BERAKHLAK MUSLIM Oleh Ustadz Mismubarak, S.Hd., M.Ag., CLQ., M. MG, Kandidat Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    BERAKHLAK MUSLIM Oleh Ustadz Mismubarak, S.Hd., M.Ag., CLQ., M. MG, Kandidat Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta

    Kabartujuhsatu
    Sabtu, 30 Maret 2024, Maret 30, 2024 WIB Last Updated 2024-03-30T08:26:07Z
    masukkan script iklan disini


    Oleh Ustadz Mismubarak, S.Hd., M.Ag., CLQ., M. MG, Kandidat Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta.

    BERAKHLAK DALAM MUSLIM :

    Ibadah dalam Islam, sesuai ajaran Nabi Muhammad mengandung beberapa unsur yang terbentang dengan banyak jalan. Rasulullah adalah contoh komplit dalam meneladani jalan tersebut.

    Allah SWT betul-betul Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia telah membentangkan banyak jalan untuk mendekati diri-Nya. Bahkan sebanyak jumlah hamba, sebanyak itu jalan untuk menghampiri diri-Nya.

    Mengutip Tulisan Anregurutta Nasaruddin Umar, Imam Besar Istiqlal jakarta juga Ulama berdarah keturunan Asal Bone, Di antara berbagai jalan itu dapat dikategorikan tiga jenis jalan:

    1. Jalan Syari’at atau Fiqhi
    Jalan ini menekankan aspek praktik ubudiah formal seperti memperbanyak ibadah mahdhah: shalat, puasa, shalawat, dan zikir. Para penempuh jalan ini lebih banyak mendalami hukum-hukum fikih untuk terhindar dari hal-hal yang terlarang, yang dapat membatalkan ibadah. Yang dijadikan ukuran untuk menilai kadar kesalehan seseorang ditentukan dari pengamalan syariah.

    2. Jalan Amal atau Sosial
    lebih menekankan aspek amal sosial. Sehebat apapun ibadah mahdhah atau kedalaman makrifat seseorang tetapi tidak memiliki amal sosial yang cukup, hanya dianggap sebagai keshalehan individual (Pribadi), bukan kesalehan sosial.

    Penempuh jalan ini percaya betul bahwa kriteria keberagamaan seseorang sesuai dengan firman Allah SWT di dalam surah al-Ma’un, yaitu menyelesaikan problem anak yatim dan fakir miskin. Orang-orang yang saleh secara individual namun tidak memiliki kesalehan sosial dikategorikan sebagai kelompok tradisional, yang dianggapnya kurang relevan lagi untuk menjawab realitas sosial.

    3. Jalan Tasawuf atau Makrifat
    makrifat banyak digunakan para sufi atau kaum tarekat. Jalan ini menuntut pemahaman yang mendalam dan komprehensif. Jalannya pun tidak datar, tetapi kadang berliku dan kadang turun-naik. dituntut kesabaran dan istiqamah. konsisten untuk terus mencari ilmu, baik melalui pembimbing (mursyid) maupun melalui penekunan olah batin (riyadhah) untuk menunggu inspirasi cerdas dari langit (divine knowledge).

    Tidak ada ketentuan waktu dalam mencari ilmu guna meningkatkan martabat keilmuannya. Sehingga pemahaman makrifat bertingkat-tingkat. Ada yang masih dalam kategori standar (a’wam), ada yang sudah level menengah (khawash), dan ada yang sampai ke level yang lebih tinggi (khawash al-khawash).

    Di antara tiga jalan tersebut, seharusnya tidak perlu saling melemahkan, tetapi mestinya dianggap sebagai sebuah kekayaan spiritual yang dianugerahkan Tuhan kepada hamba-hamba-Nya. Mungkin di antara mereka ada yang tidak bisa melalui jalur makrifat karena tidak punya waktu sebagai seorang pekerja profesional yang waktunya banyak tersita dengan pekerjaannya.

    Tidak bisa menjadi praktisi ibadah mahdhah syariah yang konsisten karena tuntutan dan volume pekerjaannya sangat tinggi. Ia hanya bisa menempuh jalan amal dengan membangun sarana dan prasarana sosial keagamaan, seperti masjid, pondok pesantren, panti asuhan, dan lain-lain.

    Mungkin juga ada orang yang tidak kuat secara ekonomi dan lemah dari segi kognitif tetapi bisanya dengan jalan ibadah. Tidak perlu saling melemahkan satu sama lain. Yang penting semua penempuh lorong-lorong spiritual itu harus mengindahkan aspek fardhu ‘ain dalam Islam, sebagaimana diformulasikan oleh para fuqaha.

    Inilah yang dimaksud dalam adagium: Man tafaqqahawa lam yatashawwafa fa qadtafassaka, wa man tashawwafawa lam yatafaqqahafaqadtafassaka, waamanjama’abaina huma faqadtahaqqaqa (Barangsiapa yang berfikih tanpa bertasawuf maka ia fasik, barangsiapa yang bertasawuf tanpa berfikih maka ia zindiq, dan barangsiapa yang menggabungkan keduanya maka ia benar).

    _Alhamdulillah, Semua yang benar datangnya dari Allah SWT.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini