Kementan Latih Petani Manfaatkan Teknologi Smart Farming
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Kementan Latih Petani Manfaatkan Teknologi Smart Farming

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 09 Maret 2023, Maret 09, 2023 WIB Last Updated 2023-03-10T13:26:24Z
    masukkan script iklan disini

    Gowa (Sulsel), Kabartujuhsatu.news, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, saat ini para generasi muda telah masuk di era teknologi digital, sehingga perlu beradaptasi dalam memanfaatkan peluang dan memenangkan kompetisi. Kamis (9/3/2023).

    "Pertanian saat ini tidak sama lagi dengan pertanian sebelumnya.

    "Kita masuk pertanian internet of thinking, menggunakan artificial intelegent, satelit sudah main. Pertanian itu keren," ujar Mentan.

    Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan Smart farming adalah konektivitas platform dengan sebuah perangkat teknologi seperti tablet, handphone, dan gadget yang berbasis android lainnya.

    "Berfungsi untuk mengumpulkan informasi seperti status hara tanah, kelembapan udara, cuaca, dan lain sebagainya.

    "Sektor pertanian terbukti tangguh menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19.

    "Pada triwulan II tahun 2020, PDB sektor pertanian tumbuh 16,24% (q to q), tertinggi dibanding sektor lain.

    "Selain itu, pada bulan November 2022, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat impresif pada triwulan III tahun 2022, yakni 5,72% dengan sektor pertanian sebagai salah satu leading sector utama dengan kontribusi terbesarnya terhadap PDB mencapai 12,91%.

    “Data tersebut muncul dari perangkat yang tertanam pada lahan pertanian sehingga dalam prakteknya smart farming menggunakan gabungan antara platform berbasis internet of things dengan mesin pertanian.

    "Hal tersebut berfungsi agar kegiatan pertanian dapat selaras, tidak secara tradisional dan manual melainkan menggunakan teknologi.”, ungkap Dedi.

    Sebagai program pemberdayaan, READSI mendorong penerapan sistem smart farming (pertanian cerdas) di sekitar petani sasaran.

    Melalui pelatihan ini, petani diharapkan memahami konsep dasar smart farming dan selanjutnya menerapkan dan mengembangkannya sesuai dengan potensi lokal.

    Penyediaan sarana dan prasarana pertanian dan inovasi teknologi saat ini harus dilakukan dalam kerangka modernisasi pertanian yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi terkini.

    Secara umum, evolusi teknologi di sektor pertanian secara progresif dapat diurutkan dari peralatan manual, pemanfaatan tenaga hewan, mekanisasi peralatan bermotor, dan yang terkini adalah automation agriculture berupa penggunaan peralatan digital, dan/atau robotik dengan artificial intelligent (AI)

    Mahalnya biaya pengadaan dan operasional menjadi tantangan utama pemanfaatan teknologi ini, termasuk di Indonesia.

    Dengan demikian, dibutuhkan berbagai penyesuaian skala untuk membuat teknologi ini terjangkau bagi petani.

    Berbagai inovasi diharapkan dapat menciptakan precision farming berbiaya murah, atau low cost precision farming dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan.

    Dalam konteks ini, diharapkan low cost precision farming dapat dirancang berbasis HP ataupun smart phone.

    Di sisi lain, untuk mengatasi hambatan lain seperti minimnya infrastruktur, kurangnya keterampilan teknis, serta lingkungan bisnis yang kurang mendukung, Kementerian Pertanian juga memberikan dukungan berupa pembangunan berbagai infrastruktur

    Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Muhammad Amin, dalam kegiatan Pembukaan Kegiatan Pelatihan ini menyampaikan bahwa Kegiatan Pelatihan Teknis Smart Farming bagi Petani di Wilayah Program READSI ini terlaksana atas kerjasama yang baik antara Pusat Pelatihan Pertanian Badan Penyuluhan dan pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan milik BPPSDMP Kementerian Pertanian di wilayah pelaksanaan kegiatan pelatihan khususnya Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang dan Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku serta Pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

    Susanti, peserta asal luwu mengungkapkan, dengan adanya pelatihan ini sekembalinya dari pelatihan saya dan bersama teman dapat mengimplementasikan hasil dari pelatihan di lokasi kami, pungkasnya.

    (Red/**)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini