Egoisme dan Materialisme Menggerogoti Nurani dan Akhlak Yang Membingkai Persaudaraan Kemanusiaan
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Egoisme dan Materialisme Menggerogoti Nurani dan Akhlak Yang Membingkai Persaudaraan Kemanusiaan

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 21 April 2022, April 21, 2022 WIB Last Updated 2022-04-21T20:56:25Z
    masukkan script iklan disini

    Salemba, Kabartujuhsatu.news,-Dokumen tentang Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama telah diterbitkan dua tahun silam (2020) oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia dalam bentuk buku saku hampir 200 halaman.

    Penjelasan dan tanggapan dokumen Abu Dhabi ini merupakan kumpulan tulisan dari berbagai nara sumber lintas agama dan kepercayaan dalam upaya melihat dokumen persaudaraan manusia dari perspektif agama dan kepercayaan masing-masing dengan segala kekayaannya.

    Tujuan pokok dibukukannya naskah ini supaya pembaca semakin memahami hal-hal yang tidak tertulis dalam dokumen Abu Dhabi, seperti misalnya latar belakang munculnya dokumen ini. 

    Sehingga sangat diharap dari penjelasan dan tanggapan dokumen Abu Dhabi ini dapat memperkaya pemahaman dalam upaya mendorong semangat untuk mewujudkan Indonesia yang damai.

    Dalam suatu pemahaman tertentu, dokumen persaudaraan manusia sejatinya menekankan perlunya untuk beralih dari sekedar toleransi ke koeksistensi freternal. 

    Artinya secara gampang bahwa udah saatnya sekarang  umat beragama yang minoritas berada ditengah umat beragama yang mayoritas tidak lagi perlu merasa tersisih. 

    Sehingga tetap bisa menjadi warga negara yang aktif dengan tetap percaya memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara lainnya yang bebas dan merdeka. 

    Dengan begitu dapat terus berkontribusi bagi masyarakat demi kebaikan bersama.

    Buku ini memuat pemaparan berbagai pakar, diantaranya Markus Solo Kewuta SVD, M. Quraish Shihab, Imam Pituduh, Abdul Mu'ti,  Pdt. Gomar Gultom dan Wisnu Bawa Tenaya serta Bhiku Dhammasubbho Mahathera, Xs. Budi S. Tanuwibowo, Engkus Ruswana, Mgr. Yohanes Harun Yuwono.

    Yang menarik tentu saja kata sambutan  yang disampaikan oleh Ketua Presidium KWI, Ignatius Kardinal Suharyo, selaku Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia, Uskup Keuskupan Agung Jakarta.

    Paparan tentang  dokumen persaudaraan manusia sebagai tonggak sejarah baru untuk perdamaian dunia, jelas dan terang telah membuka wawasan baru dalam menelisik hubungan yang harmoni sesama manusia lainnya.

    Soal tantangan perdamaian dan harmonisasi umat beragama, sangat relevan dengan paparan tentang Iman yang mempersatukan.

    Bahkan, tentang  paparan berbagi ruang publik untuk hidup bersama dalam perspektif Kristen atas dokumen Abu Dhabi, sungguh menarik untuk dicermati. Dan juga perihal dokumen Abu Dhabi dalam perspektif Hindu, paparan dalam perspektif Budha, tekaah dari perspektif Khong Hu Cu dan dalam perspektif Penghayat Kepercayaan.

    Namun tampaknya menjadi spesial dan istimewa dari perspektif Islam yang dianggap tak lagi perlu dipapar dalam buku ini.

    Namun yang pasti ada uraian khusus tentang dokumen Abu Dhabi ini dalam konteks Indonesia. 

    Inti pokoknya adalah retkait dengan Dokumen Abu Dhabi ini, menurut  M. Quraish Shihab  dokumen ini telah ditanda tangani oleh Imam Besar Al Azhar, Profesor Ahmad Al Tayyeb bersama Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Ibu Kota Persatuan Emirat Arab, pada 4 Februari 2019 yang didahului oleh Konfrensi Internasional tentang Persaudaraan Kemanusiaan yang  diselenggarakan oleh Majelis Hukama Al-Muslimin dengan anggota berbagai ulama besar dan cendekiawan dari berbagai negara. 

    Adapun mengenai penyebab utama dari krisis yang dialami oleh umat manusia adalah tidak hadirnya nurani dan terpinggirkannya nilai-nilai akhlak keagamaan serta merebaknya egoisme dan materialisme, persis seperti apa yang sedang melanda Indonesia sekarang. 

    Jadi atas dasar itulah, kucil ini bisa memberi sumbangan pemikiran yang besar untuk menghadapi perubahan menuju tatanan yang lebih baik dan manusiawi.

    Sumber : Jacob Ereste
    21 April 2022
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini