Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Indonesia saat ini menghadapi gelombang ketiga Covid-19 varian Omicron.
Berbeda dengan varian Delta, Omicron tidak terlalu fatal hingga menyebabkan pasien sesak napas.
Sebelumnya pada Juni-Juli 2021 banyak rumah sakit yang terpantau kehabisan tabung oksigen.
Kala itu pasien membludak dan tak sedikit membutuhkan oksigen untuk bisa tetap bernapas dengan baik.
Untungnya kondisi saat Delta tidak terlihat di gelombang Covid-19 Omicron.
Rumah sakit sampai sekarang terkendali dan kasus kehabisan tabung oksigen tidak ada lagi.
Mengapa situasi ini terjadi?
Apakah memang varian Omicron tidak menyebabkan sesak napas seperti Delta di tahun lalu?.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI dr Prasenohadi, Sp.P, menjelaskan situasi di RS memang tidak sesibuk saat gelombang Delta.
Kebutuhan akan oksigen pun tidak setinggi di saat gelombang Delta.
“Berdasar pengalaman saya di RS, pada masa Juni-Juli 2021 jumlah pasien dengan gagal napas sangat tinggi, diikuti ketidakcukupan oksigen.
Akibatnya angka kematian begitu tinggi dibandingkan gelombang Omicron sekarang,” jelas dr Seno dalam konferensi pers virtual, Rabu (2/3/2022).
Jadi sepertinya, lanjut dr Seno, setiap varian Covid-19 itu memiliki karakternya sendiri yang berakibat pada organ tertentu.
Pada kasus Delta misalnya, infeksinya dominan pada bagian paru yang paling kecil atau biasa disebut Alveolus.
“Pada infeksi Delta, terjadi juga pneumonia, proses inflamasi yang hebat atau badai sitokin.
Terjadi juga edema paru akut, yang akhirnya kebutuhan akan oksigen begitu tinggi. Makanya saat itu kebutuhan ICU pun membludak,” ujar dr Seno.
Tapi, situasi gelombang Omicron tidak menyebabkan kondisi-kondisi yang terjadi pada Delta.
Di rumah sakit misalnya, situasi terkendali dan tidak membutuhkan tenda darurat karena membludaknya pasien.
Lalu, kalau bicara sasaran infeksi yang diincar Omicron, itu tidak mengarah pada organ paru, melainkan sistem pernapasan saluran atas.
Makanya, gejala yang banyak dilaporkan saat ini sakit tenggorokan atau batuk-pilek.
“Pada Omicron, efek pada Alveolus tidak begitu jelas atau ringan. Omicron ini sepertinya menyerang saluran napas bagian atas.
"Makanya di RS saya menemukan gejala konfirmasi Covid-19 terbanyak adalah sakit tenggorokan dan pilek,” terang dr Seno.
"Karakteristik Omicron juga dapat dilihat dari kemampuan menyebar yang sangat cepat.
"Itu kenapa kasus harian meningkat tinggi, tetapi kalau dilihat dari kondisi klinis pasien, gejala derajat berat hingga kritis itu ada tapi jumlahnya sedikit.
“Jadi, bisa dibilang tiap varian Covid-19 itu punya karakteristik sendiri, punya target sasaran yang berbeda-beda,” ujar dr Seno.
(Inews/K71).