Jakarta, Kabartujuhsatu.news - Ahli pangan dari Universitas Indonesia Riyanto menilai pemerintah Indonesia berhasil meningkatkan produksi pangan nasional.
Hal tersebut ditandai dengan tercukupinya ketersediaan beras dalam negeri, sehingga selama tiga tahun terakhir tidak melakukan impor .
Sebaliknya, ada sejumlah kabupaten seperti di Sragen yang sukses melakukan ekspor beras ke Arab Saudi.
Riyanto mengatakan keberhasilan tersebut tidak lepas dari kinerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mempercepat proses produksi dengan pengadaan benih unggul, teknologi, seperti alat mesin pertanian dan pendampingan masifnya di semua daerah.
"Biasanya Indonesia import, but di zaman Pak SYL (Syahrul Yasin Limpo), saya melihat beras kita cukup, bahkan cenderung surplus. Semua bisa dikendalikan," ujar Riyanto yang peneliti juga dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, Selasa (7 /6).
Riyanto mengatakan pertanian merupakan sektor yang paling strategis dalam mewujudkan Indonesia berdaulat dari aspek apapun, termasuk aspek keamanan, politik dan pendidikan.
Tanpa pangan semua orang akan kebingungan dan negara bisa mengalami kebangkrutan.
"Saya kira posisi Indonesia sudah cukup bagus dan berjalan lebih cepat dari biasanya. Pangan kita cukup dan semua bisa di kendalikan. Inilah bukti kerja pemerintah, di sektor pertanian," terangnya.
Dia pun mengapresiasi kinerja Mentan SYL yang bisa menyelesaikan semua Arahan dan perintah Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menegaskan sejak 2019 impor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) tidak dilakukan.
"Apa yang disampaikan Bapak Presiden bahwa Indonesia sampai saat ini tidak melakukan impor selama tiga tahun terakhir memang benar," terang Budi Waseso.
Pemerhati pangan, Irma Suryani Chaniago mengapresiasi kerja cerdas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mampu menjalankan semua perintah dan Arahan Presiden Jokowi, sehingga ketersediaan pangan nasional dalam keadaan cukup.
Bahkan Indonesia selama tiga tahun terkahit tidak melakukan impor.
"Ini yang saya sebut kerja cerdas. Tidak impor kan artinya kerjanya berintegritas. Tidak Macam-macam dan hanya fokus kerja saja. Saya kira ini perlu diapresiasi," pungkas Irma. (mrk/**)