Kabartujuhsatu.news, Malang bener kelima orang sindikat pencuri (tepat nya Copet) Hand Phone di Mesjid Arif Rahman Hakim (ARH), kawasan Kampus Universitas Indonesia. Yang tertangkap baru 3 orang, dan 2 orang lainnya sekuat tenaga kabur tidak tertangkap. Jum'at (22/12/2023).
"Memang sindikat ini sudah kami perhatikan sejak Jumat lalu. Mereka lolos tanpa bisa kami cegah. Kali ini tertangkap mereka tapi perlawanan yang berarti," kata salah seorang satpam - - sebut saja Agus.
Menurut Agus di kawasan mesjid ARH sudah sering terjadi kehilangan hand Phone. Umumnya mereka menggerayangi hp yang diletakkan di kantong tas, baik sebelah depan dada apalagi yang dengan ceroboh menaruh tas di belakang punggung. Keduanya posisi ini sasaran empuk bagi para Copet kawasan Kenari ini.
Beberapa jamaah yang yang. melihat ketiga Copet dibekuk satu persatu dan digiring ke Posko Satpam bergumam, "kasihan juga melihatnya. Tapi, ya kalau kita yang kena tentu jengkel juga sih".
Fenomena Copet biasa terjadi di keramaian. Sebelum adanya modernisasi pelayanan KRL jabotabek, para Copet biasa operasi di dalam kereta. Tapi, sejak era Ignatius Jonan menjadi dirut PT. KAI secara perlahan ditata.
Tidak ada lagi" superman" yang naik di atas kereta, karena kereta sudah ber-ac semua, intensitas perjalanan ditambah, sistem "tapping" kartu memperkecil kebocoran pemasukan, dan semakin banyak pengamanan dalam (pamdal) dikerahkan untuk menjaga keamanan penumpang. Ditambah lagi CCTV merekam semua gerakan penumpang di dalam gerbong.
Jadi, di era digital dan kecanggihan perangkat IT lainnya saat ini, para Copet sudah mati langkah untuk sekedar hidup dan beralas-malasan. Koruptor saja bisa tertangkap tangan (tertangkap basah) oleh Aparat Penegak Hukum. Mengapa? Karena para APH punya alat sadap komunikasi. Kasus "apel malang dan apel Washington" adalah salah dari bukti semakin canggih teknologi semakin sulit orang mencuri. Setidaknya begitu.