Acara Mappasiame Wanua di GAU MARAJA Soppeng 2023 Tersirat Makna Membangun Peradaban dan Gotong Royong
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Acara Mappasiame Wanua di GAU MARAJA Soppeng 2023 Tersirat Makna Membangun Peradaban dan Gotong Royong

    Kabartujuhsatu
    Sabtu, 15 Juli 2023, Juli 15, 2023 WIB Last Updated 2023-07-15T07:57:18Z
    masukkan script iklan disini

    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Acara Gau Maraja Lapatau Matanna Tikka Soppeng 2023 di isi dengan acara Mappasiame Wanua yang antara dengan musik tari klosal tari bakul dan mendirikan rumah adat tradisional Bugis tersirat makna bangsa yang kokoh, kegotongroyongan dan sosial.

    Hal itu disampaikan oleh Andi Abdi Bashit Koreografer acara Gau Maraja Lapatau Matanna Tikka Soppeng 2023, Sabtu (15/7/2023).

    Menurut Andi Abdi Bashit yang akrab di sapa Kak Cucut di kalangan seniman ini mengatakan, Dalam kosa kata bahasa Bugis,"mappasiame wanua" terdiri dari dua kata, yakni"mappasiame" (membangun dan "wanua" (kampung).

    Jika digabung keduanya, berarti membangun kampung atau bisa juga lebih luas diartikan membangun peradaban.

    Analogi "wanua" atau kampung kata Bashit, "tidak sekedar tempat tinggal atau hunian beraktifitas, tapi lebih cenderung sebagai tempat dimulainya sesuatu tatanan baru, ujarnya.

    Kata Dia, "Jika suatu kampung
    menjadi baik, maka dengan sendirinya, seluruh penghuni kampung tersebut
    akan menjadi baik, begitupula dalam suatu daerah dan atau negara, tandasnya.

    "Inilah yang disebut dengan peradaban, tambahnya.

    Dijelaskan, Dalam "mappasiame wanua" ini, ritual "mappatettong bola" (mendirikan rumah) itu dijadikan sebagai media.

    Hal mana menggambarkan bagaimana sikap gotong royong dan kebersamaan dijadikan simbol "mappasiame" (membangun) sesuatu. 

    Rumah atau "bola" bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga wadah berinteraksi, baik sesama penghuni, maupun dengan sekitarnya, termasuk merajut hubungan sosial, ekonomi dan budaya serta kepercayaan.

    "Tradisi mendirikan rumah secara gotong royong bagi masyarakat Bugis, memang sejak dulu sudah ada.

    "Tentunya kebiasaan ini kita bisa dapati saat mendirikan rumah panggung, baik yang terbuat dari kayu maupun bambu.

    "Disinilah nilai kebersamaan terbentuk dengan sendirinya.

    "Mereka bahu membahu, menyiapkan semua kebutuhan dan saling berbagi, sehingga
    semua pekerjaan terasa ringan dan mudah, jelasnya.

    Dikatakan Abdi Bashit, Mappasiame Wanua ini terdiri dari tiga bagian :


    1. Prosesi Mappatettong Bola
    Prosesi ini terdiri dari tiga ritual yang dikerjakan sekelompok orang bersama-
    sama:

    "Ritual menentukan waktu dan tempat

    "Ritual menetapkan "posi bola" (tiang utama).

    "Ritual"mappasili" (mensucikan) rumah.

    2. Prosesi "Mappugau" (bekerja).

    Menggambarkan bagaimana etos kerja masyarakat Bugis dalam membangun daerahnya, khususnya di Soppeng dikenal dengan masyarakat agraris.

    Pada prosesi ini akan ditampilkan berbagai seni tradisional pedalaman yang dilakonkan secara massal, antara lain," mappadendang" (menumbuk lesung) dan beberapa seni pertunjukan lainnya yang berkaitan dengan pertanian.

    Hal ini tentunya menjadi gambaran, bahwa sejak dulu masyarakat sudah menjadikan ketahanan pangan sebagai
    etos kerja.

    3. Prosesi "Mappasisumpung"
    Ritual "mappasisumpung"
    (menghubungkan) ini bermakna, bahwa manusia senantiasa tak boleh putus hubungan dengan Sang Pencipta.

    Prosesi ini menggambarkan rasa syukur karena telah didirikannya rumah. 

    Hal ini menjadi penanda, bahwa segala sesuatu yang dikerjakan di atas bumi ini,tak lepas dari curahan rahmat dan berkah dari "Dewata Seuwae" (Tuhan Yang Maha Esa).

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini