Yulia Lahudra Lontarkan Komentar Ibarat Ikan Yang Tidak Bisa Jaga Mulut
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Yulia Lahudra Lontarkan Komentar Ibarat Ikan Yang Tidak Bisa Jaga Mulut

    Kabartujuhsatu
    Minggu, 24 Desember 2023, Desember 24, 2023 WIB Last Updated 2023-12-25T03:15:10Z
    masukkan script iklan disini

    Bogor, Kabartujuhsatu.news, Terkait pimpinan sebuah partai menengah yang terlalu memuja harapannya, maka berikut ini Yulia Lahudra SH SPd MM adalah Caleg DPR - RI dari Dapil Bogor dan Cianjur dari PARTAI UMMAT dengan nomor urut 9 memberikan komentar :

    Ia menuturkan bahwa, "Pepatah lama "mulut mu adalah harimau mu" adalah pesan keramat yang patut kita simak baik-baik. Tidak sedikit contoh nyata terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari.

    "Contohnya, ada seorang bukan muslim dengan tanpa berpikir jernih mengomentari agama orang lain terkait QS Al-Maidah ayat 51.Sontak masyarakat merespon dan melaporkan ke aparat penegak hukum (APH). Akhirnya, orang yang sering bicara kotor dan kasar tersebut diproses hukum dan masuk ke lembaga pemasyarakatan (Lapas). " Jelas Yulia Lahudra, Caleg DPR-RI nomor urut 9 dari PARTAI UMMAT. Senin (25/12/2023).

    Dosen swasta bidang studi Statistik ini mengungkapkan bahwa karena mulut maka seseorang bisa punya predikat "melakukan perbuatan tercela". 

    "Predikat ini sewajarnya menjadi syarat mutlak untuk tidak dapat memasuki jabatan publik di pemerintahan maupun badan lainnya.

    "Perempuan yang sering disebut ketus dan gamblang ini oleh para kolega kerja dan di antara komunitas yang dimasukinya melanjutkan penjelasannya.

    "Mulut itu merupakan pintu kebaikan dan kejahatan. Pintu kebaikan apabila yang disampaikan bermanfaat bagi orang banyak dan tentu bagi dirinya sendiri, tetapi akan menjadi pintu keburukan apabila yang disampaikan berupa nilai-nilai yang tidak etis dan tidak beradab, "terang Yulia.

    "Ia memberikan Tamsil yang unik, bahwa ikan juga karena tidak bisa menjaga mulutnya maka ia kena pancing. 

    "Padahal kalau ia tahu umpan yang dimakannya ada tali nilon tentu harusnya ia hindari. 

    "Tali nilon itu ibarat rambu-rambu yang akan menjerat ia dalam kesulitan. 

    "Tapi, ikan tidak punya akal. Ia tidak tahu rambu-rambu, sedangkan manusia punya akal. 

    "Jadi hendaknya manusia bijak bicara dengan didahului pikiran yang ernih, apakah pantas diucapkan atau tidak sebelum keluar dari mulutnya, Imbuh Yulia.


    Menurut Yulia, masyarakat kudu dedikasi dengan baik oleh ulama dan pemuka agama lainnya. 

    "Jangan membiarkan masyarakat tertawa oleh lelucon yang tidak ber-adab tanpa etika yang menjadi pembeda antara manusia dan ikan.

    Kata Yulia, Partai Ummat lahir dari tidak adanya keadilan di tengah masyarakatnya yang tidak mempunyai kekuasaan dan finansial yang kuat. 

    Ia memberikan contoh betapa sering pengadilan memutuskan vonis bersalah pada seseorang yang dituduh mencuri potongan kayu di hutan atau kebun milik orang lain, atau mengambil buah lantaran lapar. 

    "Tapi, pengadilan pun bisa memberikan keringanan hukuman pada seorang koruptor dan lainnya dengan dalih-dalih yang dibuat masuk akal.

    "Beranjak dari banyaknya ketidakpastian dan kezaliman di negeri ini, maka lahirlah Partai Ummat yang ingin menegaskan pentingnya keadilan dengan melawan kezaliman," jelas Yulia.

    Ia pun tidak kaget bila beberapa upaya laporan masyarakat ke Mabes Polri belum mendapat respon yang memadai. 

    Menurutnya, mungkin saja para APH melihat belum ada rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait masalah Thahiyat akhir dalam sholat yang diungkap oleh tokoh partai tersebut, atau mungkin masih menunggu ada fenomena aksi massa jutaan yang menuntut? Walahualam, Pungkasnya.

    (HSW)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini