Batangkaluku, Gowa, Kabartujuhsatu.news- Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi pertanian adalah inovasi. Kementerian Pertanian mendukung hal tersebut dengan melakukan pengembangan SDM Pertanian melalui program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Innitiative (READSI).
Program READSI dipercaya dapat meningkatkan kapasitas petani dalam mengimplementasi pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan, sekaligus menggenjot produktivitas guna menjaga ketahanan dan keamanan pangan.
Menurut Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan bahwa pangan merupakan aspek strategis yang wajib dibangun bersama.
"Ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara, kalau krisis ekonomi itu kita mampu bertahan, kita bisa lewati, krisis kesehatan, covid 19 kita lewati, tapi kalau krisis pangan bisa berdampak pada lainnya, jadi kita harus betul - betul bersama-sama menjaganya," ungkap Mentan Amran.
Pernyataan yang sama juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi juga menambahkan bahwa dalam kondisi apapun pertanian tidak boleh berhenti.
“Pertanian tidak boleh berhenti untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan olah tanah, olah tanam, hingga masa panen. Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan mempengaruhi hidup matinya suatu bangsa,” tegas Dedi.
Dalam memberikan dukungan atas arahan Menteri Pertanian dan Kepala Badan PPSDMP, Program READSI juga rutin memberikan pelatihan penyegaran bagi para penyuluh agar memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kompetensi dan kualitas penyuluh pertanian di seluruh Indonesia.
Kepala Pusat Pelatihan BPPSDMP, Muhammad Amin, saat membuka kegiatan pelatihan penyegaran bagi penyuluh non pendamping program READSI mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu strategi agar dilakukan program pemberdayaan bagi masyarakat (petani) yang diharapkan peran penyuluh agar dapat mendampingi masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian.
"Oleh karena itu, penyuluh merupakan ujung tombak pembangunan pertanian karena bersentuhan langsung dengan kepentingan petani terkait berbagai inovasi yang mereka (petani) butuhkan, maka dari itu perlu dilakukan pendampingan oleh penyuluh yang ada di masing-masing wilayah program READSI," terangnya.
BBPP Batangkaluku sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah BPPSDMP turut memberikan pelatihan tersebut dengan melibatkan peserta sebanyak 58 orang yang dibagi menjadi 2 (dua) angkatan.
Pelatihan tersebut dilaksanakan selama 7 hari yaitu pada tanggal 18-25 maret 2024. Peserta akan dibekali sejumlah materi pelatihan seperti kesetaraan GEDSI pada pertanian; strategi pertanian cerdas iklim; seleksi dan sertifikasi benih; pemupukan dan nutrisi tanaman, pengendalian hama penyakit; pengolahan pasca panen; pertumbuhan kelembagaan ekonomi petani; pengembangan model bisnis; dan penguatan sistem informasi penyuluh pertanian.