Menteri Pertanian Amran Sulaiman Ungkap Sejumlah Faktor Penyebab Menurunnya Produktivitas Padi Petani
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Menteri Pertanian Amran Sulaiman Ungkap Sejumlah Faktor Penyebab Menurunnya Produktivitas Padi Petani

    Kabartujuhsatu
    Jumat, 19 Januari 2024, Januari 19, 2024 WIB Last Updated 2024-01-20T05:00:17Z
    masukkan script iklan disini

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan sejumlah faktor penyebab produksi padi di Indonesia menurun.

    Selain masalah cuaca ekstrem akibat El Nino, Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa salah satu masalah utama pada produksi adalah ketersediaan pupuk untuk petani.

    Ia mengatakan volume pupuk untuk petani itu menurun sebanyak 50% dari kebutuhan.

    Menurut Amran, jika petani sudah teriak mengenai sulitnya pupuk, maka dampaknya pasti pada penurunan produksi.

    Hal tersebut diungkapkan Mentan Amran dalam sambutannya di acara Entry Meeting Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan 2023, yang dilangsungkan di Auditorium Kementan, Jakarta Selatan, Rabu (17/1/2024) kemarin.

    "Ada masalah fundamental ada masalah yang serius, pertama penurunan volume pupuk 50%, dan itu pasti jadi masalah," ungkap Amran, dikutip Sabtu (20/1/2024).

    Masalah kedua, tidak meratanya petani yang dapat mengakses kartu tani, padahal kartu tani merupakan syarat petani agar bisa mendapatkan pupuk subsidi.

    "Kartu tani yang kita buat itu 20% (petani) tidak bisa menjangkau kartu tani karena remote area, di Papua, Kalimantan, kemudian Aceh jadi 20% tidak dapat pupuk," ungkapnya.

    Masalah ketiga, petani yang telah melakukan tanam sebanyak dua kali dilarang mendapatkan pupuk.

    Keempat, sebanyak 20 orang petani yang bertempat tinggal di hutan produksi tidak bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik itu alat mesin pertanian (alsintan), bibit dan pupuk subsidi..

    "Ko kita tega banget kita membuat regulasi ini. Ada saudara kita tinggal di hutan produksi tetapi tidak boleh mendapatkan bantuan pemerintah kurang lebih 5,2 juta keluarga.


    "Itu ada 20 juta orang tidak boleh mendapatkan Alsintan, pupuk, tidak boleh mendapatkan benih bibit dan seterusnya. Padahal saudara kita paling miskin. Kenapa dia tinggal di hutan? Karena tidak memiliki hak milik atau HGU," terangnya.

    Dalam paparannya masalah lainnya yang berdampak pada penurunan produksi, anggaran untuk pupuk yang dikurangi, saat harga pupuk mahal volume untuk kebutuhan dikurangi bukan menambah anggaran, hal tersebut pun berdampak pada terus menurunnya anggaran pupuk.

    "Pak presiden tanya 'kenapa?'. Saya bilang , 'Pak, kalau petani sudah berteriak jangan data, pasti produksi turun.' Sudah pasti itu kalau petani sudah berteriak di mana mana, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Indonesia Timur , bahkan di pelosok Kolaka berteriak di sana," tuturnya.

    Untuk itu, Amran mengatakan pemerintah telah menambah anggaran untuk pemenuhan pupuk sebesar Rp 14 triliun. Hal ini menambah kebutuhan untuk petani, yang sebelumnya hanya 4,7 juta ton menjadi 7,2 juta ton.

    "Kami laporkan kebutuhan pupuk 9,5 juta ton, yang ada sekarang 4,7 juta ton. Alhamdulillah pak presiden menambahkan anggaran Rp 14 triliun, sehingga pupuk kita 7,2 juta ton, insyaallah petani mulai lega," pungkasnya.

    (Red/d)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini