaminoto juga melakukan Pendidikan untuk santri di rumahnya. 

    Diantaranya adalah Semaun, Alimin, Muso, Sukarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka yang tentu saja terbilang lebih senior diantara murid-muridnya HOS. Tjokroaminoro. Sebab Tan Makala boleh dikatakan semacam sparing fartner HOS.

    Tjokroaminoto yang yang cukup Tangguh, setidaknya, Tan Malaka telah melakukan penjelajahan mulai dari perlosok tanah air hingga ke sejumlah negara untuk membangkitkan perlawanan terhadap bangsa penjajah di Nusantara ketika itu – jauh sebelum Indonesia di proklamasikan.

    Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi untuk mempromosikan kepentingan para pedagang pribumi yang disaingi oleh Cina, diserahkan kepada HOS. Tjokroaminoto yang kemudian ikut bergabung dan dipercaya melakukan regulasi yang dibutuhkan organisasi sekaligus menangani manajemen yang diubahnya menjadi Sarekat Islam, agar dapat lebuh luas berkiprah meliputi politik dan budaya sekaligus, tak hanya sebatas perniagaan dan perdagangan semata. 

    Atas dasar itulahm sejak tahun 1912 Sarekat Islam dikendalikan sepenuhnya oleh HOS. Tjokroaminoto, dan Soekarno pun mulai bertumbuh dewasa pada masa itu di rumah HOS. Tjokroaminoto sekaligus menjadi cantrik andalannya.

    Gekar Raja Jawa tanpa Mahkota atau De Ongekroonde Van Java, menujukkan senioritas HOS. Tjokroaminoto dalam banyak hal, termasuk membimbing sejumlah cantriknya yang kemudian semuanya menjadi tokoh pergerakan di negeri ini. 

    Satu diantara rumusan pemikiran filosofis HOS. Tjokroaminoto yang tetap relavan untuk diamalkan sampai sampai hari ini oleh gerasi muda adalah “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”. 

    Kutipan tersebut ia berikan kepada murid-muridnya, Semaun, Alimin, Musso, Soekarno, dan Karto Suwiryo. 

    Adapun maknanya ialah penggambaran terhadap suasana perjuangan bagi bangsa Indonesia pada masa itu yang tetap relevan untuk masa kini dan juga di masa depan.

    Lalu pesan HOS. Tjokroaminoto yang juga ia berikan kepada murid-muridnya adalah “Jika anda ingin menjadi pemimpin yang hebat, menulislah seperti jurnalis dan berbicaralah seperti orator”. 

    Kata-kata tersebut kemudian selalu diingat dan ditirukan oleh Soekarno saat ia hendak berangkat tidur. 

    Kisah heroik HOS. Tjokroamino hingga wafat pada tahun 1934 di Yogyakarta, seusai menyelengarakan Kongres Seraket Islam di Banjarmasin.

    Guru spiritual Bung Karno lainnya adalah Datuk Mujib, seorang ulama yang sangat disegani di Jakarta, khususnya di daerah Tanah Abang. 

    Beliau banyak mengarang banyak dan pernah belajar sampai ke India. 

    Konon, ketertarikan Bung Karno pada Datuk Mujib karena syair yang ditulisnya sangat luar biasa. 

    Syair yang ditulis Datuk Mujib itu menggugah hati Soekaro dan membuatnya ingin banyak bertanya hingga akhirnya untuk belajara kapeda banyak kepada Datuk Mujib.

    Sebelum menutup mata, guru spiritual Soekarno, Datuk Mujib bin Sa’abah, menitipkan wasiat terakhir. 

    Dia berpesan agar makamnya jangan dihias, seperti diberi marmer atau dibikinkan kubah. (Merdeka.Com, Rabu, 21 Agustus 2013). Datuk Mujib , bagi orang asli Tanah Abang sungguh dikenal. 

    Pria keturunan Raja Bone, Sulawesi Selatan, itu lama berdiam di daerah Warung Ayu, Tanah Abang, Jakarta Pusat, hingga akhir hayatnya. 

    Di tempat Datuk tinggal sekarang disebut Gang Mess Dalam setelah berdiri sebuah mess milik PT Pos Indonesia. 

    Beliau adalah tokoh ulama Betawi seangkatan dengan Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta Pusat. 

    Dia wafat Senin satu dasawarsa setelah Indonesia merdeka dalam usia 115 tahun. 

    Tidak ada catatan tanggal dan bulan berapa Datuk meninggal, Dia merupakan murid Guru Khalid Gondangdia.

    Ada juga dokumen yang menyatakan Datuk Mujib, Guru Spiritual Soekarno yang dikenal memiliki banyak karomah luar biasa. 

    Satu diantaranya adalah kemampuan beliau menulis kitab Rawi Maulid Indonesia. 

    Sejak pulang dari belajar di India, Datuk Mujib adalah sosok yang sangat dihormati itu juga mengajar ilmu tauhid, akhlaq, dan pelajaran Islam lainnya. 

    Menurut informasi yang dapat dikumpulkan, Datuk Mujib tidak hanya bersahabat dengan Soekarno. 

    Dia juga berteman baik dengan Wakil Presiden Mohamad Hatta, Mohamad Roem, dan Muhammad Husni Thamrin.

    Informasi lainnya menyebutkan Raden Mas Panji Sosrokartono juga merupakan satu diantara guru spiritual Soekarno. 

    Ia adalah kakak kandung dari Raden Ajeng Kartini dan merupakan wartawan perang dunia ke-1 yang menguasai puluhan bahasa asing. 

    Raden Mas Panji Sosrokartono juga menjadi sumber inspirasi Bung Karno. 

    Raden Sosrokartono, Kakak RA Kartini dijuluki banyak orang “Si Jenius dari Timur” (Merdeka.Com, Kamis, 14 Januari 2021). Dia tercatat sebagai mahasiswa pertama dari Indonesia yang bersekolah di negeri Belanda.

    Syahdan, selama tinggal di Eropa, dia sempat menjadi wartawan perang untuk koran The New York Herald Tribune dan meliput salah satu peristiwa penting dalam Perang Dunia I. 

    Bahkan, dia juga pernah bekerja sebagai penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa (sekarang PBB) pada periode 1919-1921. Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara pada 10 April 1877. 

    Dia adalah anak keempat dari pasangan Raden Mas Ario Samingun yang merupakan Bupati Jepara, dengan istri keduanya, Ngasirah.

    Semasa kecil, Sosrokartono sudah mempunyai keistimewaan kemampuan membaca masa depan. Saat Kongres Bahasa dan Sastra Belanda yang ke-25 di Gent, Belgia, dia memberikan pidato tentang Penggunaan Bahasa Belanda di Indonesia.

    Pakar sejarah Harry. A. Poeze menyebut pidato itu sebagai “penampilan terbuka orang Indonesia di Eropa.” 

    Lulusan Universitas Leiden, Belanda ini dengan gelar Docterandus in de Oosterche Talen, Sosrokartono melanglang buana ke penjuru Eropa dan mencoba berbagai pekerjaan. 

    Pada tahun 1917, resmi menjadi wartawan koran Amerika, The New York Herald Tribune di Wina, Austria.

    Selain terkenal jenius, Sosrokartono juga mempunyai ilmu supranatural. 

    Kemampuan dibuktikan dengan kemampuannya menyembuhkan anak seorang kenalannya yang tinggal di Jenewa, Swiss. 

    Pada saat itu, sang anak yang berusia 12 tahun itu sakit keras. 

    Saat para dokter lain tak bisa menyembuhkan penyakitnya, Sosrokartono sanggup menyembuhkannya hanya dengan menempelkan tangannya di dahi pasien.

    Menurut seorang ahli pskiatri, ketika itu Sosrokartono mempunyai daya magnetis, karena itu, Sosrokartono menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar ilmu Psikometri dan Psikoteknik. 

    Hingga akhirnya ia Kembali ke tanah air pada tahun 1925 dan menetap di Kota Bandung. 

    Dan sempat bekerja sama dengan Ki Hajar Dewantoro di Perguruan Taman Siswa, pada 1930 dengan mendirikan rumah penyembuhan bernama Dar-Oes-Salam di Bandung. 

    Karena tu, selain dikenal sebagai dokter, dia juga dikenal sebagai ahli ilmu kebatinan yang sangat dihormati. 

    Rumahnya pun tak pernah sepi pasien, Tokoh-tokoh pergerakan sering datang ke rumahnya, di antaranya Ir. Soekarno. 

    Pada masa pendudukan Jepang, kesehatan Sosrokartono mengalami kemunduran dan separuh badannya lumpuh, hingga akhirnya meninggal pada 8 Februari 1952 dan dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kalipitu, Kudus, Jawa Tengah.

    Lika-liku Aspek Spiritual Bung Karno (Okezone, Minggu 01 Januari 2017), Ir. Soekarnno disebutkan memendam aspek klenik tersendiri. 

    Betapa tidak, banyak yang mengira Bung Karno punya jimat atau “amalan” tertentu hingga selamat dari berbagai percobaan pembunuhan terhadap dirinya. 

    Tidak hanya soal perlindungan diri, Putra Sang Fajar ini tidak sedikit dikatakan orang memiliki daya magis tersendiri untuk memikat wanita. Bisa ditengok dari jumlah istrinya yang tak hanya satu.

    Soekarno sendiri pun diyakini banyak orang mempunyai banyak barang pusaka. 

    Mulai dari keris-keris keramat, hingga tongkat komandonya yang dinilai ada “isinya” itu. 

    Bahkan kopiah dan kaca matanya, banyak diklaim oleh sejumlah orang yang mengaku memilikinya sekarang. 

    Justru sebagai barang bekas yang pernah digunakan Soekarno menjadi kebanggaan tersendiri dari mereka yang merasa memiliki barang=barang tersebut, meski kesaliannya pernah dipakai Soekarno pun sangat bisa diragukan.

    Penulis kisah-kisah humanis tentang Soekarno, Roso Daras dari Yogyakarta melihat aspek yang sesungguhnya dimiliki Soekarno itu aspek spiritual semata – bukan mistik. 

    “Kalau saya melihat pemimpin zaman dulu, memang tirakatnya kuat. 

    Berbeda antara mistik dengan spiritual, Soekarno kalau menurut saya dia itu lebuh bersifat spiritual. 

    Ketika orang melihat dia melakukan hal yang klenik, sebenarnya yang dia lakukan itu spiritual,” kata Roso Daras kepada Okezone.

    Cerita Rosa Daras yang mengutif penuturan Tito Asmara Hadi, anaknya Asmarahadi yang jadi murid ideologis Soekarno, karena dia menikah dengan Ratna Djuami, anak angkat Soekarno dari istrinya Soekarno yang pertama Soekarno — Inggit Garnasih — cerita saat Asmara Hadi mendampingi Soekarno di Pelabuhan Ratu yang menyaksikan Putra Sang Fajar itu sangat kuat keyakinannya terhadapa Islam. 

    Intinya, Asmara Hadi tidak pernah percaya dengan hal yang mistik-mistik, namun saat menyaksikan Soekarno berdiri pada sebuah batu besar dan diterpa omnak yang sangat besar, tapi Soekarno tenang-tenag saja, bahkan dirinya tidak sampai basah.

    Menurut pengakuan Asmara Hadi dia sendiri cukuo lama menyimpan cerita. 

    Hingga sekian tahun kemudian bari diceritakan kepada anaknya yang Bernama Tito. Lalu Tito pun baru berkisah kemudian, tanpa mampu memahami kehidupan spiritual yang sesungguhnya. 

    Apalagi, laku spiritual sulit dia pahami, meskipun kejadiannya sungguh nyata terjadi dan dapat disaksikan dengan mata kepala sendiri. 

    Sebab spiritualitas itu ada dan nyata, namun tidak bisa dijangkau oleh daya pikir manusia. 

    Katenannya spiritualitas hanya dapat dipahami dan diterima sebagai sesuati yang gaib. Dan itu memang fitrah dan sunnatullahnya, ujar Eko Sriyanto Galgendu membenarkan. 

    Karena spiritualitas itu tidak mungkin bisa dijangkau oleh alam pikiran manusia, maka spiritual itu hanya bisa dilakukan, dilakoni tanpa perlu dipersoalkan benar atau tidak, namun kegaiban itu nyata. 

    Karena spiritualitas itu wujud dari panggilan hati yang dilakukan dengan jujur dan ikhlas dengan segenap keyakinan dan kepercayaan sebagai bagian dari kebesaran Allah.


    Sumber : Jacob Ereste
    22/3/2022
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini