Gowa, Kabartujuhsatu.news, Selama bertahun-tahun sistem pertanian yang ada selalu mengandalkan penggunaan input kimiawi yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian.
Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan disamping membutuhkan biaya usaha tani yang tinggi, juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan.
Hal ini menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu dengan pengelolaan sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Pelatihan Teknis Bio Input bagi petani.
Kegiatan ini didukung oleh program Rural Empowerment And Agricultural Development Scalling-Up Innitiative (READSI), yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Menteri Pertanian (Mentan), Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P menyatakan, dalam satu tahun ini pihaknya fokus menggerakkan SDM pertanian untuk mendokrak produktifitas untuk menjaga ketersediaan pangan di Indonesia
"Produktivitas dan daya saing tentunya bisa ditingkatkan dengan pemanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring, dan kerja sama yang kuat," tutur Mentan Andi Amran Sulaiman.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, pertanian merupakan sektor yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Setiap terjadi cekaman iklim ekstrem, seringkali berdampak pada penurunan bahkan stagnasi produksi pertanian.
"Fenomena perubahan iklim dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen dan kerugian ekonomi," kata Dedi.
Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dan mutu lingkungan serta keberlanjutan sistem produksi merupakan hal yang kritikal bagi usaha pertanian di negara tropis, termasuk Indonesia.
“Curah hujan yang besar pada musim hujan berdampak terhadap kerusakan lahan sebagai akibat erosi permukaan, menjadikan lahan pertanian kehilangan lapisan olah dan hara tanah” pungkasnya.
Dedi menambahkan bahwa, pelatihan seperti ini merupakan metode yang tepat, yang dapat menjangkau petani, penyuluh dan insan pertanian lainnya di seluruh Indonesia.
“Pertanian ramah lingkungan merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas tinggi dengan memperhatikan pasokan hara dari penggunaan bahan organik, minimalisasi ketergantungan pada pupuk anorganik, perbaikan biota tanah, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan kondisi ekologi, dan diversifikasi tanaman” ujarnya.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-26 Februari 2024 di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, terbagi atas beberapa kabupaten yaitu Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Gorontalo dengan jumlah peserta 66 peserta.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petani dalam bidang teknis bio-input bagi petani yang dapat meningkatkan produktivitas dan peningkatan pendapatan petani di lokasi program READSI.