Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Mengelola sampah sangat sulit bila mana tidak di barengi dengan motivasi diri dan atau satu tujuan tertentu yakni untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat apa lagi jika hasilnya dapat menjanjikan dan atau menghidupi keluarga dan masyarakat.
Kelola sampah biasanya dilakukan oleh orang yang berpendidikan rendah namun di Desa Lompulle justru seorang warga yang berprofesi pendidik.
Dapat diketahui bahwa dalam mengelola sampah itu, ada pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, mendaur ulang dari material sampah.
Jadi dalam penanganan sampah itu terdiri dari tiga unsur yaitu, “Mengurangi”, “Menggunakan ulang” dan “Mendaur ulang”, demikian disampaikan Naharuddin Direktur Mario Marennu Farm Desa Lompulle Kecamatan Ganra Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (9/5/2023).
Menurutnya, "Sampah dan Limbah Rumah tangga dapat dikelola menjadi pundi-pundi Rupiah, jadi disamping mengurangi dampak lingkungan akibat sampah juga dapat bernilai ekonomi.
"Saat ini kami di Mario Marennu Farm mengolah sampah menjadi uang dengan konsep pertanian terpadu ( integretet parming) dengan memelihara Lalat hitam atau (black sholdeir fly) yang lebih kenal dengan nama Magot, jelasnya.
"Magot ini dijadikan sebagai pakan ikan, pakan unggas, bahkan hingga menjadi makanan burung hias yang sangat diminati oleh pencinta hewan ternak dan ikan, katanya.
"Kendati demikian masih kurang orang yang melakukan pembudidayaan apalagi saat ini pakan ikan dan pakan ternak sedang melonjak harganya sehingga para peternak dan pembudidaya banyak yang gulung tikar.
"Olehnya itu kami mencoba melakukan budidaya magot sebagai pakan utama yang cukup tinggi proteinnya, tutur Nahar sapaan akrab pecinta pertanian dan ternak ini.
Kata Dia, "Dengan membudidayakan Magot maka barang tentu sampah juga sudah bisa tertangani, minimal tidak terjadi lagi pencemaran lingkungan sambil uring magot.
"Saat ini kami juga mencoba jadikan sebagai obat pencegahan penyakit pada tanaman melalui penyemprotan dan hasil olahan magot itu, kami jadikan pupuk organik untuk tanaman, paparnya.
Dikatakannya,"Jika di rinci 1 kg telur magot akan mampu mengolah sampah organik dalam jangka 24 jam sebab beby magot mampu menyerap sampah dengan cepat, urainya.
"Untuk larva magot ini, kami jual 1 kg itu, seharga Rp. 100 ribu, dan kemudian limbah olahan yang menjadi pupuk kami jual Rp 10 ribu, pungkas Nahar.
Sekadar diketahui berbagai pihak pernah berkunjung di Mario Marennu Farm ini, baik peneliti dan Dosen Fakultas Perikanan, peternakan dan Kelautan Unhas maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Luwu dan lainnya.
(Red/**)