Patut Dicontoh, Munir Petani Melon Golden Alisa Asal Purworejo Jateng Yang Sukses
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Patut Dicontoh, Munir Petani Melon Golden Alisa Asal Purworejo Jateng Yang Sukses

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 19 Juli 2023, Juli 19, 2023 WIB Last Updated 2023-07-19T11:45:31Z
    masukkan script iklan disini

    Purworejo, Kabartujuhsatu.news, Munir seorang petani Melon Golden Alisa dari Purworejo, Jawa Tengah dengan Luas 10 x 50 M2 mampu menghidupi keluarga dengan dua orang anak dari seorang istri yang mendukung kehidupannya di pertanian. 

    "Dengan durasi 65 hari bisa kami panen bibit yang kami tanam di wadah hidroponik. 

    "Dengan hasil panen Rp. 24 juta per satu kali panen. Setahun 4 kali panen. Ada 1.000 pohon." Jelas Munir dalam perjalanan kereta Logawa, Surabaya - Purwokerto, Rabu(19/7) sore. 

    Menurut Munir ia melakukan persiapan biji yang dibeli dari Toko Online. Ia jadikan bibit ke benih,1 minggu sd 10 hari tanam. Persiapan sebelumnya 15 hari sebelumnya dengan cara merendam biji dengan air hangat. 

    "Minimalis dari daun pertama tumbuh dipindah dan 65 hari bisa panen. Kami siapkan paralon hitam Ukuran 1/2 inci dan 5/3 selang dimana dalam 1 jam ada air yang mengalir 2 liter air dengan didorong oleh Sanyo."Terang Munir kepada awak media. 

    Lebih dari lanjut Munir mengaku pada akhir Juli 2023 ia akan melakukan panen ketiga kalinya atas tanaman Melon Golden Alisa yang rasanya top markotop tanpa tandingan manisnya. 
    Penyiraman dilakukan 3 kali sehari, yaitu pagi siang dan sore.

    Melon menurutnya cocok dengan rata-rata Suhu > 35 C dan pemberian Pupuk ABmix kristal cocok di daerah tempat tinggal Munir.

    Untuk pemasaran ia pun aktif di Instagram dan group WA. Belum terpikir olehnya untuk memasok ke Supermarket besar karena harus mampu rutin menyiapkan 2 ton melon per kali panen. 

    Kisah sukses petani Munir(43) asal Dusun silumut, Desa Pakem, Kecamatan Gebang, Purworejo, Jawa Tengah hendaknya diikuti oleh kaum muda desa. 

    Kaum muda di pedesaan lebih suka mencari kerja di kota, menjadi tukang ojek atau sektor informal lainnya. Pertanian sudah kurang diminati. Padahal pertanian wajib dipertahankan, karena itu adalah sektor pemasok pangan rakyat di negeri ini.

    (Red/HSW)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini