Ziarah GMRI Kepada Para Leluhur di Kutai Kertanegara Kalimantan Timur
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Ziarah GMRI Kepada Para Leluhur di Kutai Kertanegara Kalimantan Timur

    Kabartujuhsatu
    Senin, 21 Maret 2022, Maret 21, 2022 WIB Last Updated 2022-03-22T00:21:58Z
    masukkan script iklan disini

    Kabartujuhsatu.news,-Raja Mahkota Islam adalah adalah gelar untuk Raja ke VI Kerajaan Kutai Kartanegara yang pertama kali mulai memeluk Islam. Historisnya,  Kerajaan Kutai Kertanegara didirikan pada tahun 1300 Masehi hingga menggamit masa puncak kejayaan pada pada 1525 -1600 Masehi.

    Kisah berdakwah sang Raja untuk agama Islam, pertama dilakukan dengan ditemani oleh Tuan Tunggang Parangan. Atas jasa besarnya itu pemakamannya dirawat dengan baik dan selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai penjuru tanah air.

    Pihak keluarga pun yang diwakili Pangeran Harry yang bernama lengkap  Dr. H.A.R.N Hariyanto Bachrul Drs.Ec.MM, adalah ahli waris utama Sultan A.M Alumuddin yang bertahta di Kerajaan Kutai Kertanegara, memberi kebebasan bagi masyarakat untuk berziarah setiap malam. "Tentu saja akan lebih ramai pada malam-malam tertentu yang dianggap paling baik bagi mereka yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

    Ikhwal kisah IKN (Ibu Kota Negara), pun ada kesaksian dari Rusni, Istri sang Juru Kunci Makam Sultan Aji, yang dipercaya untuk memimpin  pengambilan air di Sungai Cermin untuk dibawa ke lokasi IKN di Paser, Penajam, Kalimantan Timur itu, sebagai bagian dari prosesi ritual yang langsung dipimpin Presiden Joko Widodo dengan mengerahkan selutuh Gubernur yang ada di setiap Provinsi yabg ada di Indonesia.

    Rusni bersama Tim pengambil air dan tanah dari bumi Kutai Kertanega justru merasa tidak mendapat perlakuan yang layak dan patut, karena mulai dari upara mengambil air dan tanah dari bumi Kutai Kertanegara hingga mengantar air dan tanah itu je Penajam untuk prosesi ritual IKN, Rusni bersama Tim masyarakat adat yang dia  pimpin justru merasa tidak mendapat perhatian selayaknya, bahkan untuk pembiayaan prosesi pengambilan air dan tanah yang kemudian harus dibawa ke lokasi IKN di Penajam itu harus mereka tanggung sendiri ongkos maupun biaya lainnya.

    Menurut Rusni, sebagai wakil masyarakat adat yang melakukan dan membawa air dan tanah untuk upacara ritual bersama para gubernur se Indonesia itu, mereka sungguh tidak mendapat bantuan biaya apa-apa untuk mengambil dan kemudian mengantarkan air dan tanah itu dari Kutai Lama yang berada jauh dari lokasi IKN.

    Penuturan Rusni ini dibenarkan oleh Burhan, juru kunci makam Sultan Aji Raja Mahkota saat menerima kedatangan Tim GMRI di komplek pemakaman para leluhur Kerajaan Kutai Kertanegara, pada hari Minggu, 20 Maret 2022.

    Ungkapan kesaksian ini dinyatakan ketika Tim GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) usai melakukan ziarah ke makam Raja Mahkota di Kampung Kutai Lama,  Kecamatan Anggada, Kutai Kertanegara, Kalimanran Timur.

    Sebumnya, Tim GMRI telah mengunjungi Puri Payogan Agung Cok Suyase Gde Agung, Minggu Pagi, 20 Maret 2022 yang dibangun oleh tokoh spiritual asal Bali yang juga ikut menabda rangani surat wasiat bersama Gus Dur, Susuhunan Paku Buwono XII dan Prof. KH. Habib Khirzin serta Eko Sriyanto Galgandu  serta tokoh lain.

    Cok Suyase Gde Agug, adalah tokoh masyarakat adat dan budaya Bali ini memang nerupakan satu diantara sejumlah tokoh penanda tangan dokumen Surat Wasiat untuk GMRI yang kini tengah dilakukan oleh Eko Sriyanto Galgendu sejak tahun 2003 silam sampai sekarang.

    Menurut Eko Sriyanto Galgendu amanah yang tertuang secara hukum dalam akte notaris ini, akan segera diserahkan secara resmi pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam waktu dekat. MeskI permintaan pihak ANRI sudah cukup lama diwacanakan penyerahannya, namun menurut Eko Sriyanto Galgendu  masalahnya cuma tinggal menunggu wajtunya yang tepat untuk menyerahkan dokumen bersejarah itu.

    Dalam rangkaian ziarah ini Tim GMRI telah melakykan serangkaian  ziarah ke makam Sultan Aji  Dilanggar, yang tercatat sebagai raja ke VII dari Kerajaan Kutai Kertanegara yang berdiri sejak 1300 Masehi. Masa kejayaan Kerajaan Kutai Kertanegara setidaknya tercatat mencapai puncak kejayaan pada 1600-1605 Masehi, ketika Kerajaan Kutai Kertanegara masih berlokasi di Desa Kutai Lama, yang kini disebut Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.

    Sumber : Jacob Ereste
    Tenggarong, 22 Maret 2022
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini