Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Sebuah paradoks menarik mewarnai sebagian kepala sekolah dan guru, di mana rasa 'malu' tiba-tiba muncul saat mereka diminta untuk mengelola sampah di lingkungan sekolah.
Anehnya, rasa malu itu menghilang tanpa jejak ketika mereka memilih untuk membuang sampah sembarangan, meskipun sebagai panutan dan teladan bagi siswanya.
Sejumlah kepala sekolah dan guru tampaknya merasa rendah atau malu ketika disentuh topik pengelolaan sampah di sekolah, meskipun seharusnya mereka menjadi contoh bagi siswa dalam hal tanggung jawab terhadap lingkungan.
Sikap ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana paradigma 'malu' ini memengaruhi upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan berkelanjutan.
Hal itu diungkapkan Kepala Sekolah SDN 23 Tanete Naharuddin, SE, S.Pd, M.Si dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/10/2023).
"Di sisi lain, kata Dia, 'Sebagian oknum guru diidentifikasi memiliki ambisi tinggi dalam pengembangan diri dan mencita-citakan prestasi akademik maupun non-akademik yang luar biasa.
*Namun, terdapat kesenjangan antara cita-cita tersebut dengan realitas yang dapat dilihat dan diukur.
"Kondisi ini memberikan dampak terhadap siswa dan menciptakan harapan yang belum tentu terwujud.
"Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kenyamanan dalam zonasi yang membuat sebagian guru dan kepala sekolah merasa kurang bersalah dalam melibatkan diri dalam praktik 'membuang sampah sembarangan'.
"Upaya edukasi dan refleksi diri mungkin diperlukan untuk mengubah paradigma ini, sehingga para pendidik dapat benar-benar menjadi teladan yang memberikan dampak positif, bukan hanya dalam wacana, tetapi juga dalam tindakan nyata, tandasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 3 Lemba Falmunadi, S.Pd mengatakan, " kami sudah lama terapkan terkait pengelolaan sampah namun bagusnya pengelolaan sampai yang di inisiasi oleh 3 Kepsek di Kecamatan Lalabata, baik Kepsek SDN 23 Tanete Naharuddin, Kepsek SDN 7 Salotungo Abdul Azis dan Kepsek Ale Tellue Muhlis karena pengelolaannya dimulai dari rumah, artinya siswa siswi dapat membawa sampah dari rumah khususnya yang bernilai ekonomi seperti sampah plastik, kertas dan lainnya, katanya.
" Hal itu sangat bagus dan dapat diapresiasi, pungkasnya.
(Red)