Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) memastikan peningkatan produksi gula nasional terus dilakukan melalui perluasan lahan (ekstensifikasi) maupun intensifikasi.
Kementan pun berkomitmen akan memperkuat Kerja-kerja jajaran BUMN dalam memproduksi gula nasional dari hulu hingga hilir.
Menurut Syahrul, kebutuhan gula nasional secara umum mencapai 7,3 juta ton.
Adapun, gula konsumsi sebanyak 3,2 juta ton dan gula industri 4,1 juta ton. Sedangkan produksi gula nasional yang ada saat ini hanya 2,35 juta ton.
"Karena itu, Bapak Presiden minta agar langkah untuk memperkuat gula konsumsi dilakukan, berarti ada 850 ribu ton untuk disiapkan. Saya mendapat perintah bersama menteri lain, baik rawat ratun dari tebu maupun bongkar ratun," ujar Syahrul.
Syahrul mengatakan, kebutuhan gula saat ini secara tidak langsung berpengaruh besar pada inflasi, juga berpengaruh pada berbagai distrupsi atau pengurangan -pengurangan importasi dari negara lain.
Karena itu, Kementan bersma BUMN dan kementerian lain akan melakukan penguatan secara cepat.
"Bapak Presiden mengharapkan dalam waktu yang cepat ada langkah-langkah bersama antara Kementan, BUMN, Perdagangan, Perindustrian, untuk mencoba mempersiapkan berbagai hal untuk minimal mempersiapkan gula nasional kita secara baik," ujarnya.
Syahrul menjelaskan, Menteri BUMN diberikan arahan untuk mulai dari hulu sampai hilir, dan menteri lain tentu saja sesuai dengan teknis kementerian atau tugas kementerian untuk memberikan dukungan, "Agar BUMN bisa melangkah lebih cepat memperkuat kebutuhan gula konsumsi, dan secara bertahap masuk gula industri," kata Syahrul.
Sebab, lanjut Syahrul bahwa masalah pangan menjadi perhatian serius dari Presiden Jokowi.
"Pangan pun menjadi komoditi strategis dalam menumbuhkan ekonomi nasional.
"Bapak Presiden terus melakukan monitoring setiap satu pekan sekali terhadap masalah pangan, dan kita bicara secara item by item, varitas, komoditi tertentu sehingga pembahasannya detail dan pengambilan keputusannya juga detail," tandas Syahrul.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengusulkan untuk mengembangkan gula kelapa dan gula aren.
"Sebenarnya jangan terlalu banyak mengandalkan gula tebu, ujar SYL.
"Jadikan peluang untuk mengembangkan gula kelapa dan Pohon kelapa kita kan banyak tersebar," tuturnya.
Sementara itu, Kepala BPSDMP Dedi Nursyamsi mengajak untuk diversifikasi gula putih ke gula aren.
"Gula merah kita bisa produksi sebanyak-banyaknya," kata Kepala BPPSDMP Kementan Dedi NursyamsiDedi Nursaymsi dalam keterangannya, pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Kurangi Ketergantungan Impor Gula pada bulan Maret lalu.
Menurut Dedi potensi pengembangan gula dalam negeri luar biasa, yang ditandai dengan Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar di zaman kolonial.
Katanya, "Kita adalah negara kepulauan, Kita adalah negara yang garis pantainya terpanjang di dunia karena pulaunya kurang lebih dari 17 ribu, Artinya kelapa tumbuh di mana-mana dan itu adalah sumber gula kita," jelas Dedi.
Bukan hanya itu, lanjut Dedi, Indonesia juga mempunyai tanaman enau (aren) yang tumbuh sendiri tanpa ditanam di dataran tinggi, Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan menjadi gula aren, jelasnya.
"Jadi, bagaimana caranya mengatasi impor? Ya, tanam. Tanam itu tebu. Enau tidak usah ditanam tumbuh sendiri apalagi kalau ditanam.
"Di saat yang sama bikin gula merah itu jadi olahan agar berdaya saing," ujarnya.
Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ardi Praptono mengatakan, neraca konsumsi gula pasir mengalami defisit kurang lebih 600 ribu ton. Dari kebutuhan gula konsumsi 2,8 juta saat ini yang baru diproduksi 2,2 juta ton.
Ia menyampaikan, pihaknya melakukan program percepatan swasembada gula konsumsi tahun 2023, di antaranya, melakukan ekstensifikasi berupa penambahan areal baru sejumlah 50 ribu hektare, yang diharapkan ada peningkatan gula konsumsi sejumlah 359 ribu ton GKP.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan intensifikasi bongkar ratoon sejumlah 75 hektare dan diharapkan tiap tahun akan menghasilkan 178 ribu ton GKP. Dengan merawat ratoon seluas 125 ribu hektare juga akan menghasilkan sejumlah 178 ribu ton GKP.
"Sehingga total hasil dari ekstensifikasi dan intensifikasi yang diperoleh 676 ribu ton GKP. Ini target yang ingin kami capai dari tahun 2020-2023," ujarnya.
Duta Petani Milenial Banten, Sarnata mengatakan Indonesia, khususnya di Banten memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah salah satunya komoditas aren. "Selain itu, ternyata jumlah petani aren di Banten itu 13 ribu orang.
"Artinya keterlibatan petani aren di perdesaan cukup besar," ujarnya.
Ia mengatakan, belum banyak petani aren yang melakukan inovasi, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara produktivitas yang besar dengan pendapatan petani.
"Solusi kami, dari satu komoditas aren kami buat gula aren semut. Tidak sampai di situ kami buat minuman serbuk rempah herbal seperti gula jahe, gula kunyit, gula temulawak, gula cair, gula aren koin.
"Artinya di sini ada diversifikasi produk yang kami lakukan," jelasnya.
Menurut, Sarnata, dengan melakukan inovasi tersebut, umur masa simpan aren akan lebih lama dari biasanya, memberikan nilai tambah, dan memberikan profit yang lebih tinggi.
"Pengemasan produk ini akan memecahkan masalah umur simpan yang bisa tahan hingga setahun. Kemudian distribusi juga akan lebih luas dan jauh," terangnya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya, kata Dia adalah melakukan standardisasi dan sertifikasi, "Baik izin kesehatan, halal dan uji laboratorium memberikan kepercayaan dari luar untuk membeli produk kita," tegasnya. (**)