Bupati Andi Kaswadi Razak : Warna Kuning Bagian dari Sejarah Soppeng
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Bupati Andi Kaswadi Razak : Warna Kuning Bagian dari Sejarah Soppeng

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 30 November 2023, November 30, 2023 WIB Last Updated 2023-11-30T16:00:47Z
    masukkan script iklan disini


    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Bupati Soppeng HA Kaswadi Razak, SE menyampaikan bahwa warna kuning adalah bagian dari sejarah kabupaten Soppeng.


    Hal itu disampaikan dalam uraiannya saat menghadiri acara Pattaungeng di Situs Lakelluaja Tinco Kelurahan Ompo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng, Kamis (30/11/2023).


    Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak diawal sambutannya menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih atas terselenggaranya kegiatan tahunan ini, kepada semua pihak, baik pemerintah kecamatan Lalabata, pihak pemerintah kelurahan Ompo dan seluruh masyarakat Tinco  sekitarnya atas upaya yang senantiasa mempertahankan adat budaya kita sehingga dari sekian lama sampai hari ini masih bisa terjaga dengan baik dan semoga ini menjadi ibadah bagi kita semua, ucapnya.


    Selain itu Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak juga menyampaikan bahwa pemerintah daerah senantiasa mendukung kegiatan yang dilakukan karena tidak lepas dari sejarah panjang yang terjadi di kabupaten Soppeng.


    "Kita hadir disini bukan sekedar hanya bertemu akan tetapi ada suatu hal, yang pertama, yang kita lakukan ini bagaimana menjaga warisan budaya yang tidak semua orang bisa memiliki, disaat ini kita menghadapi suatu masa yang disebut masa globalisasi dan digitalisasi tentu banyak tantangan dan dinamika, namun Alhamdulillah masyarakat Tinco yang senantiasa menjaga warisan kita, ucapnya.


    Dikesempatan itu Bupati Soppeng juga mengulas sedikit tentang sejarah Soppeng Manurunge di Sekkanyili yakni Raja Pertama Soppeng Latemmamala diawali dari petunjuk adanya burung kakaktua kepada 60 Matoa yang melakukan pertemuan hingga adanya kerajaan kembar Manurunge ri GOARIE bahkan mengulas saat Soppeng dilanda musim paceklik maupun saat bersatunya kerajaan Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau dengan segala komitmen yang dipersyaratkan saat menduduki tahta kerajaan Soppeng oleh Latemmamala.


    Tidak hanya itu, Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak yang diketahui sangat menghormati budaya leluhur ini mengatakan bahwa, "simbol-simbol dalam kegiatan Pattaungeng ini tidak boleh dipertengtangkan, karena banyak kandungan yang ada di dalamnya yang patut menjadi pegangan kita, seperti misalnya saat terjadinya krisis berkepanjangan di zaman tersebut dan lainnya, ujarnya.


    Bupati Soppeng Andi Kaswadi mengurai bahwa dahulu ada 2 kerajaan kembar, yakni kerajaan Soppeng Riaja dan kerajaan Soppeng Rilau, pada saat itu terjadi krisis, dan andai tidak terjadi krisis maka tidak bertemulah kedua kerajaan ini, karena ada masalah maka bertemulah mereka, yang akhirnya bersatu, setelah dilakukan pertemuan yang dipimpin arung Bila maka dicarilah seorang pemimpin, itulah cikal bakal awal pemerintahan kabupaten Soppeng.


    "Dan Latemmamala inilah menjadi Raja pertama yang terjadi sekitar 700 tahun lebih yang lalu, yang hingga hari ini kita masih bisa menjaga adat budaya leluhur yang mana terkandung pelajaran bagaimana komitmen Latemmamala untuk memimpin Soppeng, ungkapnya.


    "Kendati demikian, lanjut Bupati," ada proses sebelumnya, ketika para leluhur kita yang disebut matoa dari 60 Matoa itulah menggelar rapat kemudian tiba-tiba ada burung Kakaktua melintas dengan membawa setangkai berupa rumput yang disebut Padi saat itu yang akhirnya Kakaktua inilah menjadi lambang kabupaten Soppeng.


    "Kalau kita mau mencari Kakaktua banyak di Soppeng, itu tidak ada karena sebelumnya Kakaktua ini adalah binatang Manurung yang datang dari langit untuk membawa sebatang Padi, karena padi inilah nantinya mengeluarkan masyarakat Soppeng keluar dari krisis.


    "Manurung yang satunya adalah Orang yang namanya Latemammala, yang ditugasi untuk menjalankan roda pemerintahan di kabupaten Soppeng, yang diawali dengan kesepakatan penyatuan Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau yang dipimpin Arung Bila dan pada saat itu Raja Soppeng pertama Latemammala bersumpah bahwasanya bila dirinya berlaku curang dalam kepemimpinannya maka tidak akan masuk melalui tenggorokannya hasil tanaman padi tersebut, tutur Bupati Soppeng mengulas.


    "Kalau sekarang, orang disumpah masih melanggar, itulah bedanya orang dulu dengan orang sekarang, artinya lebih bermakna apa yang terucap dalam diri kita dari pada yang tertulis, tandasnya.


    "Pada masa itu juga ada permintaan dalam penyatuan 2 kerajaan tersebut agar Latemammala Manurunge di Sekkanyili dikawinkan dengan Manurunge di Goarie yang ada Soppeng Rilau, dan itu dilakukan sehingga masyarakat Soppeng keluar dari krisis yang akhirnya warga masyarakat sejahtera.


    Dikesempatan itu juga Bupati Soppeng menunjuk situs Lakelluaja yang sejarahnya pada zaman itu, Raja Latemmamala duduk di atas batu yang kemudian rambutnya di gunting dan akhirnya menghilang yang dalam bahasa Bugis Makkellu (menggunting rambut) dan Mallajang (raib/menghilang) dari kata Makkellu Mallajang yang kemudian di sebut Lakelluaja.



    "Sebagai tanda bahwa pernah ada, itulah batu sebagai tanda sedangkan rambutnya dan gelangnya telah disimpan di Bola Ridie (Rumah Kuning) yang ada di lalemg benteng (dalam benteng) belakang istana Raja.


    Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak menyebut bahwa Bola Ridie diawal sudah warna kuning, sehingga pada saat kita hadir disini semestinya semua memakai warna kuning, hal itu untuk mengenang, ujarnya di sambut tepuk tangan yang hadir.


    Bupati Soppeng membeberkan bahwa cerita sejarah di Soppeng Rilau, ketika Manurunge di GOARIE, sebelum turun situasi pada saat itu tiba-tiba gelap seperti malam hari yang kemudian tiba-tiba menjadi kuning didalam sejarahnya Manurunge di GOARIE itu, ada bayi yang didapatkan di dekat kaki kerbau yang muncul dari dalam pecahan keramik (Balubu), jadi saat bayi itu muncul seperti cahaya dari awalnya gelap tiba-tiba cahaya matahari menjadi kuning.


    "Jadi Soppeng ini kita tidak boleh lepas dari warna kuning, karena dari dulu hingga sekarang seperti di musium tempat rambutnya Latemmamala itu juga warna kuning dan ini bukan soal partai, tapi memang simbol kita di Soppeng itu warna kuning, makanya saya berusaha untuk mempertahankan, dan warna kuning ini selalu mendominasi karena itu sennu-senureng, kenapa sennu-senureng itu penting, itulah cara kepemimpinan orang tua kita sehingga bisa mensejahterakan masyarakat dan menghasilkan daerahnya maju karena begitu, urainya.


    "Saya pribadi banyak belajar dari sejarah, sehingga ada beberapa hal yang saya lakukan ternyata itu betul baik tatacara kepemimpinan, dan kalau memang abbatireng biasanya itu berhasil karena yang punya trah itu pasti keturunan, tapi tidak semua keturunan itu punya trah, jadi tidak semua keturunan memiliki warisan pemimpin, katanya.


    "Jadi hati-hati kedepan bukan berarti tidak bisa, namun semua bisa, akan tetapi jika itu Abbatireng insyaallah karena pada hakekatnya kita adalah pelayan bukan Ponggawa atau Komandan.


    "Saya belajar dari situ dan memposisikan diri saya sebagai pelayan, meski selaku Bupati, tandasnya.


    Bupati Soppeng berpesan untuk mengamalkan petuah para leluhur, Sitiroang Deceng Tessitiroang Jaa, Sirui menre Tessirui no., yang menjadi warisan adat budaya kita sehingga patut dipertanyakan jika ada orang yang mengatakan bahwa pesan leluhur itu bertentangan dengan agama, tuturnya.


    "Bukan saya yang buat-buat tetapi saking bijak dan bermaknanya pesan orang tua kita, ujarnya.


    Diakhir sambutannya Bupati berharap untuk senantiasa memelihara warisan adat budaya para leluhur kendati dikesempatan itu Bupati Soppeng berharap yang seharusnya sudah mattudang-tudangeng untuk merencanakan turun sawah karena acara Pattaungeng ini juga sebagai kegiatan syukuran atas hasil panen warga masyarakat, pungkasnya.


    (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini