Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Ada tiga nama tempat untuk mengisi energi tubuh dengan makanan dan minuman yakni Kantin, Restoran dan Warung.
Ketiga tempat ini pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai tempat makan minum, namun perbedaannya terletak dimana tempat makan itu berada.
Kantin adalah tempat makan minum yang ada didalam suatu lingkungan tertentu dan digunakan oleh orang-orang yang beraktifitas ditempat tersebut misalnya di sekolah, kampus, Kantor, Rumah Sakit dll.
Sedangkan restoran dan warung makan berada ditempat umum dipinggir jalan yang digunakan oleh masyarakat umum.
Idealnya semua gedung-gedung publik yang memiliki banyak orang yang beraktifitas didalamnya harus memiliki kantin lokal.
Berbicara mengenai kantin sekolah dan kita mengamati kantin-kantin sekolah (khusus di SD) yang ada didaerah kita, kantin sekolah umumnya belum layak disebut sebagai kantin.
Sebab pada umumnya kantin sekolah dasar berukuran kecil, sempit dan tidak disediakan tempat duduk untuk makan minum.
Ada kesan bahwa ruangan yang digunakan sebagai kantin adalah sekedar ruangan tempelan saja atau menumpang diruangan lain yang peruntukannya bukan sebagai tempat makan minum.
Dengan keadaan kantin sekolah seperti sekarang ini maka berfungsinya kurang lebih sama dengan gardu-gardu pedagang kecil warga dipinggir jalan yang menjual barang campuran. Setelah membayar harga barang, pembeli meninggalkan gardu penjual.
Demikian juga yang terjadi pada umumnya di kantin sekolah dasar. Murid membeli makanan di kantin lalu mencari tempat untuk makan di tempat terbuka diseputar halaman sekolah. Makannya bukan di dalam kantin sebagaimana layaknya sebuah tempat makan. Ini dilakukan oleh murid karena tidak adanya ruang yang disediakan untuk mereka duduk dalam kantin. Murid-murid yang membawa bekal sendiri makannyapun juga ditempat terbuka. Seharusnya, baik yang berbelanja makanan dikantin maupun yang membawa bekal sendiri dari rumah disediakan tempat untuk makan dalam kantin.
Dengan cara murid-murid makan disembarang tempat bahkan tidak jarang sambil berjalan sangat tidak mendukung proses pendidikan. Disamping itu juga menyalahi etika, budaya dan kearifan lokal. Dari segi kesehatanpun tidak terjamin kebersihannya. Diragukan juga apakah murid-murid mencuci tangan sebelum makan. Mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan sejak dini dan dikontrol oleh guru.
Dengan cara makan disembarang tempat tidak ada unsur pendidikan karakter disitu. Padahal ditempat itulah (kantin) dapat terjadi interaksi sosial untuk memberi "kecerdasan sosial" kepada murid.
Kecerdasan sosial adalah pengetahuan dan diterapkannya nilai-nilai sosial budaya, etika, toleransi, tertib dan bersih.
Bila sebuah sekolah sudah memiliki ruangan yang luasnya memadai untuk dijadikan ruangan kantin namun belum maksimal, ada suatu cara untuk mengatasinya. Ruangan jangan diisi dengan meja dan kursi besar.
Anak-anak duduk melantai bersila dengan disediakan meja-meja kecil. Duduk bersila bagi paria dan duduk menaikkan lutut sebelah bagi wanita adalah merupakan budaya lokal. Syaratnya lantai harus yang bersih. Saat murid masuk sepatu harus dibuka dan diatur didepan pintu. Jangan sampai berantakan.
Teori pendidikan mengatakan bahwa pada usia dinilah seharusnya pendidikan karakter harus ditanamkan. Dan kantin adalah salah satu sarana dalam proses pendidikan karakter tsb.
Dengan membiasakan duduk makan minum dengan tertib dan bersih, bila suatu waktu anak-anak duduk makan ditempat-tempat formal bersama dengan tamu-tamu resmi lainnya tidak akan merasa canggung lagi.
Orang tua dahulu mengajarkan budaya kearifan lokal dengan sangat melarang anak-anak makan sambil berjalan atau ada gerakan-gerakan lain. Anak diajar makan dengan duduk tertib, tidak boleh menyisa makanan dan ada nasi tumpah-tumpah.
Ternyata kearifan lokal ini bersifat dunia yang dipraktekkan di banyak negara maju. Sementara dinegeri sendiri budaya kearifan lokal terkesan mulai ditinggalkan.
Sebagai ilustrasi dapat digambarkan contoh bagaimana fungsi sebuah kantin sekolah di negara Jepang.
Kantin sekolah di Jepang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sekolah. Sejak awal pembanguan sebuah sekolah, ruang kantin sudah termasuk sebagai ruangan yang harus ada dan terintegrasi dengan ruang-ruang lainnya. Saat istirahat murid ke kantin untuk makan siang. Murid-murid dengan tertib antri mengambil perlengkapan makan minum dan mengambil makanan. Duduk dan makan dengan tertib. Selesai makan murid sendiri yang membenahi dan mencuci peralatan yang digunakan. Membersihkan lantai.
Kebiasaan bersih, tertib dan disiplin ini sudah ditanamkan sejak dini pada murid-murid diberbagai negara, khususnya di Jepang. Dengan penanaman karakter tertib sejak dini maka dimana saja berada anak-anak Jepang akan berlaku tertib, bersih dan disiplin.
Idealnya sistim seperti ini seharusnya diterapkan pula di tanah air karena sesungguhnya karakter-karakter tsb adalah budaya kita. Tapi sayang, masalah kantin sekolah didaerah kita dianggap tidak penting dan tidak relevan dengan dunia pendidikan.
Tulisan ini yang membahas masalah kantin disekolah dasar namun tidak ingin menyalahkan para guru dan pengelola kantin sekolah ybs sekarang ini. Sebab para guru dan pengelola kantin sekolah dewasa ini hanya mewarisi situasi dan keadaan kantin sekolah seperti yang ada sekarang ini. Suatu keadaan yang sudah berlangsung lama.
Yang bertanggung jawab dengan keadaan kantin sekolah seperti yang sekarang ini adalah para penentu kebijakan dan perancang bangunan sekolah masa lalu. Tidak terpikirkan untuk memasukkan ruangan kantin sebagai hal yang sama pentingnya dengan ruangan-ruangan lainnya seperti ruangan perpustakaan.
Bila ruangan perpustakaan berfungsi sebagai tempat mengisi otak dengan pengetahuan harus bersih, tenang dan sejuk agar murid dapat membaca dengan tenang berkonsentrasi agar apa yang dibaca dapat diserap dengan baik. Kantin yang berfungsi sebagai tempat mengisi kebutuhan energi phisik harus juga bersih, tertib dan sejuk agar murid dapat makan dengan tenang, tertib, tempat yang higienis tidak buru-buru demi kesehatan yang baik.
Ruang-ruang yang mutlak ada pada sebuah sekolah antara lain, ruang kelas, ruang guru, ruang pimpinan sekolah, ruang administrasi, ruang darurat kesehatan (UKS), ruang aula serba guna, gudang, tempat khusus tabung pemadam api, ruangan tempat ibadah dan ruang kantin. Sampai saat ini oleh kita semua belum terpikirkan akan kegunaan dan peranan sebuah kantin sekolah. Padahal kantin sekolah memegang peranan yang sangat penting dan strategis bagi pendidikan generasi bangsa. Melalui kantin pada murid dapat ditanamkan budaya tertib, bersih, disiplin, budaya menghargai makanan dan waktu.
Pengadaan ruang-ruang kantin tsb seharusnya dirancang sejak awal pada saat pembangunan sekolah. Atau pada saat ada rehab dan penambahan ruangan atau perluasan bangunan yang sudah ada.
Sebuah saran kepada lembaga pemangku kepentingan pendidikan agar masalah kantin sekolah dijadikan sama pentingnya dengan ruangan-ruangan lain. Jangan dibiarkan murid terus menerus berada dalam situasi seperti sekarang ini makan ditempat terbuka yang dari segi higienis tidak terjamin.
Dampak negatif bagi kejiwaan atau karakter anak-anak sangat tidak diharapkan.
Alangkah kontrasnya jika sebuah gedung sekolah atau perkantoran nampak besar, indah dengan berbagai predikat dengan jumlah murid yang cukup besar namun memiliki ruang kantin yang tidak layak sebagai kantin.
Pemerhati Sosial, budaya, pendidikan.
Andi Mappasawe Rasjid
Soppeng (3/3/2024)