Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Wali spiritual Nusantara, Eko Sriyanto Galgendu berkenan meninjau pemugaran makam Al Habib Abu Bakar bin Abdullah Alaydrus di Penjaringan Jakarta, Rabu, 6 April 2022 atas undangan pribadi Liong Sauw Kian yang akrab disapa Akian untuk memastikan waktu peresmian pemakaman di Kampung Kubur Koja, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara yang akan rampung pemugarannya.
Menurut Akian, pengusaha muda yang terbilang sukses ini, niat untuk melakukan pemugaran makam Al Habib Abu Bakar ini karena dia pernah merasakan telah mendapatkan semacam berkah (perlindungan) ketika beberapa tahun silam saat awal memulai usahanya di kawasan makam ini. Ketika itu, tempat usahanya sempat terancam akan habis hangus terbakar.
Namun kisah nyata yang dialami Akian, saat terjadi kebakaran besar yang melumat hampir seluruh wilayah sekitarnya hingga Akian cuma bisa pasrah dan tidak berdaya, ketika itu dia cuma bisa berdo'a sambil menyalakan dupa. Lalu berdo'a dan terus berdo'a.
Sungguh suatu kemukjizatan, menurut Akian, tempat usahanya yang berada disebelah pemakanan, ajaib seperti mendapat perlindungan khusus, sehingga jilatan api yang sangat besar seakan tak hendak melahap perusahaan milik Akian.
"Jadi atas dasar itulan Akian merasa jadi berhutang, untuk kemudian berjanji pada dirinya sendiri selalu syukur dan berterima kasih atas keselamatan yang telah dia terima sebagai berkah dan nikmat itu sampai sekarang.
Adapun wujud dari terima kasih yang Akian ekspresikan itu ialah memugar dan merawat makam yang sudah terbilang tua usianya.
Ekspresi dari puji syukur Akian memang kini sudah terwujud melakukan pemugaran makam yang berada di depan lokasi perusahaan yang dikelolanya sejak beberapa tahun silam.
Kini tinggal penataan lingkungan yang ada disekitarnya agar lebih apik dan indah, hingga para peziarah yang mulai ramai berdatangan bisa lebih nyaman, utamanya jika hendak bermunajat atau menyampaikan do'a.
Apalagi usaha yang dikelola Akian sekarang relatif maju dan berkembang pesat.
Setidaknya, dengan selesai pemugaran dan penataan lingkungan sekitarnya, bisa mendatangkan berkah bagi warga sekitarnya, karena memang peziarah diparlstikan akan berduyun-duyun berdatangan.
Dalam konteks inilah relevansinya visi dan missi GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) dengan segenap aktivitas yang dilakukannya untuk mendorong bangkitnya wisata spiritual yang lebih memiliki nilai tambah serta penguatan bagi masyarakat tidak hanya dalam bidang ekonomi, tapi juga nilai-nilai budaya spiritual bangsa Nusantara yang kelak akan menjadi unggulan yang diandalkan, untuk menghadapi bangsa-bangsa yang ada di dunia, sehingga gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bangsa Nusantara akan mencapai puncak kejayaan dalam waktu dekat.
Jadi sungguh, itikad baik Akian yang tulus serta ikhkas melakukan pemugaran makam ini, kata Eko Sriyanto Galgendu, patut didukung.
Hingga niat baik yang luhur ini, dapat mwnjadi tauladan pula bagi para pengusaha lain.
Bisa saja apa yang hendak dibuat kemydian oleh para pengusaha lainnya itu tidak harus sama dengan apa yang sudah dilakukan Akuan, ujar Eko Sriyanto Galgendu.
Tapi yang pasti, imbuhnya, dengan pemugaran makam Al Habib ini, bisa diharap semakin memberi banyak berkah.
Terutama keindahan dan lestarinya lingkungan serta adanya peluang usaha bagi warga masyarakat setempat, kata Eko Sriyanto Galgendu.
Mulai dari penataan lahan parkir hingga fasilitas bagi peziarah selama berada di komplek pemakaman dan sekitarnya, perlu segera disediakan
Di dalam gedung semi klasik yang dibangun Akian kini sungguh terkesan apik dan menyenangkan.
Apalasi saat berkunjung melihat makam tempat ulama besar yang telah mengmbangkan dan membesarkan Islam di Indonesia ketika itu, tertulis nama Al Habib Abu Bakar bin Abdullah Alaydrus.
Sementara satu makam lain yang berada disamping kiri adalah istri tercintanya, yaitu Ibu Syarifah Hanifah binti Habib Abdullah.
Syahdan keluarga besar Abdullah Alaydrus berasal dan dilahirkan di Migrab, dekat Hazam, Hadhramut.
Kedatangannya ke Betawi tercatat pada tahun 1746 M, dan dari sejumlah catatan, beliau wafat di Luar Batang, Betawi pada 24 Juni 1756 Masehi atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah dalam usia antara 30 tahun hingga 40 tahun.
Jadi dalam usia yang relatif muda itu beliau diduga sudah tiba di Betawi pada usia sekitar 20 tahun, dan telah menjadi tokoh agama yang luar biasa handal.
Seperti kisah keluarga Habib Husein bin Abubakar Al-Aydrus yang memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilah Arabnya “ Ilmu Wahbi atau Ilmu Laduni “, yaitu Ilmu Pemberian langsung dari Allah tanpa harus belajar.
Jakarta, 7 April 2022
Jacob Ereste