Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Kita kembali berduka dan untuk kesekian kalinya. Sabtu (3/2/2024) mengantarkan salah satu putra terbaik bangsa kembali rebah di pangkuan Sang Maha Kuasa.
Ia adalah Andi Hasan Machmud atau akrab disapa Datu Hasan seorang bangsawan tinggi.
Setelah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit, Andi Nasrah salah seorang keluarga dekat mengonfirmasi berita duka itu pada sabtu 3 Pebaruari 2024
"Pung Datu telah dipanggil Allah Swt pada hari ini pukul 03 dini hari.
"Kami mohon doa dari Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian, semoga Pung Datu Hasan diterima di sisi-Nya," kata Nasrah dalam pesan singkatnya.
Datu Hasan meninggal dunia di Makassar pada Sabtu (3/2/2024) dini hari.
Diketahui, Datu Hasan meninggal dalam usia 90 tahun pada bulan juli mendatang.
Ia lahir pada tanggal 23 Juli tahun 1934 di Sengkang Kabupaten Wajo.
Pendidikannya dimulai dari Sengkang, melanjutkan SMP di Makkassar, dan jenjang SMA di Jogjakarta, kemudian sempat mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
Sedangkan jejak karier politik Datu Hasan yang gemilang telah menyentuh beberapa posisi penting.
Pertama, anggota DPRD Sulawesi Selaran tahun 1977 - 1992; Kedua, anggota MPR Utusan Daerah tahun 1983 - 1992; dan ketiga angggota DPR RI tahun 1992 - 1997.
Di sela-sela menjabat sebagai wakil rakyat, Datu Hasan mengemban amanah selaku Ketua Pemuda Panca Marga Sulawesi Selatan Tenggara 1980 - 1986, Pengurus Pusat Pemuda Panca Marga, dan sebagai penasehat di i Golkar Sulawesi Selatan periode 1982 - 2010.
Amanah lain yang diemban Datu Hasan adalah anggota Tim Penilai Pemberian Gelar Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Banyak hal baik yang melekat tentang pria penulis buku "Silasa Setetes Embun di Tanah Gersan (Suatu Penggalian Khasanah Pembendaharaan Filsafat Bugis - Makassar Dalam Ungkapan) terbitan Dispus- Arsip itu.
Di hati dan pikiran orang-orang di sekitarnya, Datu Hasan dinilai sebagai sosok bangsawan yang tenang, sederhana, dan murah senyum.
Melalui pertemuan dan wawancara yang pernah kami lakukan dirumahnya, saya mengenang Datu Hasan sebagai sosok humanis sebagaimana dituangkan dalam hoby melukisnya.
Datu Hasan sebagai keluarga, guru, sekaligus teman diskusi ia senantiasa abadi dalam ingatan.
Ia merupakan sosok bangsawan yang bijak nan santun, saya banyak belajar kepada beliau mengenai kehidupan adat istiadat kehudayaan Bugis Makassar.
Dan dalam senyumannya yang khas itu mengajarkan kita untuk selalu sabar, berjuang, dan percaya semua akan indah pada waktunya.
Lewat WA, Fb Ucapan duka terus mengalir mengantar kepergian Pung Datu Hasan.
Selamat jalan sosok nan tenang dan murah senyum, Pung Datu Hasan.