Soppeng, Kabartujuhsatu.news,-
Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Bidang Pelestari Naskah Kuno Perpustakaan Nasional RI, H. Andi Ahmad Saransi membawakan materi pada Seminar Budaya "Napak Tilas Jejak Tanah Leluhur".
Kegiatan ini digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Sulawesi Selatan dan Desa Lompulle Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng, Sabtu (10 - 11/9/2022).
Seminar dibuka oleh Ibu Dra. Hj. Masgaba, M.Si mewakili Kepala Balai Pelestarian Budaya Drs. Andi Syamsu Rijal. M.Hum.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng diwakili oleh Dr. Karim Kasi Kebudayaan Disdik kabupaten Soppeng.
H. Andi Ahmad Saransi yang membawakan materi, Jejak Tinggalan La Patau Matanna Tikka dan Nilai Budaya Desa Lompulle.
Dia mengatakan bahwa Lompulle mempunyai tinggalan-tinggalan sejarah yang cukup banyak.
Lompulle pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke 18, dimana pada masaa itu Lompulle yang ditopang oleh sungai Walanae sabagai sarana transportasi membuat Lompulle sebagai pelabuhan kerajaan Soppeng pada abad ke 18.
Selaku Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Cabang Sulawesi Selatan lebih lanjut Andi Ahmad Saransi menyebutkan, bahwa pada masa pemerintahan La Patau Matanna Tikka Datu Soppeng ke 18, juga sebagai Ranreng Toa Wajo ke 18 dan Mangkau ke 16 di Bone beliau menjadikan Lompulle sebagai sorΓ©ang lopi atau pelabuhan utama untuk mengontrol ketiga daerah kekuasaannya.
Hal ini disebutkan dalam Lontara Bilang (Catatan Harian) La Patau Matanna Tikka Tahun 1692 - 1714.
Oleh sebab itu, menurut Ahmad Saransi, tinggalan baju besi atau baju sirah yg diplelihara oleh salah seorang masyarakat Lompulle merupakan warisan dari La Patau Matanna Tikka Datu Soppeng ke 18.
"Karena dalam Lontara Bilang atau Catatam Harian beliau tercatat ratusan baju besi yg pernah dipakai pasukannya, beber Andi Ahmad Saransi.
Lalu ketika ditanya mengenai nilai-nilai budaya Desa Lompulle, menurut Ahmad Saransi bahwa, masyarakat Lompulle tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat Bugis Soppeng tentunya yang memiliki persamaan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Bugis Makassar lainnya seperti adanya siri (malu), pesse (nilai solidaritas), lempu (kejujuran).
Disamping itu ada nilai-nilai yang menonjol pada masyarakat Bugis Soppeng yaitu nilai reso (etos kerja keras) dan acca (kepintaran), terangnya.
Kedua nilai inilah terpatri kepada masyarakat Soppeng.
Seperti, siapa yang tidak kenal Prof dr. Farid Husain "Beliau Putra Lompulle, seorang tokoh perdamaian yang ikut berperan aktif dalam penyelesaian konflik Poso, Ambon dan Aceh.
"Jasanya sangat besar kepada negara,", jelasnya.
"Kemudian ada pula putra Lompulle yang bernama Pak Masse yang pernah diutus pemerintah Indonesia mengajar di Malaysia yang kemudian mendapat kepercayaan menjadi Atase kebudayaan di Cekoslowakia, ucap Ahmad Saransi mengakhiri.
(Red/**)