Depok, Kabartujuhsatu.news, Sopir angkutan kota (Angkot) pun pandai BERBOHONG dengan mengatakan kata-kata "LANGSUNG", "JALAN", "BERANGKAT" berkali-kali kepada calon penumpang.
Yang tidak sabar menunggu mencoba keluar, namun kemudian dibujuk kembali masuk, dengan janji Angkot akan segera berangkat. Ahad (8/10/2023).
Begitu percaya janji sang sopir, terlihat mobil distater hidup penumpang kembali gelisah. Karena ternyata stir, gas dan rem dikutak-katik belaka.
Ada apa ini? APALAGI KALAU BUKAN BERHARAP SATU DUA TAMBAHAN PENUMPANG?
_Begitulah kebohongan dipertontonkan setiap hari_. Mulai dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi. Mulai dari rakyat jelata hingga kelompok elit.
Masyarakat Melayu di Pulau Rempang, Riau Kepulauan mungkin merasakan hal yang sama dengan para penumpang angkot.
Masyarakat di Pulau Rempang masih ingat janji-janji politik elit politik yang akan memberikan sertifikat tanah yang mereka huni sejak lebih dari 222 tahun lalu. Janji elit yang melindungi _original people_ sesuai Pembukaan UUD1945 asli.
Dan masyarakat di sana pun ingat dan tahu garansi dari Konvensi Dunia yang menjamin kehidupan _original people_ untuk tinggal dan hidup damai di buminya sendiri tanpa gangguan dan intervensi siapa dan manapun.
Apa perbedaan utama antara pembohong di tingkat rakyat jelata dan Pembohong tingkat elit? Bila sopir angkot berbohong demi memenuhi isi perut dirinya, istri dan anak, tapi, kalau elit politik yang berbohong tentu punya alasan tertentu.
Penulis : Suta Widhya, SH