Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Nasib malang menimpa PM Pakistan digulingkan karena berkunjung ke Rusia. Adakah akan terjadi juga di Indonesia bila Putin datang ke G20 di Denpasar, Bali?
"Seperti kita tahu, Amerika dan para konconya menolak kehadiran Rusia di G20. Bila Indonesia masih nekad undang Rusia hadir bisakah peristiwa politik yang sama dengan Pakistan terjadi juga?" Tanya Pengamat Hukum Politik Suta Widhya, Senin (11/4) pagi di tengah lautan demonstrasi mahasiswa di Jakarta.
Menurut Suta, kepemimpinan Imran Khan sebagai Perdana Menteri Pakistan telah tumpas karena bikin kecewa Amerika Serikat. Ia digulingkan melalui mosi tidak percaya di parlemen.
Sebanyak 174 anggota parlemen menghendaki Khan lengser. Padahal Khan digulingkan setelah berupaya memblokir mosi tidak percaya parlemen dengan berbagai cara.
Mahkamah Agung Pakistan akhirnya memutuskan Khan dinilai tidak konstitusional dengan menghalangi proses mosi tidak percaya karena mau membubarkan parlemen.
Syarat mosi tidak percaya di parlemen minimalis 172 suara dari total 342. Ternyata, mencapai 174 suara atau lebih banyak 2 suara minimalis.
"PM Khan menuding oposisi bersekongkol dengan Amerika Serikat untuk menggulingkan dirinya. Memang Khan dalam sikap politiknya dikenal condong dekat dengan Cina sebagaimana yang diperlihatkan oleh Jokowi." Tambah Suta.
Meski Khan berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mencoba menggerakkan massa pendukungnya untuk unjuk rasa secara nasional pada Minggu (10/4), namun akhirnya tetap sia-sia.
“Apapun alasan Khan tidak akan menerima pemerintah yang diimpor dari Asing dan tetap berjuang dengan massaya, toh tetap tidak mampu memulihkan kekuasaannya," Jelas Suta lebih lanjut Khan.
Konstelasi politik di Pakistan dalam beberapa pekan terakhir meninggi tensinya. Putusan Mahkamah Agung pada Kamis malam dinilai sebagai tonggak konstitusi negara tersebut untuk memulihkan parlemen karena mau dibubarkan Khan.
Manuver politiknya dengan cara menggembosi mosi tidak percaya parlemen yang bertujuan membuatnya lengser.
Sayangnya ia sudah ditinggal militer Pakistan yang kuat mendukung sebelumnya. Adalah kekuatan militer yang ikut mengantarkan kemenangan untuk Khan pada Pemilu 2018 lalu.
Kubu oposisi semakin gencar terus menyuarakan Khan lengser dalam dua tahun terakhir. Pemerintahan rezim Khan karena dinilai gagal mensejahterahkan rakyatnya sejak tahun 2020.
"Terlihat kekuasaan semakin tergurus. Salah seorang Senator, Anwaar ul Haq Kakar dari Partai Balochistan Awami (BAP), sekutu koalisi yang menarik dukungan untuk Khan pada akhir Maret." Tutup Suta.
(Red/Sw)