Jakarta, Dialog bersama Generasi Spiritual untuk semua yang kedua, 17 Maret 2024 berlangsung di Sekretariat GMRI, Jl. Juanda No. 4 A, Jakarta Pusat, yang diikuti sekitar 20 peserta umumnya adalah generasi muda dari berbagai kalangan berlatar belakang agama dak pendidikan.
Tausiah Sri Eko Sriyanto Galgendu yang sarat bernuansa puasa diakhiri dengan acara berbuka bersama dengan kudapan khas menu Ayam Ancur dan Soto Gubeng.
Inti dari laku spiritual yang pokok adalah tidak cuma menggunakan akal, tapi lebih mengedepankan mata hati.
Bangsa Nusa Natara yang menjadi pijakan budaya seperti yang dimaksud Sunda Land -- sebagai bangsa tertua di dunia -- merupakan potensi yang luar biasa mendapat anugrah istimewa dari Tuhan. Mulai dari kekayaan alam hingga potensi alam yang luar biasa. Dalam versi Prof. Yudhie Haryono Ph.D., ayat-ayat Nusantara (Baca Nusantara Studies, 2018) adalah kepunahan dari atlantik, sirna dari keagungan surga, dan tenggelam dari percaturan dunia. Maka yang tumbuh adalah sisa dari peradaban meski terus berusaha untuk bangkit. Dan diaspora pendek ini, katanya adalah Nusa Antara.
Lalu sejarah kepemimpinan bangsa Nusantara yang pernah berjaya pada masa lalu -- sebelum disatukan menjadi satu bangsa, yaitu Indonesia -- urai Sri Eko Sriyanto Galgendu sungguh luar biasa. Karena itu menurut Pemimpin Spiritual Nusantara ini, sejarah kejayaan suku bangsa Nusantara tidak boleh dipenggal hanya sebatas tahun 1928 yang ditandai oleh Soempah Pemoeda atau kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Tema diskusi "Mengenal Ayat Diri Sebagai Buah Dari Jalan Hidup" ini dimaksudkan untuk memahami jati diri masing-masing peserta guna menjelajah dimensi spiritual sebagai potensi dasar setiap manusia yang memiliki keyakinan terhadap ajaran serta tuntunan agama.
Ayat diri sebagai buah dari jalan hidup artinya ialah pemahaman terhadap segenap makna dari diri manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan selaku khalifah di muka bumi.
Intinya adalah mengaca dan mengurai sifat dan sikap terhadap hidup serta kehidupan bersama peserta yang hadir dengan memapar harapan yang dapat lebih baik digapai.
Hadir bersama Edo dan Nabila sebagai motor penggerak Generasi S (Spiritual to All) diantaranya, Katon, Yudhi Wahyudi, Hendro Alius, Nurdiansyah, Friska Adi Pratama, Nathan, Bastian, Indira dan Alexa. Acara kajian bersama ini, menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu diharap akan berlangsung setiap minggu dengan jadual dan topik yang paling relevan.untuk mempercepat laju dari gerakan kebangkitan spiritual di Indonesia bersama generasi muda.
Karena itu kajian bersama Generasi Spiritual bagian kedua ini juga beranjak dari potensi dasar manusia yang memiliki keyakinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan bekal agama yang dianut oleh masing-masing orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan hidup, agar tidak terjebak dalam hal-hal yang bersifat duniawi. Kegandrungan generasi muda terhadap laku spiritual ini bisa dipahami sebagai bagian dari kesadaran kebangkitan dan pemahan spiritual yang sedang menggrliat bangkit untuk menjawab tantangan jaman. Atau yang lebih seru dan sangat mengerikan seperti yang disebut Samuel P. Huntington benturan peradaban. Dan pertanda dari kebangkitan spiritualis di dunia, meski tidak bisa dipahami sebagai pertanda dari kebangkitan agama.
Jacob Ereste
Jakarta, 18 Maret 2024